Liputan6.com, Gaza- Wilayah Gaza, di Palestina telah tenang kembali pada Selasa (25/2/2020). Sebelumnya, selama dua hari terakhir, militer Israel dan kelompok militan Palestina Jihad Islam melakukan saling serang dengan roket di jalur Gaza.
Laporan yang didapatkan dari Militer Israel, tidak ada tembakan roket dari wilayah tersebut pada pagi hari dan koresponden AFP di Gaza juga mengatakan bahwa tidak ada serangan dari Israel.
Baca Juga
Para pejabat Palestina mengatakan, pada pukul 09.00 waku setempat, perbatasan utama antara wilayah Palestina dan Israel akan dibuka kembali untuk memungkinkan kasus medis dan warga negara asing untuk pergi.
Advertisement
Militan Jihad Islam mengumumkan gencatan senjata, tetapi kemudian secara singkat mundur dan menuduh Israel melanggar pada Senin, 24 Februari waktu setempat, seperti dikutip dari Chanel News Asia, Selasa, (25/2/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Tembakan dari Gaza
Seorang Juru Bicara Dewan Daerah Shaar Hagenev, mengatakan sebuah roket atau mortir yang ditembakkan dari Gaza menghantam tanah terbuka di Israel tak lama sebelum tengah malam pada 24 Februari.
Setelah gerakan dominan Islam Hamas, Jihad Islam merupakan kelompok militan terbesar kedua di Gaza.
Tidak ada konfirmasi resmi dari Israel, seperti gencatan senjata Gaza lainnya. Tentara dikabarkan memerintahkan orang tua dari sekitar 65.000 murid di komunitas dekat perbatasan Gaza untuk menjaga anak-anak mereka di rumah pada hari kedua.
Lebih dari 50 roket dan mortir ditembakkan oleh Jihad Islam ke Israel setelah tentaranya membunuh salah satu pejuangnya pada hari Minggu pagi (23/2/2020).
Terdapat banyak roket dan mortir yang dilaporkan dicegat oleh pertahanan udara Israel dan tidak ada laporan tentang korban. 1 roket menghantam taman bermain yang kosong.
Serangan pada target Jihad Islam di Gaza serta di Suriah menjadi respon Jet tempur dan helikopter Israel.
Advertisement
Pertempuran Tersengit
Pertempuran yang terjadi pada hari Minggu (24/2/2020) merupakan pertempuran yang paling sengit antara Israel dan Jihad Islam sejak November, ketika serangan udara Israel menewaskan komandan senior dari kelompok tersebut.
Sekita 35 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 lainnya dilaporkan terluka menurut angka resmi akibat dari pertempuran tiga hari itu.
Meskipun ratusan roket ditembakkan dari Gaza, tidak ada kematian dari Israel.
Jihad Islam tidak menerima gencatan senjata yang disepakati Hamas dengan Israel pada akhir 2018 lalu dan diperbarui setelah serangan beruntun tahun lalu.
Israel telah mengizinkan sekutu Hamas Qatar untuk menyediakan bahan bakar untuk satu-satunya pembangkit listrik Gaza serta jutaan dolar untuk pembayaran tunai kepada yang membutuhkan dibawah gencatan senjata, sebagai salah satu relaksasi dari blokade yang telah berusia lebih dari satu dekade sebagai pertukaran untuk penghentian kekerasan.
Pada tahun 2014, Hamas dan Israel terakhir kali berperang dalam skala penuh, tetapi gejolak yang lebih kecil relatif umum terjadi.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang berjuang untuk pemilihan kembali pada 2 Maret di bawah bayang-bayang persidangan korupsi, Pada 24 Februari mengancam "kampanye ekstensif" untuk mengakhiri tembakan roket.
Sejak 2008, Israel telah berperang tiga kali dengan gerilyawan Palestina di Gaza dan yang paling baru pada 2014.