Jepang Menolak Mengubah Sikap Kerasnya terhadap Korea Utara

Jepang dikabarkan menolak untuk mengubah sikap kerasnya terhadap Korea Utara, sebagai bentuk pertahanan terhadap gesekan potensial di antara keduanya.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Agu 2018, 09:31 WIB
Diterbitkan 29 Agu 2018, 09:31 WIB
Rudal Balistik Korea Utara Mendarat di Laut Jepang, PM Abe Akan Ambil Tindakan
Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (Muneyuki Tomari/Kyodo News via AP)

Liputan6.com, Tokyo - Pemerintah Jepang menyatakan menolak untuk mengubah sikap kerasnya terhadap Korea Utara, mengklaim rezim Kim Jong-un menimbulkan "ancaman serius" terhadap keamanan nasionalnya.

Jepang disebut masih menyangsikan penurunan ketegangan regional, menyusul pertemuan puncak Donald Trump dengan Kim Jong-un, yang menghasilkan rencana denuklirisasi penuh di Semenanjung Korea.

Dalam makalah pertahanan putih 2018, yang diterbitkan pada hari Selasa, kementerian Pertahanan Jepang mengatakan kemampuan nuklir dan rudal balistik Korea Utara membuktikan keamanan di sekitar negeri Matahari Terbit menjadi "semakin parah".

Dikutip dari The Guardian pada Selasa (28/8/2018), kertas putih itu diterbitkan segera setelah Presiden Donald Trump membatalkan rencana kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Pyongyang, menyusul tudingan bahwa tidak ada kemajuan signifikan terhadap upaya denuklirisasi.

Laporan itu juga mencatat bahwa Korea Utara telah melakukan tiga uji coba nuklir dan meluncurkan 40 rudal balistik sejak awal 2016.

Beberapa tes melibatkan rudal jarak jauh yang terbang di atas Jepang utara --meskipun di tempat yang sangat tinggi-- sementara Korea Utara juga memiliki beberapa ratus rudal Rodong jarak menengah yang mampu menyerang Negeri Sakura.

"Kita perlu berhati-hati mengawasi Korea Utara untuk melihat tindakan nyata apa yang diperlukan untuk menanggalkan senjata nuklir dan misilnya," kata kementerian pertahanan setempat.

Sementara itu, kekhawatiran disebut kian meningkat ketika Jepang turut menilai pengeluaran militer Tiongkok, dan kegiatan angkatan lautnya di Laut China Selatan, yang menyiratkan tekanan pada pertahanan negara-negara di sekitarnya.

Dokumen itu juga merujuk pada ambisi militer Rusia yang semakin meningkat, menambahkan bahwa Tokyo harus memantau aktivitas di dekat perbatasan maritim mereka, yakni pulau-pulau Kuril yang disengketakan, yang disita dari Jepang oleh pasukan Soviet menjelang akhir Perang Dunia II.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

Simak video pilihan berikut: 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dikelilingi Sumber Gesekan Potensial

Tayangan berita di Tokyo yang menampilkan visualisasi rudal Korea Utara yang meluncur pada 29 November 2017. Rudal itu jatuh di Laut Jepang, atau 1.000 km dari titik peluncuran awal, setelah terbang ke angkasa setinggi 4.500 km (AP/Shizuo Kombayashi)
Tayangan berita di Tokyo yang menampilkan visualisasi rudal Korea Utara yang meluncur pada 29 November 2017. Rudal itu jatuh di Laut Jepang, atau 1.000 km dari titik peluncuran awal, setelah terbang ke angkasa setinggi 4.500 km (AP/Shizuo Kombayashi)

Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, mengakui ada upaya yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengadakan dialog dengan Korea Utara tahun ini, tetapi menambahkan: "Kami tidak dapat mengabaikan fakta bahwa, bahkan sampai hari ini, Korea Utara memiliki dan sepenuhnya menyebarkan beberapa ratus rudal, yang ditempatkan di hampir semua jangkauan, termasuk ke Jepang."

Kementerian itu mengatakan Tiongkok berusaha untuk secara sepihak mengubah status quo regional "melalui paksaan'" dengan membangun pangkalan militer di Laut China Selatan, serta mengirim kapal induk ke perairan dekat Senkakus, yang saling diklaim oleh Tokyo dan Beijing.

Peninjauan pertahanan mengatakan bahwa Jepang perlu memperkuat aliansinya dengan AS, dan meningkatkan kemampuan mandiri, mengingat mereka tengah dikelilingi oleh sumber gesekan potensial.

Jepang diketahui telah menggalakkan latihan militer bersama dengan AS dan sekutu lainnya, termasuk Inggris dan Australia, dan peningkatan pesanan untuk perangkat keras militer dari Negeri Paman Sam.

Kertas putih dirilis sebelum PM Shinzo Abe dan kabinetnya diharapkan menyetujui anggaran pertahanan terbaru, yang mencakup biaya awal untuk sistem pertahanan rudal darat yang dikembangkan di AS, di mana akan dikerahkan khusus untuk melawan ancaman dari Korea Utara.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya