20-6-1837: Gadis 18 Tahun Menjadi Ratu Kerajaan Inggris

Hari ini, 181 tahun yang lalu, seorang gadis belia menjadi ratu Kerajaan Inggris. Ia adalah Ratu Victoria.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 20 Jun 2018, 06:00 WIB
Diterbitkan 20 Jun 2018, 06:00 WIB
Ratu Victoria
Ratu Victoria meminta Franz Xavier Winterhalter untuk melukiskan potret dirinya dengan mengenakan gaun pernikahan sebagai hadiah untuk suaminya, Pangeran Albert. (Public Domain)

Liputan6.com, London - Hari ini, 181 tahun yang lalu, seorang gadis belia menjadi ratu Kerajaan Inggris. Ia adalah Alexandrina Victoria, namun Britania Raya mengenalnya dengan nama Ratu Victoria.

Saat itu, 20 Juni 1837, William IV Raja Inggris mangkat pada usia 71 tahun. Gadis kelahiran 24 Mei 1819 itu pun ditunjuk menggantikan sang paman, untuk memimpin dan menjadi Ratu Inggris.

"Aku terbangun pukul 6 karena mama, ia mengatakan kepadaku bahwa Uskup Agung Canterbury dan Lord Conyngham berada di sini, dan ingin bertemu denganku. Aku keluar dan duduk di sebuah ruangan, sendirian dan menemui mereka. Lord Conyngham kemudian berkenalan denganku dan mengatakan pamanku, Raja Inggris telah meninggal dunia 12 menit lewat 2 tadi, dan aku ditunjuk sebagai Ratu untuk menggantikannya," tulis Victoria dalam catatan hariannya yang kini beredar luas, seperti dikutip dari The Gazette (20/6/2018).

Meski demikian, ia baru dinobatkan setahun kemudian pada 28 Juni 1838.

Ayah Victoria, Duke of Kent and Strathearn -- putra keempat mendiang Raja George III -- wafat pada 1820. Saudara-saudara kandung sang ayah, termasuk Raja William IV, wafat tanpa menyiapkan calon pengganti yang sah. Hal itu disebut-sebut sebagai alasan Victoria ditunjuk menjadi penguasa baru Inggris.

Victoria kemudian menikahi sepupunya, Pangeran Albert dari Saxe-Coburg dan Gotha, pada tahun 1840. Namun sang suami meninggal lebih dahulu pada 1861.

Dari pernikahannya dengan Pangeran Albert, ia dikaruniai sembilan anak dan 34 cucu.

Pemerintahan Victoria berlangsung nyaris 64 tahun, yakni tepatnya 63 tahun 7 bulan 2 hari.

Victoria berhasil mempertahankan keberadaan sistem monarki di Inggris dan menjadikannya sebagai institusi politik seremonial. Pemerintahannya ditandai oleh ekspansi besar-besaran dari Imperium Britania.

Eranya juga menjadi puncak Revolusi Industri: suatu masa perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang penting di Inggris. Kala itu, Imperium Britania mencapai puncaknya dan menjadi suatu negara paling berkuasa.

Victoria meninggal 22 Januari 1901 pada umur 81 tahun.

Victoria yang mayoritas berdarah Jerman (kecuali dari leluhurnya Sophia dari Hanover yang merupakan cucu dari garis perempuan dari James I), adalah ratu terakhir dari Dinasti Hanover. Penggantinya, Raja Edward VII berasal dari Dinasti Saxe-Coburg dan Gotha.

Sejarah Lain

Di hari yang sama, pada 1963, Amerika Serikat dan Uni Soviet sepakat untuk membentuk jalur khusus bagi kedua negara untuk berkomunikasi perihal isu rudal nuklir. Perwakilan AS dan Uni Soviet menandatangani nota kesepakatan 'Direct Communication Line' di Jenewa, Swiss.

Jalur komunikasi khusus ini kemudian disebut 'Red Telephone', yang sebenarnya tidak menggunakan telepon berwarna merah, melainkan komunikasi antara kepala negara dengan menggunakan telegraf.

Perisitiwa itu menandai melunaknya hubungan AS dan Uni Soviet yang sempat tegang akibat isu perang nuklir. Kedua negara mulai mempertimbangkan untuk menuju jalur damai dan berkomunikasi demi menurunkan ketegangan di tengah-tengah Krisis Kuba yang bisa memicu Perang Dunia III.

Pada penerapannya, komunikasi 'Red Telephone' ini hampir tidak pernah membicarakan potensi perang nuklir. Dan dalam beberapa tahun kemudian, penggunaannya lebih canggih, hingga berubah menjadi komunikasi faksimile dan e-mail.

Sementara itu, pada 20 Juni 1991, Parlemen Jerman memutuskan untuk memindahkan kembali ibu kota dari Bonn ke Berlin.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya