NASA Akan Buka Akses Stasiun Angkasa Luar untuk Kepentingan Komersial

Stasiun Angkasa Luar Internasional berencana membuka diri terhadap akses publik untuk kepentingan komersial.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 08 Jun 2019, 17:03 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2019, 17:03 WIB
Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa Internasional, atau ISS (AP)
Ilustrasi Stasiun Ruang Angkasa Internasional, atau ISS (AP)

Liputan6.com, Washington DC - Dalam sebuah langkah yang mengejutkan pada Jumat 7 Juni 2019, NASA mempersilakan publik untuk mengakses Stasiun Angkasa Luar Internasional (ISS) untuk keperluan komersial, seperti pemasaran, kepentingan bisnis, dan pariwisata.

Kebijakan tersebut memberikan peluang jasa penerbangan roket swasta menuju ISS, serta menghabiskan waktu di kabin astronot dan laboratorium setempat.

Sedangkan untuk kepentingan bisnis, sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Sabtu (8/6/2019), publik dapat memanfaatkan ISS untuk uji coba produk atau merekam film --termasuk iklan-- di ruang angkasa.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya NASA untuk menempatkan wanita pertama, dan pria lain, di Bulan paling cepat pada 2020 mendatang.

Sebagaimana diketahui, hingga saat ini, stasiun angkasa luar hanya digunakan sebagai lokasi penelitian dan pengembangan untuk tujuan ilmiah.

"Mengaktifkan ekonomi yang dinamis di orbit rendah Bumi selalu menjadi elemen pendorong program ISS, dan akan menjadikannya lebih mudah diakses oleh semua orang," kata kata astronot Christina Koch melalui serangkaian twit di akun NASA.

"Transisi menuju model bisnis baru ini adalah langkah penting, untuk memungkinkan NASA bergerak dengan kecepatan penuh dalam pendaratan wanita pertama dan pria berikutnya di Bulan," lanjutnya.

 

Memungkinkan Kunjungan Publik Hingga 30 Hari

Astronaut NASA
Nick Hague (kiri), Christina Koch (tengah), dan Anne McClain (kanan) berlatih untuk spacewalk di ISS. (NASA)

Arahan baru tersebut memungkinkan astronot non-profesional untuk menghabiskan hingga 30 hari di dalam ISS pada orbit rendah Bumi, melalui perjalanan yang direncanakan oleh perusahaan swasta.

NASA mengatakan bahwa pihaknya yakin dapat menampung hingga dua misi berdurasi pendek dalam setahun, yang didanai swasta.

Astronot swasta harus mengganti biaya pemerintah ke stasiun angkasa luar, termasuk US$ 11,250 (setara Rp 159 juta) sehari untuk keperluan tubuh, serta US$ 22.500 (setara Rp 319 juta) sehari untuk makanan, udara, dan pasokan medis.

Namun, para astronot harus membayar perusahaan swasta untuk sampai ke stasiun angkasa luar, dan tiket itu mungkin akan menelan biaya belasan miliar rupiah.

Akhirnya, NASA berharap stasiun ruang angkasa akan menjadi salah satu dari beberapa "tujuan yang dapat ditinggali secara komersial dan bebas terbang di orbit rendah Bumi".

Untuk saat ini, NASA membuat sebuah kabin stasiun angkasa luar tersedia untuk penggunaan komersial "dalam jangka waktu terbatas".

Respons Atas Rencana Trump

Mikroba di ISS
Astronot Karen Nyberg berada di ISS. (NASA)

Langkah ini merupakan bagian dari dorongan yang lebih luas oleh pemerintahan Donald Trump untuk mengakhiri pendanaan AS terhadap ISS, dan memungkinkan perusahaan komersial untuk menggantikan sumber pembiayaan rumah astronot di ruang angkasa.

"NASA membuka Stasiun Ruang Angkasa Internasional untuk peluang komersial dan memasarkan peluang-peluang ini seperti yang belum pernah kami lakukan sebelumnya," kata direktur keuangan setempat, Jeff DeWit, di New York.

Rincian lainnya, seperti tepatnya siapa yang berhak untuk membeli tiket ke ISS, tidak diungkapkan.

Tahun lalu, sebuah komite yang dibentuk oleh pemerintahan Trump melontarkan gagasan untuk memungkinkan astronot tampil dalam kampanye komersial, seperti pada kotak sereal, untuk iklan yang akan difilmkan di ISS, atau bahkan untuk kendaraan antariksa yang memiliki logo seperti mobil balap.

Komite ini dipimpin oleh seorang pengacara yang bekerja sebagai humas untuk perusahaan teknologi angkasa luar Maxar Technologies.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya