27 Pasukan Iran Tewas dalam Serangan Bom

Setidaknya 27 pasukan Iran tewas akibat serangan bom bunuh diri di dekat perbatasan.

oleh Siti Khotimah diperbarui 14 Feb 2019, 07:26 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2019, 07:26 WIB
Ilustrasi bendera Iran
Ilustrasi (iStock)

Liputan6.com, Teheran - Setidaknya 27 anggota Pengawal Revolusi (Revolutionary Guards) Iran tewas dalam serangan bom bunuh di Jalan Khas-Zahedan, Provinsi Sistan-Baluchestan dekat perbatasan Suriah, pada Rabu 13 Februari 2019.

Satu unit pasukan darat menjadi target pengeboman saat kembali dari daerah perbatasan Pakistan, sebagaimana disampaikan oleh otoritas Revolutionary Guards cabang bagian tenggara Iran, dikutip dari BBC News pada Kamis (14/2/2019).

Saat itu, sebuah mobil yang berisi bahan kimia meledak di dekat bus yang mengangkut pasukan Iran. Kelompok militan dari Muslim Sunni, Jaish al-Adl menyatakan bertanggung jawab atas serangan.

Akibat tragedi itu, 10 anggota Pasukan Revolusi turut luka-luka.

"Insiden ini tidak akan merusak tekad orang-orang dalam mempertahankan revolusi Islam serta tekad nasional untuk perang tanpa henti melawan terorisme," kata Eshad Jahangiri, Wakil Presiden Iran.

Sebelumnya, pihak militer Iran menuduh "teroris takfiri serta tentara bayaran dari dinas intelijen kekuatan hegemonik" berada di balik serangan. Istilah takfiri merujuk pada ekstremis Sunni yang melihat Syiah dan golongan Islam lain sebagai orang yang tidak beriman.

Lokasi kejadian sendiri terletak di antara kota-kota Zahedan dan Khash, rute perdagangan opium, yang beberapa kali terjadi bentrok antara pasukan Iran dan pengedar narkoba.

Simak pula video berikut:

Bertepatan dengan Konferensi Warsawa tentang Timur Tengah

Kelompok bersenjata menyerang parade militer yang digelar di Ahvaz, Iran pada Sabtu 22 September 2018.
Kelompok bersenjata menyerang parade militer yang digelar di Ahvaz, Iran pada Sabtu 22 September 2018 (AFP)

Serangan yang menewaskan 27 pasukan Iran bertepatan dengan dimulainya Koferensi Warsawa di Polandia. Dalam pertemuan yang telah diumumkan sejak bulan lalu oleh Mike Pompeo, Menteri Luar Negeri AS tersebut, akan dibahas permasalahan keamanan Timur Tengah, khususnya apa yang disebut AS sebagai "pengaruh buruk Iran".

Polandia sendiri telah menolak terma "pertemuan anti-Iran", mengingat negara itu dan anggota Uni Eropa memiliki komitmen yang tinggi terhadap JCPOA dimana AS telah menarik diri dari kesepakatan nuklir yang dimaksud.

Para pejabat Iran mempertanyakan kebetulan tersebut, salah satunya yang dituliskan oleh Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran dalam akun Twitter pribadinya. Ia menuliskan mengapa AS selalu bertidak salah namun mengharapkan hasil yang baik.

Pengawal Revolusi Iran memang sering kali menjadi target serangan, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera Kamis (14/2/2019). Pasukan itu adalah garda terdepan dalam militer dan ekonomi nasional yang bertanggung jawab langsung terhadap pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khomeini.

Beberapa waktu lalu, lebih dari 20 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka dalam serangan terhadap Pengawal Revolusi Iran ketika melakukan parade militer.

Lebih lanjut pada 2009, enam komandan Pengawal Revolusi dan 34 warga negara tewas dalam serangan bunuh diri di Provinsi Sistan-Baluchestan. Kali itu serangan diklaim oleh militan pro-Sunni, Jundallah, yang masih aktif hingga saat ini.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya