Bentrokan Pecah Gara-gara Ratusan Yahudi Paksa Masuk Masjid Al Aqsa

Protes meletus setelah ratusan orang Yahudi ekstremis, sayap-kanan dan ultra-nasionalis, memasuki kompleks Masjid Al Aqsa bersama dengan pasukan Israel.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 03 Jun 2019, 15:01 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2019, 15:01 WIB
Masjid Al Aqsa di sepanjang tembok selatan Al Haram Al Sharif (David Shankbone / Creative Commons CC BY-SA 3.0)
Masjid Al Aqsa di sepanjang tembok selatan Al Haram Al Sharif (David Shankbone / Creative Commons CC BY-SA 3.0)

Liputan6.com, Yerusalem - Protes meletus pada Minggu 2 Juni 2019 setelah ratusan orang Yahudi ekstremis, sayap-kanan dan ultra-nasionalis memasuki kompleks Masjid Al Aqsa bersama dengan pasukan Israel.

Kehadiran mereka adalah untuk mengakses kompleks tersebut pada Hari Yerusalem --hari ketika Israel memperingati pendudukan mereka atas Yerusalem Timur pada akhir Perang Arab-Israel atau Perang Enam Hari 1967.

Organisasi Wakaf Muslim yang mengawasi kompleks Masjid Al Aqsa --situs paling suci ketiga dalam Islam-- mengatakan polisi menggunakan peluru karet dan semprotan merica dan menangkap tujuh orang, demikian seperti dilansir Al Jazeera, Senin (3/6/2019).

Seorang pria Palestina menderita cedera kepala, sementara yang lain dirawat karena keracuan gas air mata di dalam kompleks, kata seorang petugas medis dari Bulan Sabit Merah Palestina.

Ini adalah pertama kalinya dalam sekitar 30 tahun bahwa orang Yahudi diizinkan masuk ke situs tersebut selama hari-hari terakhir bulan puasa Ramadan, yang tahun ini bertepatan dengan Hari Yerusalem.

Direktur Masjid Al Aqsa Omar al-Kiswani menuduh Israel melanggar perjanjian yang mengatur bahwa kunjungan semacam itu dilarang selama hari-hari terakhir Ramadan.

Pemicu Kericuhan

Kubah Masjid Al Aqsa di Kompleks Al Haram Al Sharif (Temple Mount), Kota Tua Yerusalem (Andrew Shiva / Wikipedia / Creative Commons CC-BY SA 4.0)
Kubah Masjid Al Aqsa di Kompleks Al Haram Al Sharif (Temple Mount), Kota Tua Yerusalem (Andrew Shiva / Wikipedia / Creative Commons CC-BY SA 4.0)

Sebelumnya pada pagi hari, polisi Israel telah mengerahkan ratusan pasukan mereka di sekitar kompleks masjid ketika ratusan orang Yahudi menunggu di gerbang kompleks untuk masuk ke Al Aqsa.

Padahal sebelumnya telah diumumkan bahwa orang-orang Yahudi tidak akan diizinkan masuk ke kompleks Masjid Al Aqsa karena sensitivitas mendekati akhir Ramadan.

Tetapi, ratusan pemukim Yahudi, yang diidentifikasi sebagai ultra-nasionalis dan kelompok sayap kanan tetap menuntut untuk masuk.

Begitu polisi memutuskan mereka akan diizinkan masuk, protes oleh warga Palestina dimulai dan pasukan mengikuti untuk menghentikan demonstrasi.

Video di dalam kompleks memperlihatkan warga Palestina meneriakkan "Allahu Akbar" (Tuhan Maha Besar) dan melemparkan kursi dan benda-benda lain di ambang pintu sebelum gas air mata dan bom setrum dilemparkan ke arah mereka.

Ribuan orang Yahudi juga berbondong-bondong ke Tembok Barat di dekatnya untuk menandai acara menjelang perayaan dan pawai Hari Yerusalem yang akan diadakan di sekitar kota pada sore dan malam hari.

Pawai tahunan di seluruh kota, termasuk di kawasan Muslim di Kota Tua, kerap memaksa orang-orang Palestina untuk menutup bisnis mereka serta sering memicu bentrokan.

Langkah-langkah keamanan telah diperketat dan polisi dalam keadaan siaga tinggi setelah seorang remaja Palestina ditembak mati oleh pasukan Israel ketika ia mencoba memasuki Yerusalem Timur yang diduduki untuk melakukan salat Jumat di kompleks Masjid Al Aqsa.

Palestina Mengutuk 'Tindakan Teror' Israel

Masjid Al-Aqsa.
Kompleks al-Haram al-Sharif (Sumber: iStockphoto)

Partai-partai politik Palestina mengutuk insiden itu.

Fatah, partai yang memimpin Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah, menggambarkan insiden itu sebagai tindakan "teror".

Hamas, kelompok yang memerintah Jalur Gaza yang terkepung, mengatakan sikap dan ketekunan rakyat Palestina menunjukkan penolakan mereka terhadap "kebijakan pendudukan" yang bertujuan untuk mengubah status quo dari kompleks masjid Al Aqsa.

Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mengatakan insiden itu menandai peningkatan baru yang menegaskan "niat pendudukan untuk menghakimi" Al Aqsa. Ia juga mengatakan insiden itu merupakan upaya partai sayap kanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk maju secara politik, terutama setelah berencana membubarkan Knesset.

Dalam insiden terpisah pada hari Jumat, seorang pria Palestina ditembak mati oleh polisi Israel setelah diduga menikam dua orang Israel di Kota Tua Yerusalem Timur.

Masjid Al Aqsa, yang terletak di dalam kompleks seluas 35 hektar, disebut sebagai al-Haram al-Sharif, atau Tempat Suci, oleh umat Islam, atau sebagai Temple Mount oleh orang Yahudi.

Tembok Barat kompleks, yang dikenal sebagai Tembok Ratapan untuk orang Yahudi, diyakini sebagai sisa terakhir dari Kuil Kedua, sementara umat Islam menyebutnya sebagai Dinding al-Buraq dan meyakini itu adalah di mana Nabi Muhammad mengikat al-Buraq, binatang dimana dia naik ke langit dan berbicara kepada Tuhan selama proses al-Isra al-Miraj.

Daerah ini selalu ditutup untuk orang Yahudi pada 10 hari terakhir Ramadan tahun ini yang bertepatan dengan Hari Yerusalem orang Israel. Padahal, sejumlah besar umat Muslim tinggal di lokasi tersebut.

"Polisi benar-benar tidak memberikan penjelasan mengapa mereka membuat keputusan itu," Harr Fawcett dari Al Jazeera melaporkan

Juru bicara polisi hanya mengatakan bahwa akses (ke Al Aqsa) untuk non-Muslim diizinkan hari ini seperti pada hari biasa, tetapi tidak mengakui apakah keputusan itu dipengaruhi karena bertepatan dengan Hari Yerusalem.

Terakhir kali ketika Hari Yerusalem bertepatan dengan akhir Ramadan adalah pada tahun 1988. Kala itu, kompleks Masjid Al Aqsa tetap ditutup untuk orang Yahudi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya