Tiket Bus Berbayar Sampah Plastik di Surabaya Jadi Sorotan Media Asing

Surabaya tengah menjadi buah bibir sejumlah media asing gara-gara tiket bus yang dibayar dengan sejumlah sampah plastik.

diperbarui 25 Okt 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2018, 15:00 WIB
Sampah Plastik
Seorang pria memancing di pantai Laut Tengah di Beirut, Lebanon di antara berbagai sampah plastik. (AP)

Surabaya - Gara-gara memiliki metode unik dalam sistem pembayaran transportasi, Surabaya menjadi buah bibir sejumlah media asing.

Sejak April lalu, Surabaya meluncurkan moda transportasi umum baru yang karcisnya dibayar dengan sampah plastik seperti gelas atau botol plastik. Gagasan itulah yang kini jadi sorotan internasional.

Seperti dikutip dari DW, Kamis (25/10/2018), bus Suroboyo itu sejatinya tidak berbeda dengan kendaraan sejenis di kota-kota besar Indonesia. Yang membuatnya istimewa yakni cara pembayaran menggunakan sampah plastik.

Misalnya dengan menukar 10 gelas atau 5 botol plastik untuk satu tiket yang berlaku selama dua jam. Kalau Anda punya banyak sampah plastik, bisa menukar sekaligus di terminalnya.

Ini adalah salah satu cara kota terbesar kedua di Indonesia itu untuk mengejar target ambisus: bebas sampah plastik pada tahun 2020.

Surabaya adalah kota pertama di Indonesia yang menerapkan skema ini. Media internasional ramai memberitakan kebijakan ini, antara lain edisi online majalah berita terbesar Jerman "Der Spiegel".

"Sampah, seperti botol plastik, menumpuk di lingkungan saya, jadi saya membawanya ke sini sehingga lingkungan tidak hanya bersih, tetapi juga membantu meringankan beban kerja pengumpul sampah," kata warga Surabaya Linda Rahmawati kepada salah satu kantor berita internasional.

400 Ton Sampah Plastik Per Hari

Data kota menunjukkan bahwa 15 persen sampah harian, atau hampir 400 ton, adalah sampah plastik Sebuah bus dapat mengumpulkan sampai 250 kg botol plastik sehari, atau sekitar 7,5 ton dalam sebulan. Botol dan gelas plastik yang terkumpul kemudian dijual ke perusahaan daur ulang.

Uang yang didapat dari penjualan sampah plastik digunakan untuk menjalankan operasi bus dan untuk mendanai ruang hijau kota.

"Indonesia adalah salah satu penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, dan melalui inisiatif ini kami berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan, terutama masalah yang berhubungan dengan sampah plastik," kata Irvan Wahyu Drajad, kepala departemen transportasi Surabaya.

Menurut sebuah studi yang diterbitkan jurnal ilmu pengetahuan Science tahun 2015 Indonesia penyumbang polutan plastik terbesar kedua di dunia setelah China.

Banyak warga Surabaya menyambut baik gagasan membayar tiket bus dengan sampah plastik. "Kita bisa mengurangi sampah, jadi tidak menumpuk di rumah karena kita bisa membawa merekadan memanfaatkannya dengan baik. Ini situasi win-win," kata Sulastri kepada salah satu media asing.

 

 

Saksikan juga video berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya