Liputan6.com, Jakarta - Pakistan memiliki andil besar dalam gencatan senjata Afghanistan dengan Taliban, Juni 2018 lalu. Aksi ini dimaksudkan agar negara tersebut dapat merayakan Idul Fitri secara damai, kata duta besar Afghanistan untuk Islamabad Hazrat Omar Zakhilwal pada Kamis, 5 Juli 2018.
"Gencatan senjata baru-baru ini..., saya harus akui bahwa Pakistan memainkan peran penting dalam hal itu. Kami sangat bersyukur," tutur Omar Zakhilwal, dalam konferensi satu hari yang diselenggarakan lembaga kajian berbasis di Islamabad, Jinnah Institute.
Ia juga berterima kasih kepada Pakistan apabila gencatan senjata benar-benar dipatenkan. Demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (7/7/2018).
Advertisement
Langkah ini menjadi penanda baik bagi hubungan antara Pakistan dan Afghanistan, yang terguncang selama hampir dua tahun.
"Kunjungan tingkat tinggi dari kedua negara secara signifikan mengurangi retorika negatif satu sama lain, mengurangi insiden atau hal mengganggu antara kedua negara, dan kami telah melihat kerja sama yang lebih kokoh dari Pakistan untuk perdamaian dan stabilitas," imbuh Omar Zakhilwal.
Sewaktu gencatan senjata diumumkan, sejumlah anggota Taliban menuju beberapa kota di Afghanistan, wilayah yang mereka kuasai.
Sebagian dari mereka bahkan berswafoto dengan penduduk setempat, sementara yang lainnya melaksanakan shalat Idul Fitri bersama para anggota pasukan keamanan –- musuh mereka di medan tempur.
Bahkan beberapa dari mereka ada yang mengaku kepada media, telah lelah berperang.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Presiden Afghanistan Umumkan Gencatan Senjata dengan Taliban Saat Lebaran
Presiden Afghanistan, pada Kamis 7 Juni 2018, mengumumkan gencatan senjata dengan kelompok Taliban jelang dan pada Lebaran atau hari raya Idul Fitri.
Gencatan senjata itu diperkirakan berlangsung mulai dari 12 Juni hingga 19 Juni berdasarkan kalender Romawi.
"Gencatan senjata akan berlangsung dari 27 Ramadan hingga hari kelima Idul Fitri," kata Presiden Afghanistan Ashraf Ghani via Tweet, seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (8/6/2018).
Sementara itu, tidak jelas apakah Taliban menyetujui kebijakan gencatan senjata yang diumumkan oleh sang presiden Afghanistan.
Seorang juru bicara Taliban mengatakan kepada Agence-France Presse, "Kami perlu mengonfirmasi kepada pejabat tinggi Taliban demi menanggapi pengumuman itu."
Langkah itu terjadi beberapa hari setelah para ulama ternama Afghanistan mengadakan pertemuan untuk mengeluarkan fatwa yang mengharamkan serangan atau bom bunuh diri pada Senin, 9 Juni 2018.
Satu jam setelah fatwa itu dikeluarkan, bom bunuh diri diledakkan di luar lokasi pertemuan itu, menewaskan tujuh orang.
Merespons hal tersebut, Presiden Ashraf Ghani mengatakan, pemerintahnya tetap mendukung penuh pertemuan tersebut.
"Pemerintah Afghanistan tidak hanya mendukung pengumuman fatwa dengan suara bulat oleh para ulama, tetapi juga mendukung gencatan senjata yang direkomendasikan," kata Ghani dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor kepresidenan Afghanistan.
"Pada saat yang sama, pemerintah Afghanistan mengarahkan semua keamanan dan pertahanan demi mencegah serangan Taliban dan serangan Daesh (julukan ISIS), Al Qaeda dan jaringan teroris internasional lainnya yang beroperasi di Afghanistan," tambahnya.
Pada bulan Februari 2018, Ghani mengumumkan rencana untuk membuka pembicaraan damai dengan Taliban, termasuk iktikad untuk mengakui mereka sebagai partai politik.
Para pemberontak tidak secara resmi menanggapi, tetapi mengumumkan peluncuran serangan musim semi tahunan mereka dalam sebuah penolakan nyata terhadap rencana tersebut.
Advertisement