Bantah Kirim Nota Protes Kabut Asap, Malaysia: Kami Tawarkan Kerja Sama ke RI

Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zainal Abidin Bakar membantah melayangkan nota protes mengenai kabut asap (haze) ke RI.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Sep 2019, 16:37 WIB
Diterbitkan 13 Sep 2019, 16:37 WIB
Asap Karhutla Selimuti Pekanbaru
Pengendara motor menembus kabut asap pekat yang menyelimuti Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (10/9/2019). Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tersebut menurunkan jarak pandang dan kualitas udara turun ke status tidak sehat. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Riau - Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zainal Abidin Bakar membantah kabar telah melayangkan nota protes mengenai kabut asap (haze) untuk Indonesia. Menurutnya, memang benar adanya bahwa Malaysia memberikan surat melalui Kementerian Energi, Sains, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahakan Iklim namun sebenarnya berisi bahwa Negeri Jiran mengajak Indonesia untuk bekerja sama menyelesaikan masalah yang dihadapi kedua negara tersebut.

"Tidak ada kami memberikan surat protes, yang ada hanya Malaysia menawarkan kerja sama untuk menyelesaikan masalah yang tidak hanya dihadapi Indonesia, tapi juga dihadapi Malaysia," ujar Zainal saat ditemui setelah acara Hari Kemerdekaan Malaysia ke-62 di kedutaan besarnya di Jakarta, Rabu 11 September  2019.

Dengan pernyataan dubes ini, Malaysia membantah pernyataan Menteri LHK RI Situ Nurbaya yang mengatakan bahwa Malaysia mengirimkan nota diplomatik kepada Indonesia perihal fenomena kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang turut melanda negara mereka, pada Jumat 6 September lalu.

Yang menurut Siti, Negeri Jiran tidak menangkap persoalan secara objektif.

"Malaysia harus menjelaskan persoalan ini secara objektif," lanjut Siti yang menambahkan bahwa kabut asap di Malaysia mungkin turut dipengaruhi oleh kebakaran hutan di wilayah mereka --seperti Sarawak dan Semenanjung Malaya.

Simak Video Pilihan Berikut:

Menteri RI dan Malaysia Cekcok Saling Lempar Tuduhan Soal Kabut Asap

Karhutla Kalteng
Kebakaran hutan dan lahan sempat mengancam Suaka Margasatwa (SM) Lamandau di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. (Foto: BKSDA Kalteng/Liputan6.com/Rajana K)

Sebelumnya, Menteri RI dan Malaysia saling lempar tuduhan soal fenomena kabut asap ini. Bermula dengan komentar Menteri LHK RI Siti Nurbaya, yang mengatakan bahwa kabut asap yang menyelimuti Malaysia "tidak sepenuhnya berasal dari Indonesia," ujarnya dalam sebuah pernyataan pers pada 11 September 2019, seperti dikutip dari Antara.

Merespons komentar Menteri Siti, Menteri Lingkungan Hidup Malaysia Yeo Bee Yin mengatakan, "Biarkan data berbicara," ujarnya dalam sebuah unggahan di Facebook, dikutip dari Channel News Asia, Kamis 12 September.

"Menteri Siti juga tidak boleh menyangkal," lanjut Menteri Yeo.

Pada unggahan tersebut, Yeo memasukkan data dari ASEAN Specialized Meteorological Center (ASMC), yang menunjukkan jumlah total titik panas di Kalimantan adalah 474, dengan 387 di Sumatera. Sebagai perbandingan, hanya tujuh yang tercatat di Malaysia.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana RI (BNPB) mengatakan, lebih dari 3.600 kebakaran telah terdeteksi di Pulau Sumatera dan Kalimantan oleh satelit cuaca, yang menyebabkan kualitas udara yang sangat buruk di enam provinsi dengan populasi gabungan lebih dari 23 juta.

Namun, dengan pernyataan Dubes Zainal memperjelas bahwa sebanarnya Malaysia ingin 'menggenggam tangan' Indonesia untuk menyelesaikan kasus kabut asap Karhutla ini. Bukan dengan saling menuduh.

 

Reporter: Windy Febriana

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya