Laporan Pertahanan Korsel Hapus Sebutan Musuh untuk Korut, Pertanda Damai?

Laporan pertahanan Korea Selatan menghapus kata "musuh" terhadap Korea Utara. Apa maksudnya?

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 16 Jan 2019, 08:31 WIB
Diterbitkan 16 Jan 2019, 08:31 WIB
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP
Bendera Korea Utara dan Korea Selatan berkibar berdampingan - AFP

Liputan6.com, Seoul - Dalam laporan pertahanan terbarunya, Korea Selatan menghilangkan penyebutan Korea Utara sebagai "musuh". Hal ini mencerminkan prakarsa Presiden Moon Jae-in dalam mencapai upaya mengurangi ketegangan dengan Pyongyang.

Kementerian Pertahanan Korea Selatan telah menyebut Korut sebagai musuh dalam dokumen kebijakan dua tahunannya sejak 2010, sewaktu 50 warga negara itu tewas dalam serangan terpisah terhadap kapal angkatan laut dan sebuah pulau sipil.

Dikutip dari VOA Indonesia pada Selasa (15/1/2019), Seoul menyalahkan Pyongyang atas serangan tersebut, yang berujung pada meningkatnya ketegangan di perbatasan.

Tidak adanya label "musuh" dalam dokumen 2018, yang diterbitkan hari Selasa, kemungkinan besar akan membuat marah kalangan konservatif di Korea Selatan, yang menyatakan upaya membangun hubungan lebih baik dengan rezim Kim Jong-un, telah melemahkan postur pertahanan negara itu.

Sementara itu, pidato Kim Jong-un pada Tahun Baru 2017 yang menawarkan pengiriman kontingan atlet Korea Utara ke Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang, dan setelahnya memicu serangkaian terobosan diplomatik, termasuk tiga pertemuan puncak dengan Moon Jae-in.

Hubungan diplomatik yang baru dibangun tersebut juga menjurus pada serangkaian langkah membangun rasa saling percaya, termasuk membongkar puluhan pos dengan pengawal bersenjata dan ranjau darat di Area Keamanan Bersama, yang berlokasi di dalam zona demiliterisasi sepanjang 250 kilometer, di mana tentara dari kedua Korea saling berhadapan.

Meski begitu, tidak disebutkan lebih lanjut tentang bagaiamana arah pertahanan Korea Selatan ke depannya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

Hubungan Baru Korsel-Korut

Moon Jae-in dari Korea Selatan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan mendadak. (AFP)
Moon Jae-in dari Korea Selatan dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melakukan pertemuan mendadak. (AFP)

Sementara itu, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mendesak Korea Utara untuk mengambil langkah-langkah perlucutan senjata nuklir yang lebih tegas, sehingga Amerika Serikat (AS) kemudian akan memberi imbalan sepantasnya.

Moon juga menyiratkan keinginan agar sanksi-sanksi yang diberlakukan terhadap Korea Utara dicabut, sehingga Seoul bisa memulai kembali proyek-proyek kerjasama ekonomi dengan Pyongyang, demikian sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia.

Pernyataan Moon pada hari Kamis itu, mengundang sejumlah tanggapan. Beberapa pengamat meyakini, pelonggaran atau pencabutan sanksi, jika diupayakan Korea Selatan sebelum AS siap melakukannya, akan memperlemah hubungan dengan Washington dan memperumit usaha-usaha untuk menyingkirkan senjata nuklir di Semenanjung Korea.

Beberapa pengamat lain berpendapat, pernyataan presiden Korea Selatan itu hanyalah isyarat keinginan untuk berekonsiliasi dengan Korea Utara.

Pernyataan Moon itu dikeluarkan hanya beberapa hari setelah pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengatakan dalam Pidato Tahun Baru-nya, bahwa ia siap memulai kembali proyek antar-Korea yang selama ini tertunda.

Kim pada waktu itu juga mengatakan, ia siap mengambil langkah lain jika AS terus menekan dengan sanksi sepihak dan mempertahankan sanksi-sanksi PBB yang lebih luas.

Dua proyek yang saat ini sedang digarap antara Korea Selatan dan Utara adalah wisata Gunung Kumgang dan kompleks industri Kaesong.

Kedua proyek itu sempat tertunda karena kebuntuan pembicaraan terkait program nuklir Korea Utara.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya