Liputan6.com, Ankara - Jasad jurnalis sekaligus kolumnis The Washington Post, Jamal Khashoggi hingga kini belum ditemukan. Diduga, jenazahnya dimutilasi dan kemudian berusaha dilenyapkan. Entah dengan dibuang di sumur, ke tengah hutan, atau dilarutkan dengan cairan kimia. Semua masih misteri.
Namun, rekaman audio yang diduga diambil saat pembunuhan Khashoggi di gedung konsulat Arab Saudi di Istanbul, memberikan gambaran mengerikan saat-saat terakhir kritikus kebijakan Putra Mahkota Mohammed bin Salman itu.
Advertisement
Baca Juga
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan, rekaman audio tersebut telah dibagikan pada aparat Arab Saudi, Amerika Serikat, dan Eropa.
Salah satunya merekam perkataan salah satu pembunuh Jamal Khashoggi. "Aku tahu caranya memotong," demikian potongan transkrip rekaman yang diungkap Erdogan, seperti dikutip dari The Guardian, Sabtu (15/12/2018).
"Amerika Serikat, Jerman, Prancis, Kanada, kami membuat mereka semua mendengar...Pria itu jelas-jelas mengatakan, 'aku tahu cara memotong'. Dia adalah tentara. Dan semua ada di dalam rekaman audio," kata dia di Istanbul Jumat kemarin.
Meski demikian, presiden Turki tersebut tak menjelaskan lebih jauh terkait rekaman tersebut.
Sebelumnya, kepala kejaksaan Istanbul mengatakan, Khashoggi dicekik oleh para pembunuhnya, sebelum tubuhnya dimutilasi dan disingkirkan.
Erdogan kembali melancarkan kritik pada pihak Riyadh, terkait keterangan mereka yang berubah-ubah soal nasib Khashoggi pasca-memasuki gedung konsulat di Istanbul pada 2 Oktober 2018 lalu. Kala itu, sang jurnalis sedang mengurus dokumen pernikahannya dengan perempuan Turki, Hatice Chengiz.
"Putra Mahkota mengatakan, Jamal Khashoggi telah meninggalkan gedung konsulat. Memangnya Khashoggi anak-anak? Tunangannya menanti di luar," kata Erdogan.
"Mereka pikir dunia bodoh. Bangsa ini tidak dungu dan tahu caranya untuk membuat orang bertanggung jawab."
Arab Saudi beberapa kali membela putra mahkota, dengan mengatakan bahwa Mohammed bin Salman sama sekali tak tahu tentang pembunuhan itu.
Setelah menawarkan banyak penjelasan yang kontradiktif, Riyadh kemudian mengakui bahwa Khashoggi telah tewas ketika negosiasi untuk membujuknya kembali ke Arab Saudi gagal.
Kasus pembunuhan sadis yang menimpa jamal Khashoggi memicu kemarahan global. Reputasi Putra Mahkota sekaligus penguasa de facto Arab Saudi Mohammed bin Salman pun cela.
Saksikan video terkait Jamal Khashoggi berikut ini:
Aku Tak Bisa Bernapas...
Selain para pelaku, tak ada yang tahu persis apa yang terjadi di dalam gedung konsulat Arab Saudi, ketika Jamal Khashoggi dihabisi para algojo yang dikirim jauh-jauh dari Riyadh, Rabu 2 Oktober 2018.
Namun, rekaman mengabadikan kata-kata terakhirnya. "Aku tak bisa bernapas," kata Khashoggi berulang kali.
Para pejabat Turki pekan lalu mengungkap, kantor kejaksaan Istanbul menyimpulkan adanya "kecurigaan yang kuat" bahwa Saud al-Qahtani, pembantu dekat Mohammed bin Salman, dan Jenderal Ahmed al-Asiri, yang menjabat sebagai wakil kepala intelijen, berada termasuk perencana pembunuhan Khashoggi.
Pihak Riyadh menolak mentah-mentah untuk mengekstradisi keduanya ke Turki. Setelah tuntutannya ditepis, Ankara mengatakan, adalah tanggung jawab komunitas internasional untuk mewujudkan keadilan bagi Khashoggi di bawah hukum internasional.
Erdogan berulang kali mengatakan dia tidak akan menyerah untuk menyeret pelaku pembunuhan Jamal Khashoggi, hingga ke dalang-dalangnya.
Di sisi lain, Donald Trump membela pemerintah Arab Saudi dan putra mahkota, meski penilaian CIA menyebut, Mohammed bin Saud diduga memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Sampai-sampai, Senat AS bahkan merasa harus menyampaikan teguran kepada Donald Trump yang terang-terangan mendukung pewaris takhta Arab Saudi itu.
Advertisement