Kejar Target Indonesia-Korea CEPA, Negosiasi Rampung Sebelum November

Dalam Konferensi Indonesia-Korea 2019: Charting a Blueprint for Robust Partnership, Dubes Korea untuk Indonesia dan Dubes Indonesia untuk Korea turut menyampaikan target waktu dan nilai yang ingin dicapai dari IK-CEPA.

oleh Liputan6.com diperbarui 19 Sep 2019, 16:47 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2019, 16:47 WIB
Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi Memberi Sambutan Pada Acara Konferensi Indonesia-Korea 2019: Charting a Blueprint for Robust Partnership yang digelar dengan kerjasama FPCI pada Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)
Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi Memberi Sambutan Pada Acara Konferensi Indonesia-Korea 2019: Charting a Blueprint for Robust Partnership yang digelar dengan kerjasama FPCI pada Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)

Liputan6.com, Jakarta - Dubes Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom turut memberi komentar perihal kesepakatan perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Korea melalui Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA). Melalui sebuah pernyataan, ia menegaskan pihaknya dan RI berupaya mengejar tenggat waktu dalam linimasanya (timeline).

“Saat ini kita memiliki negosiasi yang intens pada pemahaman tentang kemitraan CEPA antara Indonesia dengan Korea Selatan. Kami berharap dapat menyelesaikan negosiasi sebelum memulai administrasi baru pada 20 Oktober nanti," ujar Kim usai acara Indonesia-Korea Conference 2019 di Soehanna Hall, The Energy Building, SCBD, Jakarta, Rabu 18 September 2019.

Ia juga turut menyampaikan perihal pertemuan yang akan dilakukan antar menteri perdagangan dua negara tersebut, baik Korea Selatan maupun Indonesia. 

“Batas akhir (deadline) tentatif kami adalah pada 16 oktober untuk merampungkan negosias , yang mana pada tanggal tersebut akan berlangsung Trade Expo di Jakarta. Kami akan mengirim Menteri Perdagangan (Korea) untuk mengunjungi Jakarta, menghadiri pertemuan bilateral dengan Menteri Perdagangan (Indonesia) Bapak Enggartiasto Lukita," tuturnya.

Ia menambahkan upaya terus dilakukan untuk mengejar deadline negosiasi sebelum Presiden Indonesia Joko Widodo melakukan kunjungan kenegaraan ke Busan pada November 2019.

"Kami berharap pertemuan menteri perdagangan yang berlangsung pada 16 oktober akan memberi titik balik untuk menyelesaikan negosiasi. Lalu, bisa membawa pada simpulan pengumuman resmi yang menutup negosiasi CEPA, sementara Presiden Jokowi akan mengunjungi Busan pada bulan November," pungkasnya dalam keterangan yang diberikan.

Kebut Negosiasi

Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)
Ilustrasi bendera Korea Selatan (AP/Chung Sung-Jun)

Dubes Indonesia untuk Korea Selatan, Umar Hadi ikut memberi tanggapan mengenai proses negosiasi CEPA yang dilakukan.

"Indonesia-Korea CEPA kan kita mulai putarannya sejak Januari atau Februari tahun ini. Targetnya memang bisa kita selesaikan November," ujar Umar Hadi. 

"Saya kira lancar-lancar saja, dan Insyaallah kita bisa memenuhi target waktunya," tambah Dubes Indonesia untuk Korea Selatan dalam keterangan. 

Umar Hadi turut menyampaikan target yang ingin diraih sesuai dengan mandat presiden Indonesia terkait kesepakatan perdagangan antara Indonesia-Korea. 

"Kalau perdagangan bilateral trade itu, targetnya 30 miliar dolar pada tahun 2022. Tahun 2018 kemarin sebenarnya sudah hampir 20 miliar," tuturnya usai acara.  

"Tapi kan masalahnya, karena komposisi ekspor indonesia itu sebagiannya masih tergantung pada harga-harga komoditi dasar seperti batu bara. Jadi fluktuasi harga di komoditi itu sangat berpengaruh pada angka perdagangan," pungkas Umar Hadi.

Dubes Indonesia untuk Korsel tersebut turut menyampaikan komoditas dan barang yang memiliki potensi, untuk mendorong angka pertumbuhan dan nilai dagang antara Indonesia-Korea.

"Saya sebutkan itu yang sangat potensial misalnya ekspor Indonesia ke Korea itu produk-produk kayu, khususnya itu plywood (kayu lapis), masih besar sekali potensinya. Kemudian makanan/minuman olahan, lalu alat-alat komponen listrik, sama automotive parts (suku cadang)," ujar Umar Hadi.

Penetrasi Bertahap Investasi Korea ke Indonesia

Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, dan Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal Memberi Keterangan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea, Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, dan Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal Memberi Keterangan Hubungan Bilateral Indonesia-Korea, Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)

Airlangga Hartanto selaku Menteri Perindustrian, dalam keterangannya yang diberikan pada rekan media menyampaikan proses kerjasama antara Indonesia dengan Korea.

"Tentu ini menjadi bagian daripada peningkatan investasi di Indonesia karena dengan adanya situasi perekonomian yang sekarang, kuncinya adalah foreign direct investment," tutur Menteri Perindustrian. 

"Indonesia menjadi prioritas dari New Southern Policy, sehingga dengan demikian kita akan terus dorong dan fasilitasi bahwa cluster industri korea ini perlu kita tarik," tambah Airlangga Hartanto.

Saat ditanyai perihal mobil listrik produksi Indonesia, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto juga turut memberi keterangan mengenai engagement (keterikatan) antara pihak Indonesia dengan Korea Selatan.

"Korea ada beberapa yang sudah datang ke Indonesia tapi tentu masih mengkaji berapa jauh. Karena industri ini kan perpresnya baru diluncurkan dan fasilitas revisi PP 41-nya masih dalam proses," pungkas Menperin Indonesia tersebut.

Indonesia-Korea Conference 2019: Charting a Blueprint for Robust Partnership Sukses

Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, Dubes Korsel untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, dan Dubes Indonesia untuk Korsel, Umar Hadi berfoto bersama pada Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)
Pendiri FPCI, Dr. Dino Patti Djalal, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto, Dubes Korsel untuk Indonesia, Kim Chang-Beom, dan Dubes Indonesia untuk Korsel, Umar Hadi berfoto bersama pada Rabu (18/9/2019) (Liputan6.com/Hugo Dimas)

Indonesia-Korea Conference 2019: Charting a Blueprint for Robust Partnership untuk peringati 46 tahun perayaan hubungan diplomatik bilateral, sukses digelar di Soehanna Hall pada Rabu 18 September 2019.

Acara konferensi tersebut bisa terselenggara atas kerjasama Foreign Policy Community of Indonesia dengan Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia.

Dino Patti Djalal selaku pendiri FPCI menjadi penyibak acara melalui sambutan terbukanya. Dilanjut Menteri Perindustrian, Airlangga Hartanto hingga Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang-beom.

Acara konferensi ini sendiri terbagi atas tiga sesi/termin. Setiap sesi merupakan cerminan dari fokus utama yang diangkat dalam perayaan hubungan diplomatik bilateral tersebut. Fokus utama tersebut meliputi ekonomi dan bisnis, politik, serta sosial-budaya.

Reporter: Hugo Dimas

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya