Liputan6.com, London - Ilmuwan di Belgia melakukan penelitian terkait dampak polusi udara terhadap ibu hamil. Mengejutkannya, mereka mengklaim bahwa partikel pencemaran ditemukan di sisi plasenta janin.
Ini menunjukkan, bayi yang belum lahir langsung terpapar karbon hitam yang dihasilkan oleh lalu lintas bermotor dan pembakaran bahan bakar.
Riset tersebut adalah studi pertama yang menunjukkan bahwa plasenta dapat ditembus oleh partikel yang terhirup oleh ibu hamil. Penelitian ini pun menemukan ribuan partikel kecil per milimeter kubik jaringan di setiap plasenta yang dianalisis.
Advertisement
Baca Juga
Ilmuwan menilai, ada hubungan kuat antara dampak udara kotor dengan meningkatnya keguguran, kelahiran prematur dan berat badan rendah pada bayi.
Dalam studi itu, partikel polusi udara mungkin menjadi salah satu penyebab utamanya, bukan hanya respon inflamasi yang dihasilkan oleh pencemaran pada ibu.
Profesor Tim Nawrot dari Hasselt University di Belgia, yang memimpin penelitian ini, mengatakan: "Ini (janin) adalah periode kehidupan yang paling rentan. Semua sistem organnya masih dalam pengembangan. Untuk melindungi generasi masa depan, kita harus mengurangi paparan (polusi)."
Dia menambahkan, seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (18/9/2019), pemerintah setiap negara memiliki tanggung jawab untuk memangkas polusi udara, sementara ibu hamil disarankan agar menghindari jalan yang sibuk --jika memungkinkan.
Dijumpai Pada Kasus Keguguran
Tinjauan global yang komprehensif menyimpulkan, polusi udara dapat merusak setiap organ dan hampir setiap sel dalam tubuh manusia. Nanopartikel juga ditemukan sanggup melintasi penghalang antara darah dan otak serta miliaran lagi dijumpai di hati si ibu.
Penelitian Profesor Tim, yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications, meneliti 25 plasenta dari wanita yang tidak merokok di Hasselt, Belgia. Ia menggunakan teknik laser untuk mendeteksi partikel karbon hitam, yang memiliki jejak cahaya yang unik.
Dalam setiap kasus, mereka menemukan nanopartikel di sisi plasenta janin. Jumlahnya berkorelasi dengan tingkat polusi udara yang terpapar para ibu hamil.
Ada rata-rata 20.000 nanopartikel per milimeter kubik di plasenta ibu yang tinggal di dekat jalan raya. Bagi mereka yang jauh dari keramaian, rata-ratanya adalah 10.000 per milimeter kubik.
Profesor Tim juga memeriksa plasenta dari sejumlah kasus keguguran dan menemukan partikel karbon hitam di janin berusia 12 minggu.
Kini, ia dan rekan-rekannya sedang menganalisis darah janin untuk mengetahui bahaya yang terkandung dalam partikel, seperti riset untuk melihat seberapa jauh dampak kerusakan DNA.
Advertisement
Pada Anak Kecil
Selain itu, penelitian Profesor Tim juga menyasar anak-anak sekolah dasar. Ia menemukan partikel karbon hitam di urin bocah-bocah ini.
Penelitian yang diterbitkan pada tahun 2017 tersebut menemukan, rata-rata 10 juta partikel per mililiter ada pada ratusan anak usia sembilan hingga 12 tahun.
"Itu artinya, ada translokasi partikel dari paru-paru ke semua sistem organ manusia," kata Tim Nawrot.
"Sangat sulit untuk memberi orang nasihat praktis, karena semua orang harus bernafas," ujarnya.
"Untuk pencegahan, yang bisa dilakukan orang adalah menghindari jalanan ramai kendaraan bermotor, sesering mungkin," pungkasnya.