Liputan6.com, Melbourne - Bagaimana Australia mengatasi kebakaran hutan dalam kondisi kemarau dan kekurangan air?
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI pada Senin 16 September 2019 menyatakan kebakaran hutan dan lahan di Australia kemungkinan ikut memicu kejadian serupa di Kalimantan saat ini.
Baca Juga
Seperti dilaporkan kantor berita Antara, Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Ruandha Agung Sugardiman menyebut El Nino di Indonesia dalam kondisi normal, namun adanya kebakaran di Australia telah memperparah kondisi tersebut.
Advertisement
Selain itu, Dirjen Ruandha juga menuding kondisi udara kering dari Malaysia turut berkontribusi.
"Nah udara kering dari Malaysia itu menambah potensi terjadinya kebakaran (hutan di Kalimantan) ini," katanya.
Dia menjelaskan kondisi udara Indonesia yang sedang kering saat ini menyebabkan biomassa menjadi kering sehingga mudah terbakar.
"Yang jadi kendala kita adalah sebagian besar lokasi yang masih mempunyai biomassa tinggi itu berada di areal gambut. Itu yang menyebabkan asapnya semakin tebal," imbuhnyaa.
"Partikel-partikel dalam asap dari gambut ini cukup mengganggu kesehatan," tambah Dirjen Ruandha.
Sejauh ini, upaya pemadaman telah dilakukan dengan mengandalkan puluhan helikopter untuk menjatuhkan bom air (water bombing).
Militer Indonesia juga turut mengirimkan pesawat Hercules yang ditugaskan menyebarkan garam di udara untuk hujan buatan.
Mengatasi Kebakaran Tanpa Mengandalkan Air
Lantas, bagaimana upaya pemadaman dilakukan di Australia, yang kondisi udaranya justru sangat kering di wilayah yang mengalami kebakaran?
Kota-kota pedalaman Australia bahkan telah merelakan persediaan air mereka yang sangat terbatas untuk digunakan memadamkan api.
Kini, petugas terkait mulai melirik strategi pemadaman api tanpa mengandalkan air.
"Hampir semua dam sekarang sudah nyaris kering," ujar Tracy Dobie, salah satu walikota di negara bagian Queensland, yang daerahnya dilanda kebakaran lahan.
"Tak ada lagi air di sungai dan kali," katanya kepada ABC News Indonesia yang dikutip Rabu (17/9/2019).
Meski persediaan air di dam kota itu tinggal tiga hingga empat bulan, namun Walikota Dobie menyatakan tak ragu menggunakannya sebab prioritas saat ini memadamkan api.
Akibat masalah kekeringan dan kekurangan air, membuat petugas terkait kini memikirkan alternatif untuk mengatasi kebakaran.
Para petugas pemadam di sana telah menggunakan teknik pemadaman kering, yaitu membuat penghalang untuk mencegah terbakarnya bahan organik.
Teknik pemadaman kering dilakukan dengan menggunakan alat-alat tangan termasuk cangkul, membuat jalur penahan api serta menggunakan penghambat api.
"Mereka menggunakan ekskavator dan buldoser untuk membuat jalur selebar 20 meter di sekitar kobaran api," kata Wali Kota Dobie.
Strategi ini akan semakin penting mengingat musim panas baru akan berlangsung beberapa bulan mendatang.
Dinas Pemadam Kebakaran di negara bagian New South Wales (NSW) juga mempertimbangkan teknik pemadaman kering.
Advertisement
Kebakaran Hutan di Australia Mimpi Buruk
Pakar ekologi Australia Prof David Bowman menilai peristiwa kebakaran lahan di Queensland dan NSW merupakan mimpi buruk karena faktor suhu kering dan kemarau saat ini.
"Kebakaran tak bisa dipadamkan dengan teknologi yang biasanya dipakai karena adanya faktor kekeringan ekstrim," jelasnya.
Teknik pemadaman dengan helikopter dan pesawat water bom yang semakin sering digunakan, menurut Prof Bowman, tidak sustainable dan mahal.
Situasi kebakaran saat ini, katanya, menjadi momentum untuk mengubah pendekatan dalam upaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Prof Bowman menambahkan, lahan untuk hunian penduduk serta cara membangun rumah kini sudah perlu ditinjau kembali.
"Lanskap tempat tinggal kita semakin berbahaya dengan datangnya perubahan iklim," jelasnya.
"Para petugas pemadam telah menyaksikan perilaku api yang di luar bayangan mereka. Dan ini tak hanya terjadi di Australia," kata Prof Bowman lagi.
"Inilah wujud perubahan iklim itu dan kita perlu memahami apa yang sedang terjadi," paparnya.