Liputan6.com, Washington DC - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mengatakan bahwa perusahaan swasta Negeri Paman Sam dapat berinvestasi di Korea Utara, dengan catatan negara itu berkomitmen melakukan denuklirisasi secara penuh.
Hal itu disampaikan Pompeo dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Fox News pada Minggu, 13 Mei 2018. Demikian seperti dikutip dari BBC, Senin (14/5/2018).
Ditambahkan oleh Pompeo, perusahaan AS dapat berinvestasi pada proyek pembangunan jaringan energi.
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya pada hari Jumat, 11 Mei 2018, pemerintah Amerika Serikat mengumumkan tawarannya untuk membantu membangun kembali ekonomi Korea Utara.
Pompeo menjelaskan bahwa hal itu akan sepenuhnya dilakukan oleh sektor swasta AS, bukan investasi yang didanai dari pajak Negeri Paman Sam.
"Sektor swasta AS datang untuk membantu membangun jaringan energi. Mereka (Korea Utara) membutuhkan sejumlah besar listrik," kata Pompeo.
Selain itu, Pompeo juga menyarankan investasi di bidang pertanian, sehingga rakyat Korea Utara "bisa makan daging dan hidup sehat".
Kepada presenter Fox News, Chris Wallace, Pompeo mengatakan bahwa pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, kerap memperhatikan pemberitaan media Barat.
"Dia (Kim) mengikuti perkembangan situasi global dengan cukup baik," ujar Pompeo.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Korut Merasa Nyaman dengan Singapura
Sementara itu, kunjungan Mike Pompeo ke Pyongyang pada pekan lalu, membawa dua kabar utama yang menyita perhatian dunia.
Pertama adalah tentang kabar pembebasan tiga orang warga AS keturunan Korea, yang ditahan selama hampir setahun oleh pemerintah Korea Utara.
Kedua adalah pengumuman Presiden Donald Trump, yang berencana melakukan pertemuan dengan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni mendatang.
Negara kota yang luasnya tak seberapa itu menyingkirkan kandidat lainnya, yakni zona demiliterisasi (DMZ) di Pamunjon, Mongolia, bahkan Beijing. Padahal, sebagaimana dikutip dari BBC, China adalah mitra dagang terpenting Pyongyang.
Seperti ditulis kontributor BBC, Karishma Vaswani, Korea Utara diduga kuat merasa nyaman dengan Singapura.
Alasan pertama adalah Korut berbisnis dengan Singapura. Negeri Singa ada di urutan kedelapan pada 2016, namun nilainya hanya sekitar 0,2 persen dari total perdagangan Korea Utara.
Hingga tahun lalu, Singapura masih menjalin hubungan dagang dengan Pyongyang. Dan, baru belakangan, perjalanan bebas visa antara kedua negara dihentikan.
Singapura juga menjadi satu dari sedikit negara yang masih memiliki Kedutaan Besar Korea Utara. Meski sanksi PBB telah dijatuhkan pada rezim Kim Jong-un, setidaknya dua perusahaan Singapura diduga masih terus berbisnis dengan Korut.
Advertisement