Tembok Perbatasan Meksiko-AS Digergaji Gangster, Donald Trump: Saya Tidak Takut

Gangster penyelundup memotong tembok perbatasan Meksiko-AS, namun Donald Trump mengaku tak khawatir.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2019, 08:00 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2019, 08:00 WIB
Nekatnya Para Imigran Masuk Perbatasan AS
Kevin Andres, seorang anak imigran Meksiko berusaha memanjat pagar perbatasan AS (28/12). Banyak Imigran dari karavan memilih menyeberangi tembok perbatasan AS dan menyerahkan diri kepada agen patroli perbatasan. (AP Photo/Daniel Ochoa de Olza)

Liputan6.com, New Mexico - Gerombolan bandit penyelundup yang diklaim berasal dari Meksiko memotong tembok pembatas yang sedang dibangun Presiden Amerika Serikat Donald Trump, VOA Indonesia melaporkan, seperti dikutip Liputan6.com pada Senin (4/11/2019).

Dinding yang didirikan di sepanjang perbatasan AS-Meksiko untuk mencegah masuknya migran gelap dan narkoba itu, menurut Trump, "kebal." Ia bahkan menegaskan bahwa ia tidak takut.

"Kita punya pembatas yang sangat kuat," katanya kepada wartawan pada Sabtu, 2 November 2019 di Gedung Putih.

"Tapi, sekuat-kuatnya memang tetap bisa ditembus. Tak apa, ada banyak orang yang mengawasi. Bagian yang dipotong bisa dengan mudah diperbaiki. Salah satu alasan kita mendirikan seperti itu adalah karena mudah dibangun lagi. Tinggal pasang bagian yang baru."

Donald Trump juga menyampaikan pendapatnya setelah The Washington Post melaporkan bahwa geng-geng telah berulangkali menggergaji pembatas dalam beberapa bulan belakangan, menggunakan gergaji listrik seharga sekitar US$100 dolar atau sekitar Rp 1,4 juta.

Apabila dilengkapi dengan pisau khusus, gergaji itu bisa memotong tonggak baja dan beton dalam beberapa menit, kata para petugas perbatasan.

Setelah tonggak dipotong, para migran dan penyelundup bisa menyelinap masuk ke AS. Namun, belum jelas berapa sering insiden itu terjadi.

350 Imigran Merangsek Paksa Masuk Perbatasan Amerika Serikat di Meksiko

Aksi Nekat Seorang Pemuda Panjat Tembok Perbatasan Meksiko-AS
Seorang pemuda berhasil melewati tembok besi perbatasan antara Meksiko dan Amerika Serikat di negara bagian Chihuahua, Meksiko (6/4). Aksi nekat ini dapat ditindak tegas oleh pihak keamanan Amerika Serikat. (AFP/Herika Matinez)

Sementara itu, pada April 2019 dilaporkan ada sekitar 350 imigran berupaya memasuki Meksiko, guna menyelamatkan diri dari kemiskinan dan kekerasan brutal yang terjadi di negara asal mereka.

Kedatangannya bersamaan ketika rombongan migran berjuluk karavan baru sekitar 2.500 orang tiba - berita yang pasti menarik perhatian Presiden AS Donald Trump.

Para imigran ini berasal dari beberapa negara, mulai dari Kuba, Venezuela, Honduras hingga Afrika Tengah.

"Kami tidak bisa hidup (di Honduras) lagi. Kami ingin menuju perbatasan Amerika Serikat," kata Jorge, seorang imigran Honduras yang menolak menyebut nama belakangnya.

Beberapa imigran menyeberangi jembatan di atas Sungai Suchiate, yang memisahkan Meksiko dari Guatemala. Bahkan mereka rela membayar rakit untuk membawa mereka.

Menyoroti bahaya perjalanan, jaksa penuntut Meksiko mengatakan mereka telah menahan dua penyelundup yang memperdagangkan 22 migran di negara bagian Chiapas dalam insiden terpisah.

Menurut keterangan dari petugas keamanan di Meksiko, pihaknya telah mengamankan 143 migran Honduras, termasuk 71 anak di bawah umur.

Rencananya, ratusan imigran ini berupaya mencapai perbatasan AS-Meksiko. Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan kondisi ini sebagai darurat nasional.

Trump secara berulang mengerahkan pasukan ke perbatasan untuk menutup segala pintu masuk yang biasa digunakan oleh imigran.

Donald Trump Setop Bantuan ke Tiga Negara

Donald Trump Tinjau Tembok Prototipe di San Diego
Presiden AS, Donald Trump meninjau prototipe tembok perbatasan AS dan Meksiko yang kontroversial di San Diego, Selasa (13/3). Prototipe tembok perbatasan Trump memiliki tinggi sekitar 9 meter, dengan puncak yang tebal dan bundar. (MANDEL NGAN / AFP)

Sebelumnya, Trump juga memutus bantuan yang biasa diberi Amerika Serikat kepada tiga negara kecil Amerika Tengah, meliputi: El Salvador, Honduras, dan Guatemala.

Salah satu alasan Gedung Putih mendukung kebijakan Trump, lantaran tiga negara tersebut dinilai tidak dapat mengurangi krisis kemanuasiaan dan malah menyebabkan angka imigran ke AS.

Keputusan tersebut disampaikan oleh Donald Trump pada Jumat, 29 Maret 2019.

"Sebenarnya, Honduras bisa berbuat lebih banyak, Guatemala bisa berbuat banyak dan El Salvador bisa berbuat lebih banyak," jelas Mulvaney.

"Jika mereka ingin kami memberi ratusan juta dolar, maka kami ingin mereka juga berbuat lebih banyak," kata Mulvaney.Donald Trump Setop Bantuan ke Tiga Negara

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya