Curi Topi Tentara Korea Utara Saat Mabuk, Model Brasil Ketakutan dan Minta Maaf

Model wanita asal Brasil ini piknik ke Korea Utara. Namun, dia malah melakukan tindakan kriminal.

oleh Afra Augesti diperbarui 19 Sep 2019, 18:35 WIB
Diterbitkan 19 Sep 2019, 18:35 WIB
Model Brasil di Korea Utara
Liziane Gutierrez, model Brasil, saat berlibur di Korea Utara. (Instagram Liziane Gutierrez)

Liputan6.com, Pyongyang - Liziane Gutierrez, seorang model asal Brasil, dianggap telah menentang hukum ketat di Korea Utara dengan mencuri topi seorang prajurit dan mengambil beberapa foto provokatif di sebuah hotel di Pyongyang.

Saat mengunjungi Mansu Hill Grand Monument di Pyongyang, di mana ada patung raksasa Kim Jong-il dan Kim Il-sung, dia mencemooh larangan berswafoto di lokasi tersebut.

Korea Utara memang melarang seluruh pengunjung yang datang ke monumen tersebut untuk mengambil foto patung-patung para pemimpin itu atau ber-selfie bersama patung-patung tokoh legendaris negara ini.

Selain itu, dia juga berpose telanjang di depan cermin kamar hotelnya yang berada tak jauh dari tugu Kim Jong-il dan Kim Il-sung. Ini bukan satu-satunya tindakan yang bisa menyebabkan dia dipenjara di Korea Utara.

Ketika wanita 33 tahun itu mabuk, dia nekat mencuri topi seorang tentara saat dia ada di toilet selama melakukan perjalanan dengan kereta api dari Korea Utara ke China.

Dalam sebuah klip yang diunggah di akun Instagram pribadinya, @liziane_gutierrez, usai kejadian itu, dia berkata: "Jika saya sadar, saya tidak akan pernah melakukannya (mencuri). Tidak akan pernah."

Ketika melewati pos imigrasi sebelum memasuki China, penjaga perbatasan Korea Utara meminta untuk memeriksa galeri foto di ponselnya, sebelum dia bisa meninggalkan negara itu. Gutierrez mengaku panik saat otoritas melihat foto-foto tersebut.

"Saya mulai berkeringat karena saya lupa bahwa saya menyimpan gambar saya sedang mengenakan topi tentara Korea Utara dan ngomel soal aturan swafoto di Mansu Hill Grand Monument. Saya sempat gugup, sebab saya bisa dipenjara," akunya dalam rekaman di Isntagram, seperti dikutip dari Sputnik News, Kamis (19/9/2019).

"Namun, saya sangat beruntung lantaran mereka tidak memeriksa semua album ponsel saya," lanjut Gutierrez. Model itu menegaskan dia tidak berniat untuk bersikap tidak sopan di Korea Utara.

"Saya mencintai Korea Utara dan pasti akan kembali. Orang-orangnya sangat ramah, minumannya sangat murah, dan apa yang saya nilai dari Korea Utara adalah negara ini amat baik," katanya lagi.

Sementara itu, apabila ada orang asing atau turis luar negeri yang ingin berlibur ke Korea Utara, mereka hanya diperbolehkan datang dengan tur berpemandu. Mereka tidak diperkenankan untuk berjelajah tanpa ditemani pemandu wisata lokal.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Pengakuan Eks Tahanan: Saya Mata-matai Korea Utara untuk CIA

Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)
Bendera Korea Utara (AFP PHOTO)

Lain halnya dengan cerita satu ini. Seorang mantan tahanan di Korea Utara mengatakan kepada media Jerman bahwa ia adalah mata-mata untuk badan intelijen Amerika Serikat ketika ditahan di sana.

Dalam sebuah laporan televisi oleh penyiar publik NDR, warga negara AS kelahiran Korea Selatan Kim Dong-chul (67) menceritakan 'aktivitasnya' dalam operasi spionase, begitupun dengan penangkapan dan penganiayaan serta penyiksaan yang dideritanya di balik jeruji besi.

"Saya mendekati perwira militer dan ilmuwan yang saya tahu membutuhkan uang," kata Kim dalam program itu, menunjukkan jari-jari bengkok yang menurutnya dicederai oleh sepatu bot tentara Korut saat diinterogasi.

Kim Dong-chul adalah satu dari tiga tahanan Amerika yang dibebaskan oleh Pyongyang pada Mei 2018, menjelang pertemuan puncak pertama antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un.

Mantan tahanan itu mengatakan kepada media Korea Selatan bahwa ia biasa mengumpulkan informasi untuk Badan Intelijen Nasional (NIS) dan CIA, demikian seperti dikutip dari South China Morning Post, Senin, 9 September 2019.

Pengusaha dan mantan misionaris Kristen itu telah menjadi orang dalam yang dipercaya di Korea Utara, di mana sejak tahun 2001 ia mengelola sebuah hotel di zona ekonomi khusus Rason dekat perbatasan China dan Rusia.

Dia ditangkap pada Oktober 2015 setelah dia dilaporkan menerima perangkat penyimpanan (flashdisk) yang berisi data terkait nuklir dan informasi militer lainnya dari mantan tentara Korea Utara.

Pada April 2016 Kim Dong-chul dijatuhi hukuman 10 tahun kerja paksa karena subversi dan spionase.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya