Jepang Bagikan Uang Rp 45 Juta ke Warga Terdampak Corona COVID-19

Jepang ikut melaksanakan program BLT untuk membantu warga kurang mampu di tengah epidemi Virus Corona (COVID-19).

oleh Tommy K. Rony diperbarui 03 Apr 2020, 17:02 WIB
Diterbitkan 03 Apr 2020, 17:02 WIB
Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Tokyo - Satu per satu negara maju mulai membagikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada warganya selama pandemi Virus Corona COVID-19. Seperti Jepang, Perdana Menteri Shinzo Abe setuju memberi bantuan uang kepada keluarga yang terkena dampak ekonomi akibat virus ini.

Rencananya, pemerintahan PM Abe akan memberikan 300 ribu yen (Rp 45 juta). BLT ini akan diterima sekitar 10 juta keluarga di Jepang. Program ini adalah bagian penting dari stimulus Jepang melawan Corona, demikian laporan Kyodo, Jumat (3/4/2020).

Ada yang menarik dari program ini BLT Virus Corona ini. Berbeda dari Amerika Serikat yang membatasi pemberian BLT dengan cara melihat penghasilan warga, pemerintah Jepang berkata tak akan melakukan hal demikian.

"Jika kita melakukan pembatasan penghasilan, maka kita harus melihat penghasilan masing-masing individu yang akan memakan waktu lama," ujar Yasutoshi Nishimura, menteri urusan ekonomi dan kebijakan fiskal.

Pemerintah Jepang nantinya akan menyusun siapa saja yang berhak mendapatkan BLT. Akan ada pula proses cara meminta BLT ke pemerintah lokal. 

Namun, PNS, politisi, dan pemimpin korporat tidak akan mendapat BLT ini. Sementara, operator UKM Jepang yang pendapatannya berkurang juga bisa mendapatkan BLT.

Total anggaran Jepang untuk melawan Virus Corona akan lebih besar daripada anggaran ketika ada krisis finansial 2008.

PM Abe melalui Partai Demokrat Liberal meminta anggaran hingga 60 triliun yen (Rp 9.159 triliun).

Program ini berasal dari anggaran tambahan APBN Jepang tahun ini. Pemerintah berharap anggaran tambahan ini akan lolos di parlemen sebelum liburan Golden Week pada awal Mei.

(1 yen = Rp 152)

 

 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Kematian Akibat COVID-19 di Indonesia Melebihi Jepang

Liputan 6 default 4
Ilustraasi foto Liputan 6

Tingkat kematian Virus Corona (COVID-19) di Indonesia sudah menyentuh angka 170 orang. Dengan ini, jumlah pasien meninggal akibat SARS-CoV-2 di Indonesia adalah yang tertinggi kedua di wilayah Asia Timur dan Tenggara.

Per Jumat pagi (3/4/2020), pasien meninggal di Indonesia sudah mengalahkan jumlah pasien di Korea Selatan (Korsel) yang berjumlah 169 orang. Laju kematian di Indonesia tergolong cepat, sebab bisa melewati Korsel yang lebih awal mendeteksi COVID-19, yakni sejak Februari.

Di negara tetangga, Singapura juga baru mendeteksi empat kematian. Menurut peta Gis And Data per Jumat (3/4/2020), jumlah pasien di Indonesia telah jauh di atas Singapura, yakni 1.790 orang. 

Kematian di Indonesia akibat Virus Corona baru turut melewati angka kematian di Jepang, yakni 62 orang. 

Singapura dan Korea Selatan sempat mengalami lonjakan pasien Virus Corona jenis baru. Rakyat kedua negara itu beruntung karena pemerintahnya langsung sigap dan berhasil meredam dampak penyebaran. 

Korea Selatan melakukan tes Virus Corona baru besar-besaran hingga 10 ribu orang per hari. Hasilnya disiarkan secara sederhana dan transparan di situs otoritas kesehatan pemerintah.

Meski tidak memberlakukan tes Virus Corona baru dengan skala seperti Korsel,   Indonesia juga tidak menerapkan lockdown baik secara total atau parsial.

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia tidak akan melakukan lockdown karena belum tentu cocok. 

"Jadi setiap negara mencari caranya yang cocok. Makanya kita jangan buru-buru men-judge atau memberikan komentar yang tidak pas," kata Luhut.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya