Liputan6.com, Canberra - Australia telah mulai mengevakuasi warganya yang terjebak di Tiongkok karena wabah Virus Corona ke pusat penahanan imigrasi di pulau terpencil.
Dilansir dari BBC, Senin (3/2/3030), pengungsi dari Wuhan sedang dalam perjalanan ke Christmas Island, di mana mereka akan menjalani karantina selama dua pekan.
Advertisement
Canberra mengatakan 243 warga negara dan penduduk tetap, termasuk 89 anak-anak, ikut serta dalam penerbangan tersebut. Penerbangan kedua juga dijadwalkan akan berangkat minggu ini.
"Kami telah memprioritaskan warga Australia yang rentan dan terisolasi," Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan kepada wartawan di Canberra.
Maskapai penerbangan nasional, Qantas, mengoperasikan penerbangan sewaan dalam proses evakuasi ini.
Semua yang berada dalam pesawat akan mengenakan masker dan pakaian pelindung lainnya. Selain itu, interaksi yang dilakukan antara staf dan penumpang pun seminimal mungkin, kata kepala eksekutif Alan Joyce.
Penerbangan itu dijadwalkan tiba di pangkalan angkatan udara di Learmonth, Australia Barat pada Senin sore. Penumpang kemudian akan ditempatkan di penerbangan lain menuju Christmas Island.
Sebelumnya, para peserta evakuasi menyatakan keprihatinan tentang rencana itu. Bahkan, beberapa telah memilih untuk tetap tinggal di Wuhan. Ada lebih dari 600 warga Australia di kota yang terisolasi dan di sekitar Provinsi Hubei.
Seorang penumpang, Gloria Zeng, mengatakan kepada ABC News bahwa dia memutuskan di menit terakhir untuk naik ke pesawat dengan ketiga anaknya setelah menentang sebelumnya.
"Saya benar-benar gugup ... ini akan menjadi perjalanan yang panjang," katanya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Christmas Island
Christmas Island merupakan wilayah eksternal, berjarak 2.700 km (1.680 mil) dari daratan, dikenal sebagai pusat penahanan imigrasi.
Sejak 2003, ribuan pencari suaka telah ditahan di sana di bawah kebijakan pengungsi garis keras Australia. Saat ini pulau tersebut merupakan rumah dari satu keluarga beranggotakan empat orang Sri Lanka yang berjuang untuk deportasi.
Beberapa pengungsi China-Australia khawatir kalau mereka akan diperlakukan berbeda dengan "orang Australia berkulit putih".
Pengungsi juga tidak lagi harus membayar biaya 1.000 dolar Australia atau sekitar Rp 9,1 juta untuk evakuasi setelah Canberra membalikkan keputusan sebelumnya.
Pemerintah sebelumnya mengatakan tidak dapat "dengan cepat mengakomodasi" ratusan pengungsi di rumah sakit daratan.
Pemerintah Australia telah mengerahkan tim spesialis sebanyak 24 dokter dan perawat ke pulau itu, di mana sebuah rumah sakit lapangan tenda telah didirikan.
"Ini akan memungkinkan [tim medis] untuk beroperasi secara independen dari fasilitas klinis di Christmas Island," kata pihak berwenang.
Advertisement