Liputan6.com, New York - Pada 11 Oktober 2018, film garapan sutradara Damien Chazelle, First Man, resmi dirilis secara serentak di bioskop-bioskop internasional, setelah sebelumnya diperkenalkan dalam Venice Film Festival pada 29 Agustus.
Film ini terilhami dari kisah nyata pendaratan astronaut NASA, Neil Armstrong, Edwin Aldrin dan Michael Collins di Bulan pada 20 Juli 1969, saat mereka menjalankan Misi Apollo 11.
Advertisement
Baca Juga
Sedangkan jalan cerita First Man diangkat dari buku karya James R. Hansen berjudul The Life of Neil A. Armstrong.
Film berdurasi hampir 2,5 jam tersebut dibintangi oleh aktor kawakan Ryan Gosling, yang berperan sebagai tokoh utama, Neil Armstrong, dan sejumlah bintang ternama lainnya.
Setelah menonton langsung film keluaran tahun 2018 tersebut, banyak orang berpendapat bahwa itu adalah film yang menceritakan tentang perjuangan "jatuh-bangun" Armstrong, saat hendak menginjakkan kakinya di satelit alami Bumi.
Sebagai film yang menyoroti kehidupan sang astronaut, banyak pihak yang ingin mengetahui lebih dalam mengenai Armstrong, sebab First Man dinilai tidak menggambarkan Armstrong (Ryan Gosling) sebagai sosok yang hebat dan super.
Sebaliknya, film tersebut justru menampilkannya sebagai sosok pria yang dilanda rasa galau dengan segudang beban hidup.
Lalu, apa saja fakta menarik yang mungkin belum diketahui publik terkait astronaut kebanggaan NASA itu? Berikut 8 di antaranya, seperti dikutip dari mentalfloss.com, Selasa (16/10/2018).
Saksikan video pilihan berikut ini:
1. Tahu Cara Terbang Sebelum Dapat SIM
Lahir pada 5 Agustus 1930 di Wapakoneta, Ohio, Neil Alden Armstrong merupakan anak pertama dari pasangan Jerman dan Skotlandia, Stephen Koenig Armstrong dan Viola Louise Engel.
Armstrong kecil telah diperkenalkan dengan dunia penerbangan sejak usia dini, itulah sebabnya ia sangat terobsesi dengan hal-hal berbau antariksa.
Ketika Armstrong berumur 2 tahun, sang ayah membawanya ke Cleveland Air Races --sebuah pertunjukan pesawat kecil. Lalu pada umur 6 tahun, ayahnya --yang berprofesi sebagai auditor untuk pemerintah Ohio-- mengajak naik pesawat Ford Trimotor atau dikenal sebagai "Tin Goose" (salah satu pesawat paling populer di dunia) di Warren, Ohio.
Saat menginjak 15 tahun, ia telah memahami segala sesuatu yang terdapat di dalam kokpit dan cara mengendalikan pesawat.
Armstrong melakoni pendidikan SMA di Blume High School dan mengambil jurusan penerbangan di lapangan terbang Wapakoneta. Ia berhasil mendapatkan sertifikat penerbangan siswa pada ulang tahunnya yang ke-16. Semua ini diraihnya sebelum ia mengantongi Surat Izin Mengemudi (SIM).
Sementara itu, selama Perang Korea, Neil Armstrong disebut telah menerbangkan pesawat untuk 78 misi tempur, sebelum pindah ke National Advisory Committee for Aeronautics (NACA), pendahulu NASA.
Advertisement
2. Kutipan Terkenalnya Disalahartikan
Ketika Armstrong, Buzz Aldrin dan Michael Collins mendarat di Bulan menggunakan Apollo 11 milik NASA, diperkirakan 500 juta pemirsa televisi dari seluruh dunia terpaku pada mereka, sebab penonton menyaksikan peristiwa ini melalui siaran langsung.
Saat berada di Bulan, Armstrong sempat berucap, "Ini adalah sebuah langkah kecil bagi manusia, satu lompatan besar bagi umat manusia (That’s one small step for man, one giant leap for mankind)."
Namun kalimat yang dimaksud bukan seperti itu. Ucapannya seperti menyinggung misi pendaratan tanpa awak pertama di Bulan milik Uni Soviet, Luna 2, yang dilakukan pada 13 September 1959.
Menurut kosmonaut itu, ia cukup yakin yang dikatakan adalah, "Ini adalah sebuah langkah kecil untuk seseorang, satu lompatan besar bagi umat manusia (That’s one small step for a man, one giant leap for mankind)."
Huruf "a" sebelum "man" telah hilang, diduga akibat putusnya transmisi saat siaran televisi berlangsung atau mungkin berubah menjadi kabur akibat polla pembicaraan Armstrong.
Menurut buku First Man: The Life of Neil A. Armstrong, sang kosmonaut berkata, "Saya tidak terlalu pandai berbicara. Mungkin itu adalah suara yang tertekan, yang tidak berhasil ditangkap oleh mikrofon. Seperti yang telah saya dengarkan, kalimat tersebut tidak berbunyi seperti saat huruf itu (a) ada di sana. Di sisi lain, saya pikir orang-orang akan menyadari bahwa saya tidak sengaja membuat pernyataan konyol, dan tentu saja hanya karena 'a', sebab ini satu-satunya cara agar pernyataan saya menjadi masuk akal. Saya berharap bahwa sejarah akan memberikan saya kelonggaran untuk menjatuhkan suku kata itu dan memahami bahwa ini yang sesungguhnya dimaksudkan, bahkan jika kalimat saya tidak dikatakan --meskipun sebenarnya mungkin begitu."
Armstrong mengklaim pernyataan tersebut sebagai ucapan yang spontan, tetapi adik laki-lakinya, Dean, menyebut bahwa ia telah menuliskan kalimat itu sebelum misi Apollo 11 diluncurkan.
3. Tak Ada Potret Diri yang Bagus Saat di Bulan
Salah satu pencapaian manusia paling terkenal pada Abad ke-20 adalah saat teknologi video dan kamera telah tersedia. Namun sebelum itu, ada beberapa gambar Armstrong yang sangat mengagumkan, saat ia sedang berjalan di permukaan Bulan.
Salah satu gambar paling ikonik seperti pada gambar di atas itu adalah yang paling dikenal. Saat sosok Armstrong terlihat di kaca helm rekannya, Buzz Aldrin.
Alasan tidak banyak potret tentang dirinya ketika di Bulan, menurut Armstrong, adalah bahwa ia benar-benar tidak peduli dan tidak berpikir untuk meminta Aldrin agar mengambil beberapa foto.
"Saya tidak berpikir agar Buzz mau memfoto saya, dan tidak pernah terpikir oleh saya bahwa dia seharusnya melakukannya," kata Armstrong kepada penulis biografinya, James R. Hansen.
"Saya selalu mengatakan kalu Buzz adalah kosmonaut yang jauh lebih fotogenik dari kru lain."
Advertisement
4. Lebih Fokus Pada Pendaratan Pesawat
Mungkin bagi sebagian masyarakat dunia, pencapaian utama para astronaut NASA adalah ketika mereka menginjakkan kakinya di Bulan dan mampu berjalan di permukaannya.
Namun tidak bagi Armstrong yang berfokus pada cara kerja pesawat yang dikendalikannya.
Armstrong harus mampu menurunkan modul lunar yang dikontrolnya agar mendarat di permukaan Bulan dari ketinggian 50.000 kaki, menghindari batu, kawah, dan rintangan lain saat bersiap di posisi pendaratan.
Karena di Bulan merupakan ruang hampa, maka di sana tidak ada hambatan udara dan tidak ada yang bisa memperlambat penurunan roket.
Armstrong menggunakan pendorong untuk memandu pesawatnya turun. Itu artinya, harus disediakan bahan bakar yang cukup untuk mencobanya sekali.
5. Mengantongi Benda Senilai Rp 27 Miliar
Ketika Armstrong mensurvei permukaan Bulan, ia mengumpulkan sekantong debu untuk dipelajari oleh para ilmuwan NASA. Material Bulan yang diambil oleh Apollo adalah ilegal untuk dibeli atau dijual, tetapi hal tersebut tidak berlaku bagi "tas koleksi Bulan" milik Armstrong yang digunakan untuk menyimpan material Bulan.
Pada 2015, tas itu dibeli oleh penduduk Chicago, Nancy Lee Carlson dari situs lelang pemerintah seharga US$ 995 atau sekitar Rp 15 juta. Tapi penjualannya, rupanya, adalah sebuah "kecelakaan".
Ketika Carlson mengirim tas bersejarah tersebut ke NASA untuk mengkonfirmasi keasliannya, NASA menegaskan bahwa benda itu adalah milik mereka dan menolak untuk memberikan kembali kepada Carlson. Karena dianggap tidak adil, wanita tersebut menyeret kasus ini ke pengadialan.
Seorang hakim memutuskan bahwa tas itu adalah sah milik Carlson, dan pada tahun 2017, Carlson menjual tas itu seharga US$ 1,8 juta (Rp 27 miliar) pada lelang Sotheby.
Advertisement
6. Dikarantina NASA Selama 3 Minggu
Ketika Armstrong, Aldrin, dan Michael Collins kembali ke Bumi, mereka mendapat sambutan hangat bak raja. Akan tetapi, ketiganya harus langsung "dikurung" di Hornet, kapal selam Angkatan Laut Amerika Serikat (United States Ship atau USS).
Mengapa? Karena mereka harus dikarantina selama tiga minggu setelah diduga terkena virus luar angkasa yang aneh.
Gambar di atas menunjukkan momen ketika Presiden ke-37 Amerika Serikat, Richard Nixon, sedang berkunjung ke NASA dan menyapa ketiga kosmonaut kebanggaan NASA melalui jendela kaca Hornet.
8. Jadi Guru Besar Universitas
Setelah pensiun dari NASA pada tahun 1971, Armstrong merasa segan untuk tampil di hadapan publik. Untuk itulah, ia menerima tawaran pekerjaan sebagai profesor teknik di University of Cincinnati dan tetap mengajar di fakultas itu selama delapan tahun.
Advertisement