Liputan6.com, Washington DC - Kemesraan yang ditunjukkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura terbukti bukan jaminan bahwa masalah antara dua negara sudah tuntas.
Donald Trump baru-baru ini memperbarui sanksi terhadap Pyongyang, dengan alasan bahwa rezim Kim Jong-un masih menjadi 'ancaman luar biasa' bagi Amerika Serikat.
Advertisement
Baca Juga
"Eksistensi dan risiko proliferasi bahan fisil yang dapat digunakan dalam persenjataan di Semenanjung Korea, serta tindakan dan kebijakan pemerintah Korea Utara yang terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat," demikian keputusan Donald Trump yang disampaikan ke Kongres AS pada Jumat 22 Juni 2018, seperti dikutip dari BBC News, Santu (23/6/2018).
Kubu Demokrat menilai, keputusan Gedung Putih terbaru bertentangan dengan pernyataan Donald Trump yang mengklaim kesuksesan KTT AS-Korut di Singapura.
"Laporan dari pemerintahan Presiden Trump justru melemahkan pernyataannya selama beberapa minggu terakhir," kata Anggota Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer.
Padahal, baru 10 hari sebelumnya ia mengklaim, tak ada lagi risiko keamanan yang dihadirkan pihak Pyongyang.
"Tak ada lagi ancaman nuklir dari Korea Utara," kata Donald Trump di akun Twitternya, @realDonaldTrump pada 13 Juni 2018, sehari setelah pertemuan bersejarahnya dengan Kim Jong-un di Singapura.
Just landed - a long trip, but everybody can now feel much safer than the day I took office. There is no longer a Nuclear Threat from North Korea. Meeting with Kim Jong Un was an interesting and very positive experience. North Korea has great potential for the future!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) 13 Juni 2018
Ia pun berkoar, mulai saat itu, rakyat Amerika Serikat bisa tidur dengan nyenyak.
Dalam pertemuan di Singapura, Donald Trump dan Kim Jong-un menandatangani pernyataan yang menyebut bahwa AS memberikan 'jaminan keamanan' pada Korut.
Di sisi lain, Pyongyang berjanji untuk bekerja sama untuk mewujudkan denuklirisasi secara menyeluruh di Semenanjung Korea -- meski tak dijelaskan soal teknisnya.
Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo sebelumnya mengatakan bahwa sanksi terhadap Korea Utara akan tetap berlaku di tengah proses negosiasi terkait persenjataan nuklir Pyongyang.
Di sisi lain, media Korut melaporkan bahwa Donald Trump setuju untuk menarik sanksi terhadap Korut di tengah perbaikan hubungan dua negara.
Saksikan juga video menarik di bawah ini:
Latihan Militer AS-Korsel Batal
Sementara itu, Pentagon pada Jumat kemarin mengumumkan bahwa Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah menunda beberapa latihan militer bersama dengan Korea Selatan, menyusul komitmen yang ditandatangani Donald Trump dan Kim Jong-un.
Latihan militer dua negara biasanya diadakan di Korea Selatan, antara pasukan Seoul dan tentara AS yang ditempatkan di sana.
Selama ini Korea Utara menentang keras latihan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan provokatif dan bagian dari latihan untuk invasi. China juga menyebut, latihan gabungan tersebut tak akan mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea.
Juru Bicara Pentagon, Dana White mengatakan, latihan gabungan yang ditunda termasuk Operation Ulchi Freedom Guardian, yang dijadwalkan akan digelar pada Agustus 2018, dengan melibatkan 17.500 pasukan AS. Pun dengan pelatihan Korean Marine Exchange Programme yang seharusnya digelar tiga bulan ke depan.
Tidak jelas apakah latihan utama AS - Korsel yang dijadwalkan pada musim semi 2019 juga akan ditangguhkan.
Keputusan Donald Trump untuk mengakhiri latihan militer telah banyak dikritik sebagai 'kemenangan besar' untuk pihak Kim Jong-un.
"Saat kami sedang bernegosiasi ... Saya pikir itu tidak pantas untuk menggelar perang-perangan," kata Donald Trump usai pertemuannya dengan Kim Jong-un.
Namun, keputusan tersebut ditentang banyak pihak, termasuk Senator Republik John McCain.
Ini bukan pertama kalinya AS dan Korea Selatan menunda latihan bersama.
Sebelumnya pada tahun 2018, kedua negara setuju untuk menunda latihan selama Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korea Selatan, di tengah mencairnya ketegangan antara dua Korea.
Advertisement