Liputan6.com, California - Saturnus menggeser posisi Jupiter sebagai planet dengan Bulan paling banyak di Tata Surya, demikian diumumkan Carnegie Institution for Science, Senin, 7 Oktober 2019.
Para ilmuwan menemukan 20 Bulan pengorbit Saturnus yang tidak diketahui sebelumnya. Dengan demikian, planet bercincin ini sekarang punya total 82 Bulan, sedangkan Jupiter hanya 79.
Baca Juga
Penemuan tersebut membuka kemungkinan petunjuk baru tentang bagaimana Saturnus dan Bulan-bulannya menjadi seperti sekarang ini.
Advertisement
"Menggunakan beberapa teleskop terbesar di dunia, kami sekarang menyelesaikan inventarisasi Bulan-bulan kecil di sekitar planet-planet raksasa," kata Scott Sheppard, seorang astronom Carnegie yang memimpin penemuan ini, dikutip dari Science Alert, Selasa (8/10/2019).
"Mereka memainkan peran penting untuk membantu kami menentukan bagaimana planet-planet di Tata Surya kita terbentuk dan berevolusi."
Masing-masing Bulan yang baru ditemukan berdiameter sekitar 3 mil (5 kilometer), 17 di antaranya mengorbit mundur atau berlawanan arah dengan rotasi Saturnus. Salah satunya adalah Bulan yang diketahui paling jauh dari Saturnus.
Penemuan ini melibatkan tiga grup Bulan di luar Saturnus, yang dikelompokkan oleh sudut di mana mereka mengorbit planet: Norse, Inuit, dan Gallic.
Para ilmuwan berpikir masing-masing kelompok itu mungkin berasal dari Bulan besar yang pecah menjadi lebih kecil.
"Pengelompokan Bulan seperti ini juga terlihat di sekitar Jupiter, menunjukkan tabrakan keras terjadi antara Bulan di sistem Saturnus atau dengan benda-benda luar, seperti asteroid atau komet," ujar Sheppard.
Bulan Gallic yang baru mengorbit lebih jauh dari rekan-rekannya, menunjukkan bahwa sesuatu telah menariknya ke luar, atau itu tidak berasal dari tabrakan yang sama dengan Bulan-bulan lainnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Cara Memberi Nama
Para peneliti mengamati Bulan baru dengan teleskop Subaru di atas Mauna Kea di Hawaii. Mereka bisa menyaksikan Bulan yang mengorbit Saturnus bergerak dengan latar belakang bintang dan galaksi yang tampak diam.
Menyusul penemuan Bulan yang mengorbit Jupiter pada tahun lalu, Sheppard bersama Carnegie Institution mengadakan kompetisi daring untuk menamai Bulan-bulan Saturnus.
"Saya sangat senang dengan keterlibatan publik dalam kontes penamaan Bulan Jupiter, sehingga kami memutuskan untuk melakukan hal serupa dengan Bulan-bulan Saturnus," ucap Sheppard. "Kali ini, Bulan-bulan tersebut harus dinamai dari mitologi seperti Norse, Gallic, atau Inuit."
Orang-orang sudah mulai membagikan ide penamaan Bulan-bulan Saturnus di Twitter, antara lain Fionn si pemburu-prajurit dari Irlandia, dan Sila (dewa) yang diyakini mengatur kehidupan dan napas.
Untuk mengirimkan gagasan Anda, mention ke akun @SaturnLunacy dengan menyertakan tanda pagar #NameSaturnsMoons. Selamat mencoba!
Advertisement