Liputan6.com, Manado - Rincian mengenai letusan Gunung Soputan belum sepenuhnya dirilis secara resmi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), tetapi beberapa laporan di media sosial menunjukkan kolom abu moderat muncul pasca-ledakan eskplosif pada Rabu pagi, sekitar pukul 08.47 WITA.
Sebelumnya, para ahli vulkanologi Tanah Air telah memperingatkan adanya tanda-tanda aktif pada gunung bertipe strato tersebut. Hal itu diikuti oleh penetapan level III, yang berarti siaga, dan memicu potensi letusan.
Berkaitan dengan peringatan risiko letusan, seorang doktor vulkanologi sekaligus jurnalis sains, Robin George Andrews, menulis artikel panjang di situs Forbes.com pada Rabu (3/10/2018), bahwa Gunung Soputan telah menunjukkan "tanda-tanda kegelisahan" hingga Selasa 2 Oktober.
Advertisement
Baca Juga
Dan bukan suatu kebetulan pula, masih menurut Dr Robin, bahwa Gunung Soputan terletak satu pulau dengan tiga lokasi bencana gempa-tsunami di Sulawesi Tengah pekan lalu.
Namun, ditegaskan oleh ilmuwan asal London, Inggris tersebut bahwa tanda-tanda peningkatan aktivitas di bawah permukaan gunung api diartikan sebagai: para ilmuwan terkait dituntut melakukan pengawasan yang cermat.
Soputan, menurut Program Vulkanisme Global Smithsonian Institution, adalah salah satu gunung berapi paling aktif di Pulau Sulawesi. Menurut tinjauan studi pada 2012, karakteristiknya dinilai cukup rumit.
Meskipun memiliki lava basaltik yang mengalir bebas, yakni sesuatu yang serupa dengan tipe gunung api perisai Kilauea di Hawaii, namun terdapat sistem pipa aneh, sehingga memungkinkan terjadinya letusan eksplosif.
Dr Robin menjelaskan bahwa letusan ekplosif dapat terbentuk ketika kolom abu kehilangan daya apung dan runtuh, atau ketika pertumbuhan kubah lava tebal menyembur dan tumpah di atas bibir kawah.
Gunung Soputan disebut sedikit bersikap "diva", yang menurut Dr Robin, mampu melakukan banyak hal, yang semuanya bisa mematikan jika ada cukup banyak orang bermukim atau berada di sekitarnya.
Terkait studi pada 2012, Dr Robin memperingatkan, "Peningkatan pesat dalam seismisitas sebelum letusan baru-baru ini, menunjukkan bahwa erupsi di masa depan mungkin tidak memiliki lebih dari beberapa hari peringatan seismik."
Simak video pilihan berikut:
Benarkah Terkait Gempa-Tsunami Sulawesi Tengah?
Jadi, apa yang terjadi dengan Soputan sekarang? Menurut siaran pers oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang dirilis di situs MAGMA --dan disorot oleh vulkanolog dari University of Concord Janine Krippner-- ini menunjukkan peningkatan aktivitas seismik dan panas.
Kamera termal menunjukkan bahwa puncak Gunung Soputan lebih panas daripada beberapa pekan sebelumnya, menunjukkan magma suhu tinggi menyatu di sana.
Meskipun tidak ada gumpalan abu yang teramati, tampak bahwa gas vulkanik jauh lebih banyak keluar pada letusan pagi tadi, dibandingkan dengan sebulan yang lalu.
Selain itu, pada bulan September, ada sekitar dua gempa di gunung berapi tersebut per harinya. Sekarang, rata-rata, ada 101 per hari, dan tampaknya jumlah itu meningkat dengan sangat cepat. Ini berpotensi menunjukkan magma bergerak melalui kerak, dan mungkin berlanjut ke permukaan.
Adapun mengenai keterkaitan gempa Sulawesi Tengah dengan letusan Gunung Soputan, Dr Robin mengataakn bahwa hal itu masih terus diperdebatkan hingga saat ini.
"Tidak ada cukup bukti meyakinkan untuk menghubungkan keduanya. Paling tidak Anda hanya bisa mengira-ngira gunung api meletus pasca-gempa, namun hal tersebut jarang terjadi," jelas Dr Robin.
"Bagian kunci informasi di sini adalah bahwa Gunung Soputan telah berada dalam kondisi 'sangat gelisah' setidaknya sejak Agustus, sebelum gempa dan tsunami Jumat lalu terjadi. Anda tidak dapat hanya menautkan keduanya karena terjadi berdekatan," lanjutnya.
Advertisement