Liputan6.com, Moskow - Pesawat Air China CA983 yang mengangkut 188 penumpang dari Beijing ke Los Angeles AS, melakukan pendaratan darurat di bagian terpencil Rusia timur pada Selasa, 5 Maret 2019.
Penumpang diperintahkan untuk mengungsi segera setelah peringatan ledakan ruang bagasi diberikan. Saat itu, pesawat tengah berada di sub-Arktik Rusia.
Advertisement
Baca Juga
Spontan, peringatan dramatis tersebut menyebabkan kepanikan dan jeritan.
Tampak dari rekaman video, para penumpang turun menggunakan perosotan darurat di wilayah Arktik Chukotka Rusia, sebagian bahkan ada yang nekat melompat ke landasan. Saat itu, suhu di luar tengah beku, yakni sekitar -10 derajat Celcius.
Setelah dilakukan pengecekan, pesawat Boeing 777 itu diketahui mengalami kerusakan pada sistem alarm karena tidak terdapat tanda-tanda kebakaran yang ditemukan.
"Pemeriksaan setelah mendarat menunjukkan kompartemen kargo dalam kondisi normal dan tidak ada tanda-tanda kebakaran. Karena itu kami sampai pada kesimpulan awal bahwa alarm dipicu karena kegagalan fungsi," kata pihak maskapai Air China, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Selasa (5/3/2019).
Segera setelahnya, Air China melakukan permintaan maaf melalui media mikroblogging serupa Twitter, Weibo pada Selasa 5 maret 2019.
Pesawat lepas landas dari Beijing pada Senin siang 09.13 waktu setempat dan mendarat di Bandara Anadyr, Rusia pukul 2.55 pagi. Para penumpang dipindahkan ke terminal untuk menunggu pesawat lain yang hendak menerbangkan ke tujuan akhir.
Simak pula video pilihan berikut:
Insiden Air China 2018
Insiden juga menimpa Air China pada Juli tahun lalu. Saat itu, pesawat yang terbang dari Hong Kong ke Dalian pada Selasa 10 Juli 2018, mendadak anjlok lebih dari 6.500 meter dari ketinggian sebelumnya.
Masker oksigen pun dilepaskan, para penumpang diperintahkan mengenakan sabuk pengaman.
Belakangan diketahui, penyebabnya adalah ulah kopilot. Ia mengisap rokok elektrik atau vape di dalam kokpit dan berupaya menghilangkan jejaknya. Namun, ia menekan tombol yang salah.
Hasil penyelidikan awal yang dilakukan otoritas penerbangan sipil China menunjukkan, tanpa sepengetahuan kapten penerbang, kopilot awalnya mencoba mematikan sebuah kipas angin agar asap dari rokok elektrik tak mencapai kabin penumpang.
Namun, alih-alih kipas angin, ia justru mematikan unit pendingin udara. Tindakannya itu menyebabkan kadar oksigen turun. Pesawat pun sempat terjun bebas.
Seperti dikutip dari BBC News, petugas keamanan penerbangan sipil, Qiao Yibin mengatakan, awak pesawat kemudian menerapkan tindakan darurat, dengan menjatuhkan masker oksigen dari atas tempat duduk penumpang, hingga mereka mengatasi masalah yang sedang terjadi.
Saat pesawat kehilangan tekanan kabin, pilot harus menurunkan ketinggian pesawat untuk memastikan keselamatan awak dan penumpang.
Ketika mengetahui bahwa penyebabnya adalah perangkat pendingin udara yang dimatikan, para awak kemudian mengaktifkannya kembali. Pesawat pun kembali ke ketinggian normal.
Pihak berwenang di China dilaporkan masih menyelidiki penyebab insiden tersebut secara rinci, dengan menelaah instrumen perekam data penerbangan (flight data recorder) dan perekam suara kokpit (cockpit voice recorder) untuk menentukan apa persisnya penyebab insiden tersebut.
Sementara itu, maskapai Air China menjanjikan, tak akan ada toleransi bagi awak pesawat yang melanggar aturan. Demikian disampaikan dalam Weibo.
Menurut aturan penerbangan yang diterapkan di China, seluruh awak pesawat dilarang keras merokok. Larangan penggunaan rokok elektrik atau vape untuk penumpang selama penerbangan juga diterapkan pada 2006.
Namun, ada sejumlah aturan yang menuding pilot melanggar aturan, dengan merokok selama penerbangan.
Pada 2015, misalnya, radio milik pemerintah mewawancarai penumpang penerbangan dari Hong Kong ke Beijing yang mengklaim mencium aroma kuat asap rokok datang dari kokpit pesawat.
Advertisement