Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Mundur, Kisruh dengan Trump?

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen, yang menegakkan beberapa kebijakan perbatasan kontroversial Presiden Donald Trump, telah mengundurkan diri.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 08 Apr 2019, 09:06 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2019, 09:06 WIB
Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen (Carolyn Kaster / AP PHOTO)
Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen (Carolyn Kaster / AP PHOTO)

Liputan6.com, Washington DC - Menteri Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat, Kirstjen Nielsen, yang menegakkan beberapa kebijakan perbatasan kontroversial Presiden Donald Trump, telah mengundurkan diri.

Nielsen menyebutnya "suatu kehormatan seumur hidup" untuk bekerja di kementerian itu.

Presiden Trump men-tweet bahwa Nielsen sementara akan digantikan oleh Komisioner Badan Bea Cukai dan Keamanan Perbatasan (CBP), Kevin McAleenan.

Nielsen bertanggung jawab untuk mengimplementasikan tembok perbatasan yang memartisi AS - Meksiko di selatan. Ia juga yang mengusulkan kebijakan pemisahan anak-anak migran dari keluarganya yang melintas ke perbatasan AS tanpa dokumen.

Perempuan itu tidak memberikan alasan dalam surat pengunduran dirinya, meskipun dia mengatakan ini adalah "waktu yang tepat bagi saya untuk minggir" dan mengatakan AS "lebih aman hari ini daripada ketika saya bergabung dengan Kabinet."

Pengumuman Nielsen meninggalkan jabatannya datang beberapa hari setelah presiden mengunjungi perbatasan selatan.

Trump baru-baru ini mengancam akan menutup perbatasan, tetapi sejak itu mundur dan berjanji akan memberi Meksiko waktu setahun untuk menghentikan narkoba dan migran yang menyeberang ke Amerika Serikat.

Komentar Politisi AS

Anggota partai Demokrat sudah mengomentari kepergiannya, dengan Senator Massachusetts Ed Markey menyebut langkah itu "sudah lama tertunda".

Namun menambahkan perjuangan itu "masih jauh dari selesai untuk memastikan serangan Trump pada komunitas imigran berakhir".

Sementara itu Senator Republik Lindsey Graham memuji Nielsen, mengatakan dia "melakukan yang terbaik untuk berurusan dengan sistem imigrasi dan Kongres yang rusak".

Presiden AS Donald Trump menegaskan situasi di perbatasan selatan adalah krisis dan telah menyatakan keadaan darurat nasional, melangkahi Kongres untuk mengamankan dana untuk rencana tembok perbatasannya.

Demokrat telah memprotes tindakan itu, dan menyatakan keadaan darurat itu tidak konstitusional.

Kisruh dengan Trump?

Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen (Gregory Bull / AP PHOTO)
Mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kirstjen Nielsen (Gregory Bull / AP PHOTO)

Nielsen pertama kali bergabung dengan pemerintahan Trump pada Januari 2017 sebagai asisten mantan Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly.

Dia menjadi wakil Kelly ketika dipindah untuk menjadi kepala staf Gedung Putih, tetapi kembali untuk memimpin bekas kementeriannya tahun itu juga.

Nielsen mendukung kebijakan perbatasan seperti menahan anak-anak imigran tak berdokumen di kerangkeng kawat. Tindakannya menghadapi kecaman keras dan sidang dengar pendapat oleh Demokrat di Kongres.

Pada Juni 2018, para pengunjuk rasa mencemooh Nielsen ketika dia makan di sebuah restoran Meksiko di Washington DC.

Namun dia menepis demonstrasi, mengetwit dia akan "bekerja tanpa lelah" untuk memperbaiki "sistem imigrasi yang rusak".

Hubungannya dengan Trump disebut-sebut "sulit", meski di depan umum dia setia kepada pemerintah. Khususnya konflik yang terjadi di balik layar di Gedung Putih terkait retorika presiden yang semakin agresif tentang imigrasi, BBC melaporkan.

Hanya dua hari yang lalu, Trump membatalkan pencalonannya atas Ronald Vitiello untuk memimpin Badan Penegakan Hukum Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) karena, katanya, dia ingin menjalankan kebijakan yang lebih keras.

Sekarang menteri keamanan dalam negerinya - yang di masa lalu dianggap tidak cukup agresif olehnnya - telah keluar.

Nama Nielsen selamanya akan dikaitkan dengan kebijakan pemisahan anak-keluarga imigran tak berdokumen pada pemerintahan Trump yang menyebabkan protes bipartisan besar-besaran tahun lalu. Presiden pada akhirnya mundur dari pertarungan itu, tetapi langkah-langkah terbaru ini menyarankan pendekatan yang lebih konfrontatif terhadap keamanan perbatasan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya