Partai Sosialis Kembali Menang dalam Pemilu Spanyol

Hasil penghitungan suara dalam pemilu Spanyol kembali dimenangkan oleh partai berhaluan politik sosialis.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 29 Apr 2019, 10:53 WIB
Diterbitkan 29 Apr 2019, 10:53 WIB
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez (AP/Francisco Seco)
Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez (AP/Francisco Seco)

Liputan6.com, Madrid - Partai Pekerja Sosialis Spanyol (PSOE) yang memerintah, kembali memenangkan pemilu ketiga dalam empat tahun terakhir, dengan 123 kursi, setelah 99,9 persen suara dihitung.

Pesaing historis PSOE, Partai Rakyat (PP) yang berhaluan politik kanan-tengah, memenangkan 66 kursi dalam pemilihan hari Minggu di Spanyol, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Senin (29/4/2019).

Berbicara kepada para pendukung di Madrid, pemimpin PSOE, Perdana Menteri Pedro Sanchez, mengatakan "masa depan telah terang" setelah partainya memenangkan sekitar 30 persen suara, dengan tingkat partisipasi sekitar 75 persen.

Para pendukungnya meneriakkan "Dengan Rivera, tidak!" pada rapat umum tersebut, merujuk pada Albert Rivera, pemimpin Citizens, sebuah partai yang mengklaim sosialis, tetapi bersekutu dengan PP dan Vox yang berhaluan kanan.

Di lain pihak, PP memenangkan 66 kursi, di mana hal itu turun dari perolehan 71 kursi pada pemerintahan Spanyol sebelumnya.

Pemimpin PP, Pablo Casado mengatakan kepada pendukungnya pada Minggu malam bahwa partai itu akan "terus memimpin oposisi dan kanan-tengah" Spanyol.

Adapun Citizens memenangkan 57 kursi, sementara Vox membuat perolehan bersejarah dengan 24 kursi --mewakili kembalinya sayap kanan ke politik nasional Spanyol.

Bersamaan dengan itu, PM Sanchez mengumumkan bahwa ia akan segera membuka pembicaraan dengan partai politik lain untuk membentuk koalisi.

Namun, para aktivis lokal telah mengaku pesimis atas kemenangan sosialis, yang menudingnya sebagai bentuk kelanggengan "negara otoriter".

Hasil Hitung Suara di Catalonia

Warga Spanyol Tolak Kemerdekaan Catalonia
Demonstran mengibarkan bendera Spanyol dan Catalonia selama demonstrasi massal melawan deklarasi kemerdekaan Catalonia, di Barcelona, Spanyol, (29/10). Mereka menyerukan persatuan dan menolak deklarasi kemerdekaan Catalan. (AP Photo/Gonzalo Arroyo)

Sementara itu, di wilayah Catalonia yang bergejolak, hasil penghitungan suara ternyata melampaui harapan.

The Catalan Republican Left (ERC), dipimpin oleh Oriol Junqueras --yang menghadapi persidangan atas tuduhan penghasutan, pemberontakan dan penggelapan dana publik selama referendum 2017 tentang kemerdekaan Catalonia-- diproyeksikan memenangkan 13 atau 14 kursi pada pemilu Spanyol.

Angka itu belum pernah terjadi sebelumnya untuk partai nasionalis Catalan. Jika ERC menyetujui koalisi dengan PSOE dan UP (Unidos Podemos), pemerintah otonomi khusus kemungkinan akan dibentuk.

Namun, pemimpin PSOE, PM Pedro Sanchez telah mengambil sikap keras terhadap kemerdekaan Catalonia, dengan mengatakan "tidak ada referendum dan tidak ada merdeka" selama rapat umum di Barcelona pada hari Jumat 26 April 2019 lalu.

Tersinggung oleh Pep Guardiola

Manajer Manchester City, Pep Guardiola
Manajer Manchester City, Pep Guardiola. (AP Photo/Rui Vieira)

Beberapa pekan sebelumnya, PM Sanchez sempat tersinggung oleh komentar manajer klub sepak bola Manchester City, Pep Guardiola, karena menyebut Spanyol sebagai negara otoriter.

Sanchez mengkritik komentar Guardiola saat persiapan untuk referendum kemerdekaan Catalan pada 2017 lalu.

Mantan manajer Barcelona itu mengatakan dalam sebuah rapat umum bahwa negara Spanyol adalah kekuatan yang menindas. Dia berkampanye keras untuk wilayah di timur laut Negeri Matador itu agar bisa mendeklarasikan kemerdekaan.

"Olahraga adalah bagian dari kebanggaan nasional kita, itu tidak boleh politis," kata Sanchez dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Marca.

"Komentarnya tentang Spanyol sebagai negara otoriter tentu saja membuat saya jengkel, saya tersinggung dengan apa yang dia katakan karena itu tidak benar," ujarnya.

"Dia (Guardiola) berbicara tentang tim nasional Spanyol, tetapi dari apa yang saya tahu ini adalah negara yang sama yang memintanya untuk melatih tim nasional, bukan pihak tertentu," lanjutnya mengkritik.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya