45 Warga Hong Kong Terluka Akibat Penyerangan Pria Bertopeng

Setidaknya 45 orang terluka akibat penyerangan pria bertopeng di Hong Kong.

oleh Siti Khotimah diperbarui 22 Jul 2019, 16:02 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2019, 16:02 WIB
Bentrok polisi dan demonstran anti pemerintah Hong Kong (AP/Lo Kwanho)
Bentrok polisi dan demonstran anti pemerintah Hong Kong (AP/Lo Kwanho)

Liputan6.com, Hong Kong - Setidaknya 45 orang terluka di Hong Kong akibat serangan sekelompok pria bertopeng pada Minggu malam, 21 Juli 2019. Satu di antara korban tengah berada dalam kondisi kritis, menurut otoritas rumah sakit kota.

Segerombolan pria tak dikenal itu menyerang para komuter dan pengunjuk rasa anti-pemerintah di sebuah stasiun kereta api di Hong Kong. Kelompok tersebut dilaporkan membawa tongkat dan mengenakan kaus putih, membanjiri stasiun Mass Transit Railway (MTR) di daerah Yuen Long.

Serangan itu terjadi setelah beberapa ribu aktivis mengepung kantor perwakilan China di Hong Kong, yang kemudian bentrok dengan polisi seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (22/7/2019).

Rekaman yang diambil oleh komuter dan anggota parlemen oposisi Hong Kong Lam Cheuk-ting memperlihatkan, sejumlah pria bertopeng menyerbu kereta dan penumpang.

Saksi mata mengatakan mereka tampaknya menargetkan para penumpang berbaju hitam yang telah melakukan pawai anti-pemerintah.

Sementara itu, siaran langsung di Facebook menunjukkan orang-orang berteriak ketika sekelompok gengster itu memukuli banyak pengunjuk rasa dan jurnalis di stasiun dan di dalam kereta. Genangan darah tertinggal di lantai gerbong.

"Orang-orang mulai berlari ke segala arah, hanya menghindari para gangster," kata seorang saksi yang merupakan pekerja pemerintah.

 

Simak pula video pilihan berikut:

Triad Diduga di Balik Serangan

Polisi Hong Kong berjaga usai demonstrasi pro demokrasi berujung ricuh akhir pekan lalu, 21 Juli 2019 (Philip Fong / AFP PHOTO)
Polisi Hong Kong berjaga usai demonstrasi pro demokrasi berujung ricuh akhir pekan lalu, 21 Juli 2019 (Philip Fong / AFP PHOTO)

Seorang anggota parlemen oposisi menyatakan, gerombolan itu diduga memiliki keterkaitan dengan kelompok kejahatan terorganisir (triad Hong Kong).

"Apakah Hong Kong sekarang mengizinkan triad untuk melakukan apa yang mereka inginkan, memukuli orang-orang di jalan dengan senjata?" kata anggota parlemen Lam Cheuk-ting  kepada wartawan.

Jika terbukti bahwa gerombolan insiden Minggu terafiliasi triad, ini bukan pertama kalinya kelompok kejahatan terorganisir itu menargetkan massa pro-demokrasi di Hong Kong.

Peristiwa serupa pernah terjadi pada 2017 selama protes serupa dan melukai sejumlah orang --the Daily Beast melaporkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya