Donald Trump: Tindakan Tegas AS Bukan untuk Mengubah Rezim Iran

Donald Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengubah rezim Iran, meski sedang bertikai.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 27 Mei 2019, 17:55 WIB
Diterbitkan 27 Mei 2019, 17:55 WIB
Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)
Donald Trump dalam safari politiknya di Biloxi, negara bagian Mississippi, pada November 2018 (AFP/Jim Watson)

Liputan6.com, Tokyo - Di sela-sela kunjungannya ke Jepang, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan bahwa pihaknya tidak menginginkan perubahan rezim di Iran, meski ketegangan di Teluk Persia meningkat pasca Washington mengirim armada kapal perangnya.

"Saya tahu begitu banyak orang dari Iran, mereka adalah orang-orang hebat, negara itu memiliki peluang untuk menjadi negara hebat, dengan kepemimpinan yang sama," kata Trump, sebagaimana dikutip dari Channel News Asia pada Senin (27/5/2019).

"Kami tidak mengincar perubahan rezim, saya hanya ingin menjelaskannya. Kami tidak mencari senjata nuklir. Saya sama sekali tidak ingin menyakiti Iran," tambah Trump.

AS pada hari Jumat mengatakan pihaknya mengerahkan 1.500 tentara tambahan ke Timur Tengah, untuk melawan "risiko ancaman" dari Iran, di mana hal itu adalah langkah terbaru dalam serangkaian eskalasi militer kedua negara.

Ketegangan telah meningkat antara Washington dan Teheran sejak tahun lalu, ketika Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran, dan menerapkan kembali sanksi terhadap negara kaya minyak itu.

Trump, pada hari Senin, menegaskan kembali kritiknya terhadap "kesepakatan Iran yang mengerikan", tetapi mengatakan ia terbuka untuk negosiasi baru.

"Saya pikir kita akan membuat kesepakatan," katanya pada konferensi pers bersama Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Beberapa jam sebelumnya, Trump bersikeras: "Saya percaya bahwa Iran ingin berbicara, dan jika mereka ingin berbicara, kami juga ingin berbicara."

Trump Melunak ke Korea Utara

Jabatan tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam (AP)
Jabatan tangan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Metropole Hotel, Hanoi, Vietnam (AP)

Donald Trump menyuarakan nada berdamai yang sama pada Korea Utara, yang merupakan topik utama pembicaraannya di Jepang.

Presiden AS ke-45 itu, yang telah melakukan dua putaran pembicaraan dengan Kim Jong-un, menggambarkan sosok pemimpin Korea Utara sebagai orang yang "sangat pintar", dan paham tentang pentingnya denuklirisasi.

"Dia tahu bahwa dengan nuklir ... hanya hal buruk yang bisa terjadi. Dia adalah orang yang sangat pintar, dia bisa menahan diri," kata Trump, yang mengulangi bahwa Korea Utara memiliki "potensi ekonomi luar biasa".

Selain itu, Trump juga sekali lagi menepis kekhawatiran terhadap uji coba rudal oleh Korea Utara pada awal Mei, di mana hal itu bertolak belakang dengan pendapat Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, yang menyebutnya sebagai pelanggaran resolusi PBB.

"Orang-orang saya berpikir itu (uji coba rudal Korut) bisa menjadi pelanggaran ... Saya melihatnya sebagai orang yang mungkin ingin mendapatkan perhatian," kata Trump mengkritik.

Jepang dan Korea Utara Siap Bertemu

PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)
PM Jepang Shinzo Abe saat konferensi pers bersama Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih (7/6) (AFP PHOTO)

Sementara itu, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menegaskan kesediaannya untuk bertemu langsung dengan Kim Jong-un, khususnya untuk mengangkat isu penculikan warga negaranya oleh Pyongyang.

Di lain pihak, Donald Trump mendukung kesiapan tersebut, dan mengaku siap membantu melakukann pembicaraan langsung

Selain Korea Utara, Trump dan Abe telah memfokuskan pembahasan pada isu perdagangan, di mana Washington dan Tokyo terkunci dalam negosiasi untuk mengurangi apa disebut Trump sebagai "ketidakseimbangan perdagangan dalam skala besar".

Menurut Trump, kesepakatan akhir tentang isu itu tidak akan terwujudu hingga pemilihan majelis tinggi Jepang pada Juli mendatang, tetapi mengatakan ia mengharapkan kesepakatan yang akan "menguntungkan kedua ekonomi".

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya