Pria Ini Nyaris Tewas Gara-Gara Tak Buang Air Besar 3 Hari, Kok Bisa?

Lantaran tak bisa buang air besar selama tiga hari berturut-turut, pria asal Australia ini hampir meninggal.

oleh Afra Augesti diperbarui 22 Jun 2018, 19:00 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2018, 19:00 WIB
Ilustrasi ruang operasi (iStock)
Ilustrasi ruang operasi (iStock)

Liputan6.com, Canberra - Seorang pria asal Australia lolos dari kematian setelah ia sembelit selama tiga hari berturut-turut. Akibatnya, lelaki berumur 57 tahun ini harus dibawa ke rumah sakit.

Dikutip dari Daily Mail, Jumat (22/6/2018), dokter mengekstraksi sekitar dua liter feses dari usus besarnya. Penumpukan kotoran ini menyebabkan sindrom kompartemen perut (abdominal compartment syndrome/ACS) yang mengancam jiwa, lantaran adanya peningkatan tekanan di perut.

Kaki kanan pria yang tak disebutkan namanya ini juga tidak dapat digerakkan, setelah sebagian besar feses memotong suplai darahnya. Ia juga menderita kerusakan ginjal.

Pemeriksaan sinar-x pun dilakukan pada usus besarnya guna mengetahui seberapa besar impaksi feses (massa tinja yang mengendap di dalam rektum).

Kisah ini dialami oleh para spesialis di Victoria, Australia, dan diterbitkan dalam BMJ Case Report. Menulis dalam jurnal tersebut, dokter mengatakan: "ACS dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan, yang memerlukan pengobatan cepat."

Mereka juga mendesak petugas medis untuk mempertimbangkan ACS sebagai penyebab iskemia tungkai bawah akut -- pembatasan suplai darah ke kaki.

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

 

 

Kronologi Pembedahan

Ilustrasi ruang operasi (iStock)
Ilustrasi ruang operasi (iStock)

Pria itu mencari bantuan di Rumah Sakit Footscray, Australia, setelah sakit perutnya memburuk. Ia mengaku mual dan mengalami konstipasi 'absolut', di mana feses dan gas tidak bisa keluar.

Dalam laporan itu, ia juga memberi tahu petugas medis Unit Gawat Darurat bahwa ia mengalami distensi perut -- perut mengembang karena penumpukan zat.

Dokter sempat kebingungan ketika pasiennya tidak dapat menggunakan kaki kanannya selama 24 jam terakhir dan mengeluh kesakitan.

Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, tim medis yang dipimpin oleh Dr. Simon Ho menemukan bahwa tangan pria itu dingin. Dengan susah payah, mereka berjuang untuk menemukan denyut nadinya.

Setelah itu, tim medis memutuskan untuk melakukan pemeriksaan dubur. Mereka mendiagnosa lelaki malang tersebur terkena ACS. Sementara itu, uji laboratorium menunjukkan bukti kerusakan ginjal dan asidosis metabolik -- fase ketika ginjal tidak mengeluarkan cukup asam dari tubuh.

CT scan menunjukkan kolon sigmoidnya (usus besar yang mengarah ke rektum) membengkak. Bekas tinja mengakibatkan penyumbatan arteri iliaka sebelah kanan -- yang memasok darah ke kaki.

Pasien segera dibawa ke ruang bedah. Di sana, ahli bedah secara manual mengeluarkan dua liter tinja dari usus besarnya. Setelah kotoran yang menumpuk dibersihkan, darah kembali mengalir ke kaki pasien dan dokter dapat menemukan denyut nadinya.

Ahli bedah mendesak pasien untuk dirawat secara intensif setelah prosedur pembedahan dilakukan, karena disfungsi organ dan asidosis metabolik yang dialaminya.

Pria paruh baya tersebut diperbolehkan pulang ke rumah setelah lebih dari tiga minggu menginap di rumah sakit. Dokter memberinya obat sembelit sebagai bagian dari rawat jalan. Sementara itu, dibutuhkan waktu 13 hari sebelum akhirnya ia bisa kembali berjalan normal.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya