8-6-1783: Erupsi Gunung Laki Tewaskan 10 Ribu Orang dan Memicu Revolusi

Gunung Laki di Islandia erupsi berkepanjangan selama delapan bulan, sejak 8 Juni 1783 hingga Februari 1784. Akibatnya sungguh mengerikan.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 08 Jun 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2018, 06:00 WIB
Gunung Laki di Islandia pernah meletus dahsyat pada tahun 1783
Gunung Laki di Islandia pernah meletus dahsyat pada tahun 1783 (Wikipedia/CC BY-SA 3.0)

Liputan6.com, Reykjavik - Gunung Laki di Islandia erupsi berkepanjangan selama delapan bulan, sejak 8 Juni 1783 hingga Februari 1784. Ia memuntahkan 14 kubik kilometer lava basalt dan sejumlah tephra atau fragmen batuan vulkanik.

Di Islandia, hampir semua hewan ternak yang ada di sana mati karena makan rumput yang terkontaminasi fluor. Sementara hujan asam memicu gagal panen.

Seperti dikutip dari situs volcano.oregonstate.edu, diperkirakan seperempat penduduk Islandia meninggal dunia akibat kelaparan. Jumlah korban jiwa diperkirakan antara 9.000 hingga 10.000 orang.

Belakangan diketahui, dampak erupsi Gunung Laki melintasi negara bahkan benua. Di Norwegia, Belanda, Kepulauan Inggris, Prancis, Jerman, Italia, Spanyol, Amerika Utara, bahkan Mesir hingga Suriah. Kabut debu vulkanik dan partikel sulfur terbawa ke sebagian besar Belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere).

Kapal-kapal terjebak di banyak pelabuhan. Tanaman pangan terdampak erupsi yang terjadi bertepatan dengan musim panas yang tidak wajar.

"Tanaman barley menjadi coklat dan layu ... seperti halnya penampakan daun tanaman oat dan rye (gandum hitam), seperti berjamur," kata Pendeta Sir John Cullum dalam suratnya ke Royal Society, seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (7/6/2018).

Ahli ilmu alam asal Inggris, Gilbert White mendeskripsikan musim panas tahun itu dalam tulisannya Natural History of Selborne.

"Musim panas yang bukan main dan seakan menjadi penanda kejadian buruk...kabut aneh, kepulan asap yang terjadi selama berminggu-minggu di pulau ini, juga setiap jengkal Eropa, bahkan melampaui itu, adalah penampakan yang paling luar biasa, yang tak pernah tercatat dalam memori manusia."

"Matahari di siang hari tampak kosong, seperti Bulan yang ditutupi awan, memancarkan cahaya kuning tua, mirip warna karat, ke permukaan tanah," tambah White.

Sang Surya, ia menambahkan bahkan terlihat mengerikan, sewarna darah, saat terbit maupun terbenam. "Pada saat bersamaan, panas begitu intens sehingga daging yang baru disembelih di tukang jagal nyaris tak bisa dimakan. Lalat-lalat berkerumun di jalanan dan pagar, membuat kuda-kuda yang melintas setengah panik...orang-orang di pedesaan mulai mengaitkan fenomena tan terjadi dengan takhayul."

Sementara itu, di seberang Atlantik, pemimpin Revolusi Amerika, Benjamin Franklin, menjadi saksi perubahan alam yang ekstrem. "Kabut asap terus menerus menutupi langit Eropa, dan sebagian besar Amerika Utara," tulis dia.

Gangguan terhadap pola cuaca memicu konsekuensi panjang. Musim dingin ekstrem terjadi, banjir yang terjadi pada musim semi menewaskan lebih banyak orang. Di Amerika Serikat, Sungai Mississippi di New Orleans dilaporkan membeku.

Para ilmuwan menyebut, erupsi Gunung Laki mengganggu siklus monsun Asia kala itu, yang memicu kelaparan di Mesir.

Para sejarawan lingkungan juga menemukan dampak letusan gunung tersebut juga mengubah laku sejarah, khususnya di Eropa, ketika kekurangan makanan dan kemiskinan menjadi faktor utama yang memicu Revolusi Prancis 1789.

Pada Selasa 14 Juli 1789, revolusi Prancis bermula dari sebuah penjara bernama Bastille. Pada akhirnya, Raja Louis XVI dan istrinya Marie Antoinette dieksekusi penggal.

Ahli vulkanologi di departemen ilmu bumi Open University mengatakan, dampak erupsi Laki memiliki konsekuensi yang sangat besar. Pun dengan letusan gunung lainnya.

"Letusan gunung berapi dapat memiliki dampak signifikan pada pola cuaca selama dua hingga empat tahun, yang pada gilirannya memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi. Dan, kita tidak boleh mengabaikan dampak politik yang mungkin terjadi," kata Dr John Murray.

Derita Gadis Korban Bom Napalm

Bom napalm di Perang Vietnam
Bom napalm di Perang Vietnam (Wikipedia)

Tak hanya erupsi Gunung Laki yang terjadi pada 8 Mei. Pada 1972, seorang gadis cilik menjadi simbol kekejaman Perang Vietnam.

"Nong qua! Nong qua! ... panas, panas!," kalimat itu yang terlontar dari bibirnya, saat berlari telanjang di jalanan desa di Trang Bang. Wajahnya yang panik tak sanggup mewakili rasa sakit tak terperi ia alami.

Jet tempur pihak Vietnam Selatan baru saja menjatuhkan bom napalm -- yang berisi zat kimia berbentuk pasta yang terbakar begitu pecah di darat.

Bom meledak dan mengeluarkan bola api raksasa, menghanguskan apapun dalam radius 100 meter dari pusat ledakan.

Bumi pun berguncang. Panas menyebar, pepohonan membara, api juga menghanguskan pakaian Kim Phuc -- bocah 9 tahun itu. Tubuhnya pun terbakar.

Adegan mengerikan tersebut terekam kamera fotografer Nick Ut. Karyanya dianggap menjadi salah satu foto yang mengubah jalannya sejarah. Membalikkan persepsi orang terhadap Perang Vietnam.

Itu adalah foto ikonik, yang membuat sang pewarta foto mendapatkan penghargaan bergengsi Pulitzer.

Sementara itu, pada 2008, sebanyak 37 pekerja dinyatakan hilang setelah ledakan terjadi di tambang batu bara di Ukraina.

Dan, pada 2014, setidaknya 28 orang meninggal dunia dalam serangan di Jinnah International Airport, Karachi, Pakistan.

 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya