Liputan6.com, Korea Selatan - Tentara Korea Selatan berencana mengurangi jumlah anggotanya sekitar 100.000 selama tiga tahun ke depan. Tindakan ini dilakukan untuk menghadapi jumlah populasi penduduk yang menyusut.
Selain itu, seperti dikutip dari UPI, Jumat (11/10/2019), pengurangan jumlah tentara merupakan bagian dari inisiatif reformasi untuk menciptakan militer Korsel yang lebih kecil dan lebih pintar.
Baca Juga
Pada 2022, jumlah tentara akan dipotong menjadi sekitar 365.000 dari level saat ini yaitu sekitar 464.000, menurut laporan militer yang disampaikan kepada Majelis Nasional untuk audit.
Advertisement
Langkah ini sejalan dengan reformasi pertahanan di mana pemerintah berupaya mengurangi jumlah pasukan untuk mengatasi lebih sedikit calon wajib militer dan persyaratan layanan wajib yang lebih pendek.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Angka Kelahiran Rendah
Angka kelahiran rendah di Negara Gingseng kemungkinan akan menyebabkan penurunan jumlah pria berusia 20-an. Tercatat, 250.000 akan berkurang setelah 2011, dibandingkan dengan angka 350.000 pada 2017, menurut data pemerintah.
Sesuai dengan perubahan demografis seperti itu, tentara mereorganisasi unit-unit untuk memangkas jumlah korps dari delapan menjadi dua di 2022.
Semua pria Korea Selatan yang berbadan sehat harus melakukan wajib militer selama sekitar dua tahun untuk menghadapi Korea Utara melintasi perbatasan yang dijaga ketat.
Untuk menutupi tenaga kerja di masa depan, Angkatan Darat bersumpah untuk memanfaatkan teknologi terbaru untuk mengamankan 'pengubah permainan generasi berikutnya.'
Seperti sistem senjata canggih yang akan digunakan untuk perang laser, cyber dan elektronik, sistem berbasis kecerdasan buatan, sistem artileri super panjang, serta kendaraan penerbangan mobilitas tinggi.
Advertisement
Upaya yang Dilakukan Tentara
"Kami membentuk sebuah komite ilmu pengetahuan dan teknologi awal tahun ini untuk penelitian dan pengembangan bersama dengan badan-badan pemerintah dan beberapa perusahaan pertahanan utama," ujar pihak militer Korsel.
Ia menambahkan, "Berdasarkan hasilnya, kami akan menyusun persyaratan militer yang terperinci."
Sebagai bagian dari upaya tersebut, badan pengadaan senjata meluncurkan proyek bulan lalu untuk mengembangkan sistem senjata laser.
Laser ini dirancang untuk meluncurkan serangan presisi terhadap kendaraan udara tak berawak kecil pada 2023. Militer juga mengincar penyebaran operasional yang disebut 'dronebot' sekitar 2021, ungkap tentara.
Reporter: Aqilah Ananda Purwanti