Putra Mahkota Saudi Perintahkan dan Pantau Pembunuhan Jamal Khashoggi?

Surat kabar AS yang mengutip laporan CIA kabarnya menyebut Putra Mahkota Arab Saudi memantau tak langsung pembunuhan Jamal Khashoggi.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 02 Des 2018, 15:00 WIB
Diterbitkan 02 Des 2018, 15:00 WIB
Putra Mahkota Arab Saudi Temui PM Inggris Theresa May
Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (AP/Alastair Grant)

Liputan6.com, Washington DC - Surat kabar Amerika Serikat, The Wall Street Journal, baru-baru ini mempublikasikan laporan teranyar yang paling menohok seputar kematian jurnalis Arab Saudi, Jamal Khashoggi yang dibunuh di Konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018.

Dalam laporannya, yang mengutip dokumen dari Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA), The Journal meyakini bahwa Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, memantau pembunuhan Khashoggi.

The Journal menyebut, Pangeran Salman mengirim sedikitnya 11 pesan kepada seorang figur yang diduga mengawasi tim yang membunuh Jamal Khashoggi pada jam-jam sekitar kematiannya, menurut penilaian yang sangat rahasia dari CIA yang dilihat oleh The Journal, seperti dikutip dari The Independent, Minggu (2/12/2018).

Pesan-pesan yang diduga dikirim oleh putra mahkota itu ditujukan kepada mantan penasihat pengadilan Saudi, Saud al-Qahtani, menurut CIA sebagaimana dilaporkan oleh The Journal. Isi pesan antara putra mahkota dan Qahtani tidak diketahui, kata dokumen itu. Ia juga tidak mengatakan dalam bentuk apa pesan-pesan itu dikirim.

Qahtani adalah salah satu pejabat tinggi pemerintahan Saudi yang dipecat menyusul penyelidikan oleh jaksa penuntut umum Saudi dalam pembunuhan Khashoggi. Kejaksaan Saudi mendakwa belasan orang yang tergabung dalam tim untuk melancarkan operasi pembunuhan terhadap kolumnis The Washington Post itu.

Saud al-Qahtani juga merupakan salah satu dari 17 orang yang dijatuhi sanksi oleh Kementerian Keuangan AS sebagai respons atas kasus tersebut.

Beri Perintah?

Dokumen CIA mengutip penyadapan elektronik dan informasi rahasia lainnya. Salah satu poin laporan menyatakan bahwa pada bulan Agustus 2017, putra mahkota mengatakan kepada rekan-rekan bahwa jika upaya untuk membujuk Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi tidak berhasil, "kita mungkin dapat memancing dia di luar Arab Saudi dan membuat pengaturan."

"Itu tampaknya menjadi pertanda awal dari operasi yang dilancarkan Saudi untuk melawan Khashoggi," The Journal menulis, mengutip dokumen analisis CIA tersebut.

Dokumen itu mengatakan bahwa Qahtani menggunakan Centre for Studies and Media Affairs at the Royal Court (CSMARC), departemen media di bawah pengadilan Saudi, untuk mengatur pembunuhan itu.

The Wall Street Journal mengatakan, kutipan tersebut belum secara jelas menunjukkan apakah komentar pada Agustus 2017 memang benar berasal dari Pangeran Salman langsung, atau dari orang lain yang meniru ucapannya.

Namun, mengutip laporan CIA, The Journal menulis, "Sangat tidak mungkin tim operasi ini ... melaksanakan operasi tanpa perintah dari Mohammed bin Salman."

Menanggapi laporan The Wall Street Journal, seorang pejabat Kedutaan Besar Saudi di Washington, mengatakan: "Putra Mahkota berkomunikasi secara teratur dengan berbagai pejabat senior di Royal Court dalam berbagai hal. Putra Mahkota tidak pernah berkorespondensi dengan pejabat Saudi di lembaga pemerintah mana pun untuk menjerat Jamal Khashoggi, seorang warga negara Saudi. Kami terus menolak setiap tuduhan berdasarkan spekulasi."

Seorang juru bicara CIA menolak berkomentar. Sementara itu, Saud al-Qahtani tidak menanggapi permintaan untuk komentar. Gedung Putih mengatakan tidak menanggapi laporan masalah intelijen.

Jamal Khashoggi --seorang kritikus keluarga kerajaan Saudi-- terbunuh pada 2 Oktober tidak lama setelah memasuki Konsulat Saudi di Istanbul.

Arab Saudi telah menghadapi kecaman internasional atas pembunuhan itu, yang menyebut bahwa petinggi Kerajaan Petrodollar itu memberikan otorisasi dan mengetahui pembunuhan Khashoggi.

Namun, pihak Saudi membantah tuduhan itu dengan menyebut bahwa Pangeran Salman tidak terlibat. Riyadh juga berdalih bahwa pembunuhan Jamal Khashoggi dilakukan oleh tim beranggotakan figur-figur yang "menyimpang" dari tugasnya.

 

Simak video pilihan berikut:

CIA Menuduh Pangeran Salman

Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)
Jamal Khashoggi, sosok wartawan Arab Saudi yang tewas di konsulat negaranya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018 (AP)

Menurut berbagai pemberitaan pada bulan lalu, CIA diyakini telah merilis laporan yang menilai bahwa putra mahkota Saudi kemungkinan terlibat dalam pengambilan keputusan atas pembunuhan Jamal Khashoggi.

Kutipan dari laporan CIA menyatakan, badan intelijen itu memiliki keyakinan bahwa Pangeran Salman secara pribadi menargetkan Khashoggi.

Namun, dikatakan lebih lanjut, "Untuk jelasnya, kami tidak memiliki pelaporan langsung dari Putra Mahkota yang mengeluarkan perintah pembunuhan."

Presiden AS Donald Trump telah mempertanyakan penilaian CIA tentang putra mahkota, mengatakan baru-baru ini bahwa "mungkin dia (Pangeran Salman) tahu (tentang pembunuhan Khashoggi), dan mungkin dia tidak (mengetahuinya)."

Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, bertemu dengan para Senator AS pada hari Rabu untuk memberi penjelasan kepada mereka tentang tanggapan AS atas pembunuhan itu. Dia mengatakan setelah pertemuan dengan Senat bahwa CIA tidak menemukan "bukti tak terbantahkan" atas tudingan dalam laporan mereka.

"Tidak ada laporan langsung yang menghubungkan putra mahkota dengan perintah untuk membunuh Jamal Khashoggi," kata Pompeo kepada wartawan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya