Liputan6.com, Jakarta - Bumi berbentuk bulat seperti bola. Ini adalah fakta sederhana yang diketahui manusia sejak lama, terlebih ketika Uni Soviet membuktikannya untuk pertama kali pada 1957 melalui peluncuran satelit Sputnik 1.
Namun demikian, sekelompok kecil orang di dunia ini ada yang bersikeras mengaggap bahwa Bumi berbentuk datar, yang kemudian mereka menyebut diri mereka sendiri sebagai kelompok Bumi datar atau flat Earth.
Banyak flat-Earthers melakukan upaya-upaya untuk menjabarkan penjelasan alternatif guna menentang kenyataan Bumi yang bulat.
Advertisement
Namun, apabila Bumi datar, planet ketiga paling dekat dengan matahari ini tidak akan berperilaku seperti sekarang. Bahkan, umat manusia dan makhluk hidup lainnya akan mati.
Baca Juga
"Untuk membentuk benda kosmik menjadi cakram (daripada bola), Anda harus memutarnya dengan sangat cepat," kata David Stevenson, seorang ilmuwan planet di Caltech University di Pasadena, California, seperti mengutip dari Live Science, Rabu (27/11/2019).
"Sayangnya, perputaran tersebut justru akan menghancurkan Bumi, karena planet ini robek menjadi partikel-partikel kecil," lanjutnya.
Pada 1850-an, astronom James Clerk Maxwell menunjukkan secara matematis bahwa bentuk padat seperti cakram bukanlah konfigurasi yang stabil di kosmos.
Pendapat itu ia ungkapkan saat meneliti mengenai cincin Saturnus. Riset yang dijalankan Maxwell mengungkapkan, cincin Saturnus tercipta dari banyak partikel kecil yang tidak berkaitan satu sama lain.
Penghitungan matematikanya juga menjelaskan mengapa tidak ada piringan seukuran planet yang mengambang di sekitar galaksi.
Segala Sesuatunya akan Raib
Untuk membuat Bumi menjadi pipih tanpa memutarnya dengan sangat cepat, kata Maxwell, dibutuhkan keajaiban dan sihir. Bagaimanapun, Bumi yang rata tidak akan bertahan lama, karena dalam beberapa jam saja, gaya gravitasi akan menekan Bumi kembali menjadi bulat.
Gravitasi akan menarik semua benda yang ada di Bumi secara merata dari semua sisi, yang menjelaskan mengapa planet ini berbentuk mirip bola (atau hampir seperti itu, tergantung pada kecepatan rotasi Bumi, kekuatan-kekuatan tersebut dapat bekerja melawan gravitasi untuk menciptakan sedikit tonjolan di khatulistiwa).
Jika Bumi menyerupai cakram, maka planet ini tidak mungkin bisa menyesuaikan dengan kondisi gravitasi aktual, seperti yang ditunjukkan matematika Maxwell.
Begitu gravitasi lenyap, segala sesuatu yang ada di Bumi dengan cepat berhenti. Demikian pula dengan atmosfer, yang menyediakan penyokong kehidupan bagi makhluk hidup.
Hal ini dikarenakan atmosfer ditahan oleh gravitasi agar terus menempel di Bumi.
Lantas, bagaimana dengan pasang-surut air laut? Ini juga hilang, sebab peristiwa alam tersebut disebabkan oleh tarikan gravitasi Bulan, yang menarik samudra dan menyebabkan air laut secara halus menonjol keluar saat berombak.
Apa yang terjadi dengan Bulan? Pun raib, karena setiap penjelasan tentang keberadaan Bulan melibatkan gravitasi Bumi dan Bulan itu sendiri.
Dalam skenario yang paling sederhana, Bulan diciptakan ketika material angkasa luar berukuran raksasa, sebesar planet, menabrak Bumi yang masih bayi. Puing-puing dari hantaman ini ditangkap oleh gravitasi Bumi dan lahirlah Bulan.
Skenario lain menunjukkan, Bulan terbentuk bersamaan dengan Bumi berkat gravitasi, atau, gravitasi Bumi yang luar biasa menarik dan menghantam bongkahan batu antariksa yang sedang melaju tersebut.
Advertisement
Kalkulasi Sederhana
Sementara itu, gravitasi juga bertanggung jawab atas struktur berlapis di Bumi, dengan material terpadat yang berada di inti, material yang ringan membentuk mantel dan material paling ringan membentuk kerak.
Tanpa struktur berlapis ini, Bumi akan berperilaku 'aneh'. Inti luar cair Bumi, misalnya, bertindak sebagai magnet dinamis raksasa, yang menciptakan medan magnet planet.
Medan magnet membantu melindungi atmosfer Bumi dari efek pelepasan angin matahari (atau dengan kata lain melindungi kita dari radiasi matahari), yang menghilangkan atmosfer Mars setelah medan magnet Planet Merah goyah pada 4 miliar tahun lalu.
"Jika Bumi berbentuk datar, lempeng tektonik --pergerakan lempeng kaku yang membentuk kerak planet-- juga tidak akan bekerja," ujar James Davis, ahli geofisika di Columbia University Lamont-Doherty Earth Observatory, New York.
Kelompok Bumi datar, ucap Davis, berusaha memutar balikkan fakta, dengan memberikan penjelasan lain tentang bagaimana semua pengamatan tersebut bisa dimungkinkan di planet yang rata.
"Masalahnya adalah bahwa anggapan mereka tidak memiliki dasar dalam matematika atau realitas fisik," tegas Davis.
Ketika Maxwell memperkirakan pada 1850-an bahwa cincin Saturnus terbuat dari banyak partikel kecil, ia melakukannya dengan menerapkan pengetahuan umum tentang cara kerja gravitasi dan gaya rotasi.
Esainya tentang subjek tersebut, sebagian besar berasas pada persamaan matematika. Sedangkan teori Bumi datar tidak seperti itu.
Bumi dan Bulan sama-sama bulat karena alasan sama: punya gravitasi.
"Kelompok Bumi datar harus menciptakan penjabaran independen untuk keduanya (Bumi dan Bulan), dan keterangan mereka sering bertentangan satu sama lain. Ini bukan cara kerja teori ilmiah," pungkas Davis.