Mahathir Mohamad Isyaratkan Hanya Akan Memimpin Satu hingga Dua Tahun

Kelak setelah mengundurkan diri dari kursi PM Malaysia, Mahathir akan memainkan peran di balik layar.

oleh Khairisa Ferida diperbarui 15 Mei 2018, 19:54 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 19:54 WIB
Mahathir Mohamad
Mahathir Mohamad pada hari Rabu, 9 Mei 2018, saat mendeklarasikan kemenangan oposisi yang dipimpinnya atas koalisi Barisan Nasional yang dinakhodai Najib Razak (AP Photo/Adrian Hoe)

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad (92) mengatakan bahwa ia mungkin hanya akan bertahan selama dua tahun di kursi kepemimpinan Negeri Jiran. Kelak pasca-mundur, ia akan memainkan peran di belakang layar.

Mahathir Mohamad yang meraih kemenangan mengejutkan dalam pemilu Malaysia 2018 menjelaskan bahwa Anwar Ibrahim, mantan musuh bebuyutan yang kini jadi mitra koalisinya, akan dibebaskan dari penjara pada Rabu.

"(Dalam) tahap awal, mungkin akan berlangsung satu atau dua tahun, saya jadi perdana menteri," kata Mahathir kepada Wall Street Journal, seperti dilansir Channel News Asia, Senin (15/5/2018).

"Saya akan memainkan peran di belakang layar bahkan ketika saya mengundurkan diri."

Mahathir Mohamad menambahkan bahwa setelah pembebasannya, Anwar Ibrahim harus berjuang mendapat kursi di parlemen dan kemungkinan diberikan jabatan di kabinet. Namun, pada saat bersamaan, ia masih akan tetap memainkan peran yang sama seperti pemimpin tiga partai lainnya dalam koalisi Pakatan Harapan.

"Saya mengharapkan dia memainkan peran yang sama dengan para pemimpin dari tiga partai lainnya. Tidak akan ada kekuasaan istimewa, layaknya yang diberikan kepada menteri atau wakil menteri atau wakil perdana menteri," ujar Mahathir seraya menambahkan bahwa ia akan segera membuat keputusan akhir terkait postur kabinetnya.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

Mahathir dan Anwar, Mantan Musuh yang Kini Berkoalisi

Resmi Dilantik, Mahathir Mohamad menjadi PM Tertua di dunia
Perdana Menteri Malaysia baru, Mahathir Mohamad (kiri) saat melakukan sumpah jabatan di Istana Nasional di Kuala Lumpur (10/5). Mahathir pertama kali menjadi perdana menteri pada 16 Juli 1981. (AFP Photo/ Istana Nasional Malaysia)

Mahathir Mohamad memiliki hubungan bersejarah dengan Anwar Ibrahim.

Pada 1998, Mahathir Mohamad memecat Anwar Ibrahim sebagai wakil perdana menterinya. Anwar Ibrahim kemudian memulai gerakan yang dikenal sebagai "Reformasi", sebuah upaya untuk mengakhiri pemerintahan berbasis ras dan sistem patronase.

Namun, gerak Anwar Ibrahim dihentikan dengan tuduhan sodomi dan korupsi. Ia sendiri telah berulang kali membantah tudingan tersebut, tapi nasibnya tetap berujung di penjara.

Teranyar, Anwar Ibrahim dipenjara pada 2015, ketika Najib Razak menjadi perdana menteri. Pengurungannya di balik jeruji besi terjadi akibat tuduhan sodomi, yang disebutnya sebagai motivasi politik untuk mengakhiri kariernya.

Ketika dalam kesempatan yang sama Mahathir Mohamad ditanya soal skandal 1MDB yang melibatkan Najib Razak, ia mengatakan bahwa dalam waktu singkat, proses hukum dapat terjadi.

Popularitas Najib Razak menurun tajam selama tiga tahun terakhir, sebagian karena skandal 1MDB.

1MDB adalah lembaga investasi yang didirikan pemerintah Negeri Jiran untuk memberikan manfaat pada rakyatnya. Gagasannya, 1MDB akan berinvestasi dalam sejumlah proyek di seluruh dunia, kemudian keuntungannya akan dikembalikan pada rakyat Malaysia.

Namun, dalam praktiknya, organisasi ini dituduh telah menyedot dana negara ke rekening pribadi Najib Razak dan orang-orang dekatnya.

Mahathir Mohamad pernah menjadi mentor Najib Razak, tetapi belakangan ia memutuskan untuk hengkang dari koalisi Barisan Nasional karena skandal 1MDB dan memilih bergabung dengan oposisi.

Najib Razak, yang merupakan ketua dewan penasihat 1MDB, membantah telah melakukan kesalahan dan dia telah dibebaskan dari pelanggaran apa pun oleh Jaksa Agung Malaysia.

Menurut Mahathir Mohamad, apakah Najib akan menjalani hukuman di penjara atau tidak akan bergantung pada hasil penyelidikan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya