Kota di Bulgaria Ini Dinobatkan Sebagai Pusat Budaya Eropa Tertua

Sekitar 50 ribu orang berkumpul di sebuah alun-alun kota Plovdiv, Bulgaria untuk bersuka cita.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Jan 2019, 07:01 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2019, 07:01 WIB
Karya-karya seni eksibisi Art Liberte, eksibisi keliling pertama dalam rangka peringatan 30 tahun runtuhnya tembok Berlin dipamerkan di ruang terbuka Kota Plovdiv, menjelang acara penobatan Plovdiv sebagai Ibu Kota Budaya Eropa (AP)
Karya-karya seni eksibisi Art Liberte, eksibisi keliling pertama dalam rangka peringatan 30 tahun runtuhnya tembok Berlin dipamerkan di ruang terbuka Kota Plovdiv, menjelang acara penobatan Plovdiv sebagai Ibu Kota Budaya Eropa (AP)

Liputan6.com, Plovdiv - Plovdiv, kota tertua di Bulgaria telah diresmikan sebagai Ibu Kota Budaya Eropa untuk 2019.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Selasa (15/1/2019), sekitar 50 ribu orang berkumpul di sebuah alun-alun pada Sabtu 12 Januari 2019.

Kedatangan banyak orang ke alun-alun untuk menonton upacara pembukaan yang dijuluki "Kita semua berwarna" dengan 1.500 artis lokal dan asing di beberapa panggung.

Terletak di antara Balkan dan Pegunungan Rodopi, kota terbesar kedua Bulgaria itu telah bertahan selama ribuan tahun di persimpangan antara Eropa Barat dan Timur Tengah.

Plovdiv diklaim sebagai kota Eropa tertua yang terus dihuni, dengan sejarah selama lebih dari 6.000 tahun. Buktinya bisa dilihat dari banyak bangunan-bangunan penting sejak zaman Thrakia, Yunani, Romawi, Bizantium, dan Ottoman.

Plovdiv adalah kota Bulgaria pertama yang menjadi sebuah ibu kota budaya Eropa. Gelar yang sama juga dimiliki oleh Kota Matera di Italia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Kota Hantu di Eropa

Chernobyl (AP)
Chernobyl (AP)

Dalam kasus berbeda, di Eropa juga terdapat sebuah kota yang dianggap paling berhantu. Kota itu bernama Chernobyl yang berada di dekat Pripyat.

Di kota itu terdapat sekelompok teknisi sedang melakukan eksperimen di Reaktor no.4 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.

Eksperimen itu dilakukan dengan mengabaikan prosedur keamanan dan berujung fatal. Reaktor seberat 2.000 ton tiba-tiba menjadi tak stabil. Para petugas tak mampu mengendalikan kebocoran radiasi. Kebakaran terjadi disertai ledakan yang tak terelakkan.

Hingga akhirnya insiden tersebut memakan korban, dua orang pekerja tewas yang kemudian bertambah menjadi 32 orang. Namun malapetaka ini belum usai. Para warga kemudian di evakuasi, yang semula hanya berada di sekitar proyek saja kini meluas hingga 50 ribu orang.

Efek radiasi itu kemudian menyebar dan menewaskan orang secara bertahap. Di Uni Soviet saja 5.000 orang meninggal dunia akibat kanker dan penyakit lain. Bahkan seorang anak harus lahir secara cacat dan tak memiliki kaki dan nyaris kehilangan semua jari-jarinya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya