Donald Trump: Korea Utara Masih Jadi 'Ancaman Luar Biasa' untuk AS

Donald Trump baru-baru ini memperbarui sanksi terhadap Pyongyang, dengan alasan bahwa rezim Kim Jong-un masih menjadi 'ancaman luar biasa' bagi Amerika Serikat.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 23 Jun 2018, 13:04 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2018, 13:04 WIB
Jabat Tangan Perdana Trump dan Kim Jong-un
Presiden AS Donald Trump berjabat tangan dengan Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un dalam pertemuan bersejarah di resor Capella, Pulau Sentosa, Selasa (12/6). Kim dan Trump hadir di depan jurnalis dengan latar belakang bendera Korut dan AS. (AP/Evan Vucci)

Liputan6.com, Washington DC - Kemesraan yang ditunjukkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura terbukti bukan jaminan bahwa masalah antara dua negara sudah tuntas.

Donald Trump baru-baru ini memperbarui sanksi terhadap Pyongyang, dengan alasan bahwa rezim Kim Jong-un masih menjadi 'ancaman luar biasa' bagi Amerika Serikat.

"Eksistensi dan risiko proliferasi bahan fisil yang dapat digunakan dalam persenjataan di Semenanjung Korea, serta tindakan dan kebijakan pemerintah Korea Utara yang terus menimbulkan ancaman yang tidak biasa dan luar biasa terhadap keamanan nasional, kebijakan luar negeri, dan ekonomi Amerika Serikat," demikian keputusan Donald Trump yang disampaikan ke Kongres AS pada Jumat 22 Juni 2018, seperti dikutip dari BBC News, Santu (23/6/2018).

Kubu Demokrat menilai, keputusan Gedung Putih terbaru bertentangan dengan pernyataan Donald Trump yang mengklaim kesuksesan KTT AS-Korut di Singapura.

"Laporan dari pemerintahan Presiden Trump justru melemahkan pernyataannya selama beberapa minggu terakhir," kata Anggota Senat dari Partai Demokrat, Chuck Schumer.

Padahal, baru 10 hari sebelumnya ia mengklaim, tak ada lagi risiko keamanan yang dihadirkan pihak Pyongyang.

"Tak ada lagi ancaman nuklir dari Korea Utara," kata Donald Trump di akun Twitternya, @realDonaldTrump pada 13 Juni 2018, sehari setelah pertemuan bersejarahnya dengan Kim Jong-un di Singapura.

Ia pun berkoar, mulai saat itu, rakyat Amerika Serikat bisa tidur dengan nyenyak.

Dalam pertemuan di Singapura, Donald Trump dan Kim Jong-un menandatangani pernyataan yang menyebut bahwa AS memberikan 'jaminan keamanan' pada Korut.

Di sisi lain, Pyongyang berjanji untuk bekerja sama untuk mewujudkan denuklirisasi secara menyeluruh di Semenanjung Korea -- meski tak dijelaskan soal teknisnya.

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo sebelumnya mengatakan bahwa sanksi terhadap Korea Utara akan tetap berlaku di tengah proses negosiasi terkait persenjataan nuklir Pyongyang.

Di sisi lain, media Korut melaporkan bahwa Donald Trump setuju untuk menarik sanksi terhadap Korut di tengah perbaikan hubungan dua negara.

 

Saksikan juga video menarik di bawah ini:

Latihan Militer AS-Korsel Batal

Latihan Militer Korsel dan AS
Marinir Korsel dan AS bermain ski menuruni bukit selama latihan musim dingin bersama di Pyeongchang, sekitar 180 kilometer timur Seoul, (19/12). Latihan ini dimulai pada tanggal 4 Desember dan berlangsung sampai 22 Desember. (AFP Photo/Yonhap)

Sementara itu, Pentagon pada Jumat kemarin mengumumkan bahwa Menteri Pertahanan AS Jim Mattis telah menunda beberapa latihan militer bersama dengan Korea Selatan, menyusul komitmen yang ditandatangani Donald Trump dan Kim Jong-un. 

Latihan militer dua negara biasanya diadakan di Korea Selatan, antara pasukan Seoul dan tentara AS yang ditempatkan di sana.

Selama ini Korea Utara menentang keras latihan tersebut, menyebutnya sebagai tindakan provokatif dan bagian dari latihan untuk invasi. China juga menyebut, latihan gabungan tersebut tak akan mewujudkan perdamaian di Semenanjung Korea.

Juru Bicara Pentagon, Dana White mengatakan, latihan gabungan yang ditunda termasuk Operation Ulchi Freedom Guardian, yang dijadwalkan akan digelar pada Agustus 2018, dengan melibatkan 17.500 pasukan AS. Pun dengan pelatihan Korean Marine Exchange Programme yang seharusnya digelar tiga bulan ke depan. 

Tidak jelas apakah latihan utama AS - Korsel yang dijadwalkan pada musim semi 2019 juga akan ditangguhkan.

Keputusan Donald Trump untuk mengakhiri latihan militer telah banyak dikritik sebagai 'kemenangan besar' untuk pihak Kim Jong-un. 

"Saat kami sedang bernegosiasi ... Saya pikir itu tidak pantas untuk menggelar perang-perangan," kata Donald Trump usai pertemuannya dengan Kim Jong-un. 

Namun, keputusan tersebut ditentang banyak pihak, termasuk Senator Republik John McCain. 

Ini bukan pertama kalinya AS dan Korea Selatan menunda latihan bersama.

Sebelumnya pada tahun 2018, kedua negara setuju untuk menunda latihan selama Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang di Korea Selatan, di tengah mencairnya ketegangan antara dua Korea. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya