Liputan6.com, Jakarta - PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) kembali harus menghadapi gugatan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU). Gugatan PKPU ini tidak langsung kepada Wika Beton tetapi ditujukan kepada salah satu entitas usaha yaitu PT Wijaya karya Pracetak Gedung (WPG).
Dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Senin (16/9/2024), pendaftaran perkara atas permohonan PKPU kepada WPG diajukan oleh CV Maju Lancar Jaya dengan nomor resiter perkara Nomor 275/Pdt/Sus-KPKU/2024/PN Niaga Jakarta pusat.
Baca Juga
Permohonan PKPU ini diajukan oleh CV Maju Lancar Jaya kepada WPG dengan registrasi pada tanggal 11 September 2024. Nilai gugatan yang diajukan mencapai Rp 290 juta.
Advertisement
"Dapat kami sampaikan bahwa dengan adanya permohonan PJPU tersebut, tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja keuangan maupun kegiatan operasional perseroan," jelas Sekretaris Perusahaan Wika Beton Dedi Indra.
Pendapatan Semester I 2024
PT Wijaya Karya Beton Tbk (WTON) atau WIKA Beton telah mengumumkan kinerja paruh pertama 2024 yang berakhir pada 30 Juni 2024. Pada periode tersebut, perseroan berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba.
Melansir keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan membukukan pendapatan usaha Rp 2,2 triliun. Pendapatan itu naik 20,85 persen dari pendapatan semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 1,8 triliun.
"Porsi pendapatan perseroan masih didominasi oleh segmen beton, baik itu beton pracetak maupun beton segar (readymix), yakni sebesar 84,74%, disusul segmen jasa sebesar 15,21% dan segmen material sebesar 0,04%," ungkap Sekretaris Perusahaan WIKA Beton Dedi Indra, ditulis Kamis (8/8/2024).
Beban Usaha
Sejalan dengan kenaikan pendapatan usaha, beban pokok pendapatan pada semester I 2024 naik menjadi Rp 2,05 triliun dari Rp 1,7 triliun pada semester I 2023. Meski begitu, perseroan berhasil membukukan laba kotor Rp 145,12 triliun atau masih naik dibanding laba kotor semester I 2023 yang tercatat sebesar Rp 117,97 triliun.
Pada semester I 2024, perseroan membukukan beban usaha sebesar Rp 78,38 miliar. Perseroan juga membukukan beban lain-lain sebesar Rp 46,8 miliar. Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 17,9 miliar.
Laba itu naik 31,65 persen dibandingkan laba semester I 2023 yang sebesar Rp 13,6 miliar. Dari sisi aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2024 turun menjadi Rp 7,33 triliun dari Rp 7,63 triliun pada akhir tahun lalu.
Liabilitas ikut turun menjadi Rp 3,69 triliun pada Juni 2024 dari Rp 1,01 triliun pada akhir tahun lalu. Sementara ekuitas sampai dengan 30 Juni 2024 naik menjadi Rp 3,64 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 3,63 triliun.
Advertisement