Rencana NASA Gunakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan untuk Misi Antariksa

Pertama kalinya, NASA akan gunakan bahan bakar ramah lingkungan dalam misi antariksa 24 Juni mendatang.

oleh Siti Khotimah diperbarui 17 Jun 2019, 12:02 WIB
Diterbitkan 17 Jun 2019, 12:02 WIB
Detik-Detik Peluncuran Roket NASA ke Matahari
Roket NASA, United Launch Alliance Delta IV Heavy membawa pesawat Parker Solar Probe sebelum diluncurkan ke Matahari dari Frorida, Amerika Serikat, Sabtu (11/8). Pesawat luar angkasa tercepat ini akan mendekati Matahari. (Bill Ingalls/NASA via AP)

Liputan6.com, Washington DC - Bahan bakar ramah lingkungan akan segera digunakan dalam misi antariksa. Sebuah misi ambisius NASA bernama Green Propellant Infusion Mission (GPIM) akan diluncurkan pada 24 Juni 2019, jika sesuai rencana, dengan roket Falcon Heavy milik SpaceX.

Langkah itu adalah bagian dari misi uji teknologi yang disebut sebagai STP-2.

GPIM adalah sebuah pesawat ruang angkasa kecil berbentuk kotak yang menggunakan teknologi ramah lingkungan (green energy) sebagaimana dikutip dari Space.com pada Senin (17/6/2019). 

Wahana itu akan menguji propelan (bahan yang digunakan roket untuk memproduksi reaksi kimia) yang rendah racun, untuk pertama kalinya dalam misi angkasa luar NASA.

Propelan bersih itu dibuat dari campuran bahan bakar atau pengoksidasi hidroksil amonium nitrat yang bernama AF-M315E.

Senyawa itu akan berperan sebagai alternatif dari hidrazin yang sangat beracun, yang digunakan sebagai bahan bakar roket untuk menggerakkan satelit dan pesawat ruang angkasa.

"Sangat penting bagi kami untuk mengembangkan teknologi yang meningkatkan perlindungan bagi personel peluncuran serta lingkungan, dan yang berpotensi mengurangi biaya," kata Steve Jurczyk, staf administrasi di Direktorat Misi Teknologi Antariksa NASA.

 

Menelan Puluhan Juta Dollar

Detik-Detik Peluncuran Roket NASA ke Matahari
Roket United Launch Alliance Delta IV Heavy membawa pesawat Parker Solar Probe meluncur ke matahari, Frorida, AS, Minggu (12/8). Pesawat akan melintasi Venus dan berputar mengelilingi Matahari sebelum akhirnya mendekati Korona. (Bill Ingalls/NASA via AP)

Misi GPIM menelan biaya total $ 65 juta dan akan diuji untuk pertama kalinya di angkasa luar pada bulan ini. Hal itu bertujuan untuk menyediakan bahan bakar alternatif yang berkelanjutan dan efisien iuntuk misi antariksa.

Saat ini, sebagian besar pesawat ruang angkasa menggunakan hidrazin. Adapun bahan bakar baru NASA itu hampir 50 persen lebih efisien serta menjanjikan misi yang lebih lama dengan menggunakan sedikit propelan.

Bahan bakar inovasi baru itu juga memiliki titik beku yang lebih rendah, sehingga membutuhkan lebih sedikit daya pesawat ruang angkasa untuk mempertahankan suhu.

Selain itu, juga memiliki kepadatan yang lebih tinggi, sehingga dapat disimpan di ruang bervolume lebih kecil.

 

Lebih Aman bagi Manusia

Detik-Detik Peluncuran Roket NASA ke Matahari
Roket NASA, United Launch Alliance Delta IV Heavy membawa pesawat Parker Solar Probe meluncur ke Matahari dari Frorida, Amerika Serikat, Minggu (12/8). Peluncuran roket berjalan lancar dan direkam secara dramatis. (Bill Ingalls/NASA via AP)

Jika dibandingkan dengan hidrazin, bahan bakar hijau ini jauh lebih aman bagi manusia.

"Ini sangat aman, dan kami pikir itu dapat dimuat di universitas atau temapt lain di mana Anda biasanya tidak melakukan operasi pemuatan propelan," Dayna Ise, eksekutif program misi demonstrasi teknologi di Direktorat Misi Teknologi Antariksa NASA, mengatakan pada 7 Juni.

"Dan Anda dapat mengirimkannya melalui FedEx, sehingga cukup aman untuk dikirimkan dengan FedEx di seluruh negeri."

Ball Aerospace, produsen pesawat ruang angkasa di Colorado, telah bekerja dengan subkontraktor Aerojet Rocketdyne dan ilmuwan NASA untuk mengembangkan sistem propulsi untuk bahan bakar hijau. 

GPIM adalah salah satu dari empat misi teknologi NASA di antara muatan misi STP-2 yang dijadwalkan diluncurkan SpaceX Falcon Heavy pada 24 Juni .

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya