Liputan6.com, Bucharest - Ribuan warga Rumania, di ibukota Bucharest, kembali mengambil bagian dalam unjuk rasa anti-pemerintah yang sarat korupsi, sehari setelah bentrokan yang memicu lebih dari 400 orang terluka.
Sejauh ini aksi protes yang dilakukan di dekat kantor-kantor pemerintah itu berlangsung damai, meski sesekali terjadi bentrok dengan pihak keamanan.
Dikutip dari BBC pada Minggu (12/8/2018), demonstrasi serupa juga dilaporkan terjadi di kota-kota lain termasuk Cluj, Sibiu, Timisoara dan Iasi.
Advertisement
Pada Jumat 10 Agustus, lebih dari 50.000 orang turun ke jalan melawan apa yang mereka gambarkan sebagai korupsi yang membudaya dan rendahnya tingkah upah nasional.
Banyak dari demonstran adalah ekspatriat Rumania yang telah kembali dari seluruh Eropa untuk menyuarakan kemarahan mereka pada pemerintah.
Beberapa polisi terluka pada hari Jumat karena sebagian pengunjuk rasa berkali-kali melemparkan botol, sebelum dapat dikendalikan oleh aparat keamanaan dengan menggunakan gas air mata dan meriam air.
Baca Juga
Namun, tindakan polisi tersebut justru dianggap "brutal" dan "tidak proporsional" oleh Presiden Klaus Iohannis.
"Saya dengan tegas mengutuk intervensi brutal polisi anti-huru-hara, sangat tidak proporsional dengan tindakan mayoritas orang," katanya.
Demonstrasi terkait berlangsung di depan markas besar pemerintah di pusat kota Bucharest. Para pengunjuk rasa menuntut pengunduran diri pemerintahan Presiden Iohannis, karena mereka keberatan dengan upaya yang dituding melemahkan peradilan oleh partai Demokrat Sosial yang berkuasa.
Kekerasan bermula ketika beberapa orang di tengah kerumunan demonstran mencoba masuk ke gedung pemerintah Rumania, tetapi berhasil ditahan oleh aparat kepolisian.
Pengunjuk rasa lainnya terlihat melempar paving slab (ubin trotoar) ke arah polisi, yang membalasnya dengan gas air mata, semprotan lada dan meriam air.
Polisi mengatakan mereka telah bertindak secara proporsional, menanggapi perilaku rusuh yang merusak oleh kerumunan pengunjuk rasa.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Â
Negara Paling Tidak Berkembang di Uni Eropa
Sementara itu, aksi unjuk rasa di Rumania tidak hanya dilakukan oleh warga lokal. Beberapa simpatisan dari luar negeri pun rela datang untuk mendukung gerakan yang disebut sebagai perubahan mendasar di Eropa Timur saat ini.
Ileana Anghel dari Spanyol mengaku sengaja datang ke Rumana bersama suaminya untuk ikut mendesak pemerintah setempat memprioritaskan jalan dan sekolah modern bagi rakyatnya.
Begitupun Vlad (60), imigran Rumania yang kini menetap di New York, Amerika Serikat, pulang kampung untuk mendukung langsung aksi protes terkait.
"Korupsi dan penggelapan, yang menguntungkan kelas penguasa, adalah apa yang mengganggu saya," kata Vlad.
Di lain pihak, menurut Bank Dunia, hingga seperempat penduduk Rumania --antara tiga hingga lima juta orang-- yang tinggal dan bekerja di luar negeri, mengirim kembali sekitar US$ 5 miliar (sekitar Rp 72,42 triliun) ke salah satu negara paling tidak berkembang di Uni Eropa.
Protes terkait disebut telah terjadi selama berbulan-bulan, melawan partai Demokrat Sosial yang dituding sarat dengan praktik korupsi.
Pada bulan Juli, Presiden Iohannis menyetujui pemecatan jaksa anti-korupsi Laura Codruta Kovesi, yang telah memimpin penyelidikan korupsi ke politisi lokal dan nasional.
Presiden Iohannis telah berada di bawah tekanan besar dari pemerintah partai Demokrat Sosial untuk menyetujui pemecatannya.
Advertisement