Dampak Gelombang Panas Eropa Berisiko Lebih Parah dari Sebelumnya

Belum genap sebulan, gelombang panas kembali melanda Eropa, di mana dampaknya disebut berpotensi lebih parah.

oleh Happy Ferdian Syah Utomo diperbarui 26 Jul 2019, 07:55 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2019, 07:55 WIB
Gelombang Panas Melanda Eropa
Dua pria mendinginkan diri dengan bermain di air mancur umum dekat Atomium saat gelombang panas melanda Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (24/7/2019). Warga turun ke air mancur saat gelombang panas yang memecahkan rekor melanda Eropa. (AP Photo/Francisco Seco)

Liputan6.com, Paris - Jerman, Belanda, dan Belgia telah mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang masa selama dua hari terakhir, bersamaan dengan siang terpanas di Paris akibat gelombang panas yang kembali melanda Eropa barat untuk kedua kalinya tahun ini.

Temperatur ekstrem mengikuti gelombang panas serupa bulan lalu yang menjadikannya Juni terpanas sepanjang sejarah, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Jumat (26/7/2019).

Para ilmuwan mengatakan krisis iklim membuat gelombang panas pad amusim panas lima kali lebih mungkin dan secara signifikan lebih intens.

Catatan suhu tertinggi hari Rabu di Belanda mencapai 39,3 derajat Celsius, terutama di kota Eindhoven, yang berlangsung lebih dari 12 jam.

Pantauan stasiun cuaca di pangkalan udara Gilze-Rijen menunjukkan potensi kenaikan suhu udara menjadi 40,4 derajat Celsius pada Kamis sore, kata badan meteorologi Kerajaan Belanda, Royal Meteorological Institute (KNMI).

Setelah merekam kenaikan suhu baru hingga 40,2 derajat Celsius di Angleur pada hari Rabu, Institut Meteorologi Kerajaan Belgia (KMI-RMI) mengatakan suhu di Kleine Brogel --dekat perbatasan Belanda-- naik pada hari Kamis menjadi 40,6 derajat Celsius.

Catatan gelombang panas ekstrem sebelumnya di kedua negara berasal dari tahun 1940-an.

"Ini adalah suhu tertinggi dalam sejarah yang melanda Belgia, sejak awal pengukuran pada tahun 1833," kata Alex Dewalque dari KMI-RMI.

 

 

Suhu Bisa Naik Lebih Tinggi

Gelombang Panas Melanda Eropa
Seorang gadis bermain mendinginkan diri denggan di sebuah fontaine saat gelombang panas menerjang Eropa di Berlin, Jerman, Rabu (24/7/2019 ). Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyatakan gelombang panas menegaskan dampak dari perubahan iklim. (AP Photo/Michael Sohn)

Sementara di Jerman, layanan cuaca nasional DWD, mengatakan telah mencatat suhu 41,5 derajat Celsius di kota Lingen, yang berlokasi di barat laut negara itu, pada hari Kamis.

Ini merupakan pertama kalinya suhu dicatat di atas 41 derajat Celsius di Jerman.

Catatan itu datang sehari setelah suhu tertinggi sepanjang masa di Jerman, yakni 40,5 derajat Celsius, tercatat melanda Geilenkirchen di Rhine-Westphalia Utara.

Di Prancis, Météo-France mengatakan catatan yang terekam stasiun cuaca Paris-Montsouris, menyebut suhu di ibu kota negara itu melampaui ketinggian sebelumnya 40,4 derajat Celsius pada Juli 1947 (segera setelah pukul 13.00), kini menjadi 42,6 derjaat Celsius setelah pukul 16.00 waktu setempat.

"Suhu bisa naik lebih tinggi," kata layanan itu, mencatat bahwa rata-rata cuaca panas di Eropa barat tercatat mencapai 43 derajat Celsius.

DWD mengatakan massa udara panas menggantung "seperti lonceng" di atas daerah yang membentang dari Mediterania tengah ke Skandinavia, terjepit di antara zona bertekanan rendah di Rusia barat dan Atlantik timur.

Ketika pihak berwenang di seluruh benua membagikan air gratis kepada para tunawisma, menempatkan rumah sakit dan institusi perawatan perumahan dalam keadaan siaga tinggi, serta membuka gedung-gedung kota kepada siapa pun yang mencari tempat berteduh, kereta api melambat di beberapa negara untuk menghindari kerusakan pada jalur relnya, yang bisa menguap karena panas.

Operator kereta SNCF Prancis dan Métro di Paris menyarankan para pelancong untuk menunda perjalanan mereka jika memungkinkan.

Deutsche Bahn Jerman juga mengatakan bahwa penumpang kereta yang telah memesan tiket untuk hari Kamis atau Jumat dapat menunda perjalanan tanpa biaya tambahan, karena gelombang panas diperkirakan akan berlangsung hingga 4 Agustus mendatang.

 

Berdampak Luas ke Banyak Sektor

Gelombang Panas Melanda Eropa
Warga memadati area pemandian Sorenga saat gelombang panas menerjang Eropa di Oslo, Norwegia, Rabu (24/7/2019). Sebagian besar negara Eropa mengeluarkan peringatan kesehatan terkait gelombang panas. (Erik Johansen/NTB Scanpix via AP)

Dengan diberlakukannya pembatasan air di banyak daerah, tingkat debit sungai yang rendah mendorong para pejabat untuk melarang kapal berlayar di bentangan Sungai Danube di Jerman sepanjang 37 mil (sekitar 59 kilometer).

Sementara itu, sebuah kebun binatang di Belgia mengatakan sedang memberi makan ayam beku untuk harimau dan semangka yang dibungkus es untuk beruang.

Di Prancis, Météo-France mengatakan gelombang panas mendorong perlunya perawatan khusus, terutama untuk orang yang rentan atau terpapar.

Perdana menteri Prancis, Édouard Philippe, mengatakan orang-orang "harus menjaga diri mereka sendiri, terutama mereka yang hidup sendirian".

Kota-kota besar Prancis termasuk Lille, Rouen, Dijon dan Strasbourg juga ditetapkan sebagai wilayah dengan suhu tertinggi sepanjang masa, kata layanan itu, bergabung dengan selusin lainnya --termasuk Bordeaux-- untuk mencapai rekor terpanas pada pekan ini.

Pemerintah Prancis tetap dihantui oleh gelombang panas pada 2003, yang menyebabkan 15.000 kematian prematur, terutama orang tua, dan kritik keras terhadap pihak berwenang karena tidak memobilisasi cukup cepat.

 

Simak video pilihan berikut: 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya