Tiongkok Siap Rayakan 70 Tahun RRC, Demo Hong Kong Akan Memuncak

Parade militer besar-besaran Tiongkok untuk merayakan peringatan 70 tahun Komunis China siap digelar pada Selasa 1 Oktober.

oleh Raden Trimutia Hatta diperbarui 30 Sep 2019, 18:05 WIB
Diterbitkan 30 Sep 2019, 18:05 WIB
Parade militer besar-besaran Tiongkok untuk merayakan peringatan 70 tahun Komunis China siap digelar pada Selasa 1 Oktober. (AFP)
Parade militer besar-besaran Tiongkok untuk merayakan peringatan 70 tahun Komunis China siap digelar pada Selasa 1 Oktober. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Parade militer besar-besaran Tiongkok untuk merayakan peringatan 70 tahun Komunis China siap digelar pada Selasa 1 Oktober. Di sisi lain, pengunjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong mengancam untuk mencuri sorotan media global di tengah perayaan.

Sekitar 15.000 tentara akan berbaris melintasi Lapangan Tiananmen. Teknologi militer terbaru juga akan ditampilkan dalam unjuk kekuatan patriotik untuk menunjukkan kemunculan Tiongkok sebagai negara adidaya global.

Presiden Xi Jinping diperkirakan membuat pidato yang menggerakkan menjelang parade di the Gate of Heavenly Peace, tempat yang sama di mana Mao Zedong mengumumkan pendirian Republik Rakyat Tiongkok pada 1 Oktober 1949.

Setelah pawai militer, parade sipil akan melibatkan 100.000 warga dan 70 kendaraan hias, dengan panitia melepaskan 70.000 merpati dan 70.000 balon sebelum pertunjukan malam dan kembang api di Tiananmen.

Ibu Kota Beijing dipenuhi bendera merah China, pajangan bunga, lentera dan slogan-slogan politik menjelang perayaan yang dikoreografikan dengan ketat. Meski begitu, tingkat polusi kota tetap tinggi, tidak seperti biasanya menjelang peristiwa penting di China, pemerintah cenderung menutup pabrik dan menghasilkan langit yang cerah.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hari Duka

Demonstrasi Pro-Demokrasi Hong Hong. (AFP)
Demonstrasi Pro-Demokrasi Hong Hong. (AFP)

Sementara Beijing sedang bersiap-siap untuk perayaan besar, kerusuhan di Hong Kong akan memuncak pada Selasa 1 Oktober. Pihak berwenang di kota semi-otonom China itu telah memperingatkan meningkatnya kekerasan oleh "perusuh".

"Protes hari Selasa akan sangat, sangat berbahaya," kata Inspektur John Tse.

Kota selatan menyaksikan kekerasan politik terberatnya dalam beberapa pekan terkahir, ketika polisi antihuru-hara menghabiskan waktu berjam-jam dalam pertempuran dengan demonstran, jalan-jalan diselimuti gas air mata, dan asap dari barikade yang terbakar.

Jutaan orang telah turun ke jalan selama hampir empat bulan protes pro-demokrasi, dan aktivis keras telah berulang kali bentrok dengan polisi, dalam tantangan terbesar bagi pemerintahan China sejak penyerahan kota dari Inggris pada 1997.

Aktivis demokrasi menjulukinya sebagai "Hari Duka", dan tampaknya ada sedikit tanda protes mereda di Hong Kong.

Pada Senin, pihak berwenang mengumumkan mereka menegakkan larangan pada pawai demokrasi Hari Nasional yang direncanakan, dengan alasan masalah keamanan.

Front Hak Asasi Manusia Sipil (CHRF), sebuah kelompok yang mengadvokasi non-kekerasan dan berada di belakang serangkaian aksi damai besar-besaran di awal musim panas, mengecam keputusan tersebut, mengatakan itu adalah keempat kalinya proposal pawai mereka ditolak.

"Hong Kong sekarang memiliki kebebasan yang semakin sedikit dan semakin menjadi seperti Beijing," kata juru bicara CHRF, Bonnie Leung.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya