Kim Jong-un Akan Bongkar Situs Uji Coba Nuklir, Trump Ucapkan Terima Kasih

Korea Utara menyatakan akan membongkar situs uji coba nuklirnya antara tanggal 23 dan 25 Mei 2018.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 13 Mei 2018, 16:36 WIB
Diterbitkan 13 Mei 2018, 16:36 WIB
Presiden Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump menyambut kepulang tiga warga AS yang ditahan selama setahun oleh Korea Utara (AP/Susah Walsh)
Presiden Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump menyambut kepulang tiga warga AS yang ditahan selama setahun oleh Korea Utara (AP/Susah Walsh)

Liputan6.com, Washington D.C - Donald Trump berterima kasih pada Korea Utara setelah pada hari Sabtu, 12 Mei kemarin, negara itu mengatakan akan membongkar tempat uji coba nuklir Punggye-ri pada 23-25 Mei 2018. Kabar ini muncul jelang pertemuan bersejarah antara Donald Trump dan Kim Jong-un.

Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan media pemerintah, Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengatakan bahwa seluruh terowongan di situs Punggye-ri yang terletak di timur laut negara itu akan dihancurkan dengan cara diledakkan. Selain itu, fasilitas observasi dan penelitian serta ground-based guard juga akan dihapuskan. Demikian seperti dikutip dari NBC News, Minggu (13/5/2018).

Sebelumnya, usai bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in bulan lalu, pemimpin Korea Utara itu telah mengumumkan rencana penutupan situs uji coba nuklir pada akhir Mei.

Analis berpendapat bahwa penutupan situs uji coba nuklir tersebut penting, namun tidak mewakili langkah denuklirisasi penuh Semenanjung Korea.

Kim Jong-un berencana mengundang sejumlah wartawan asing asal Amerika Serikat, Korea Selatan, China, Rusia, dan Inggris untuk menyaksikan langsung proses pembongkaran situs uji coba nuklir, sebut Kementerian Luar Negeri Korea Utara.

"Sebuah upacara untuk membongkar situs uji coba nuklir dijadwalkan berlangsung antara tanggal 23 dan 25 Mei, tergantung dengan kondisi cuaca," ungkap Kementerian Luar Negeri Korea Utara.

Para wartawan terpilih dari lima negara di atas akan diterbangkan dengan pesawat carteran dari Beijing ke kota Wonsan sebelum akhirnya mereka akan menumpangi kereta untuk menuju lokasi uji coba nuklir.

Dalam keterangannya, Kementerian Luar Negeri Korea Utara juga memuat bahwa pihaknya akan terus "mempromosikan kontak dan dialog bersahabat dengan negara-negara tetangga dan komunitas internasional untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di Semenanjung Korea dan seluruh dunia."

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump

Pesan Kim Jong-un di Buku Tamu Peace House
Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in menyaksikan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un menandatangani buku tamu sebelum melakukan pertemuan antar-Korea di Peace House, Jumat (2/4). Di buku tamu, Jong-un menulis kalimat perdamaian. (KOREA SUMMIT PRESS POOL/AFP)

Terkuak sudah waktu dan lokasi pertemuan Donald Trump dan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un. Keduanya akan bertatap muka pada Selasa, 12 Juni 2018, di Singapura.

Informasi penting tersebut disampaikan oleh Trump melalui media sosial Twitter pada Kamis, 10 Mei 2018, pukul 21.37 waktu setempat.

Wacana pertemuan Trump dan Kim Jong-un telah bergulir sejak presiden Amerika Serikat ke-45 itu menerima undangan dari pemimpin Korea Utara pada Maret lalu.

Peristiwa tatap muka antara Trump kelak tercatat sejarah karena untuk pertama kalinya seorang presiden Amerika Serikat akan bersanding dengan pemimpin Korea Utara.

Sebelum Singapura resmi diumumkan sebagai tuan rumah KTT Amerika Serikat-Korea Utara, Zona Demiliterisasi (DMZ) dan Mongolia juga masuk dalam daftar opsi lokasi pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump.

Sudah sejak awal, Singapura dikabarkan menjadi pilihan utama para pejabat tinggi pemerintahan Amerika Serikat, termasuk Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan kepala staf Gedung Putih John Kelly. Demikian seperti dikutip dari CNN, Jumat, 11 Mei 2018.

Menurut mereka, lokasi pertemuan Trump dan Kim Jong-un akan memainkan peran besar soal bagaimana dunia melihat pembicaraan dua pemimpin kontroversial tersebut.

Singapura dinilai menjadi pilihan karena kenetralannya, baik dilihat dari segi lokasi (tidak ada China dan Rusia), maupun geografi. Selain itu, Negeri Singa memiliki hubungan bilateral dengan kedua belah pihak.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya