Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan pada Jumat, 31 Mei 2019 bahwa dirinya akan secara resmi meluncurkan kampanye untuk pemilihan umum demi masa jabatannya yang kedua. Pemilu yang dimaksud akan dilaksanakan pada 3 November 2020 mendatang.
Sang presiden nyentrik akan meluncurkan kampanye pertamanya pada 18 Juni 2019, demikian sebagaimana dikutip dari laman Channel News Asia pada Sabtu (1/6/2019).
Advertisement
Baca Juga
Melalui sebuah twit, Trump mengatakan dirinya akan mengadakan rapat umum yang akan dihadiri oleh istrinya, Melania, Wakil Presiden Mike Pence dan istri Pence, Karen di Amway Center yang berkapasitas 20.000 kursi di Orlando, Florida.
"Bergabunglah dengan kami untuk kampanye bersejarah ini!" cuitnya.
Trump telah mengatakan sejak awal masa jabatannya, ia berencana untuk mencalonkan kembali pada tahun 2020. Presiden nyentrik itu juga dilaporkan oleh Channel News Asia dikutip telah mengadakan kampanye-kampanye dan mengumpulkan puluhan juta dolar.
Ketika Trump berbicara kepada para pendukungnya, dia sering merujuk pada enam tahun yang tersisa dalam kekuasaan - bukan 18 bulan yang tersisa dalam masa jabatan pertamanya.
Kandidat yang Kuat?
Trump akan meluncurkan kampanyenya dengan latar belakang meningkatnya seruan Demokrat untuk pemakzulannya. Ia juga tampaknya melihat peluang dengan banyaknya anggota partai oposisi yang berusaha menggesernya.
Peluncuran resmi untuk kampanye pemilu tahun 2020 akan berlangsung di New York.
Trump, yang menganggap Florida sebagai rumah kedua, memenangkan negara bagian pada 2016. Namun seperti halnya presiden di banyak negara bagian pertempuran, kemenangannya tidak dijamin di sana pada tahun 2020, dan ia kemungkinan akan menghadapi perjuangan untuk memenangkan daerah itu kembali.
Sejak Trump mengambil alih kekuaaan sebagai presiden pada awal 2017, Amerika Serikat disebut-sebut memiliki tingkat pengangguran yang rendah dan pertumbuhan yang kuat.
Biasanya, presiden dengan pencapaian ekonomi seperti itu akan menjadi kandidat yang kuat untuk jabatan selanjutnya.
Advertisement
Kemungkinan Tidak Berjalan Mulus
Sayangnya, kepemimpinan Trump telah meningkatkan polarisasi yang tajam di masyarakat.
Hal itu tampaknya menjadi perhatian khusus bagi kubu oposisi untuk menjegalnya mendapatkan masa jabatan yang kedua. Mengingat, sejumlah kandidat anggota parlemen dari Partai Demokrat selalu berkampanye dengan menekankan inklusivitas dan anti-diskriminasi.
Ahli strategi kubu Republikan melihat calon terdepan Demokrat Joe Biden menjadi masalah bagi Trump di negara bagian Midwestern, dan Trump telah menyerang Biden dengan nama panggilan "Sleepy Joe".