4 Mitos Tak Terduga Mengenai Otak yang Diungkapkan Studi

Berikut ini 4 mitos tak terduga mengenai otak dari beberapa studi.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 05 Apr 2020, 21:00 WIB
Diterbitkan 05 Apr 2020, 21:00 WIB
Ilustrasi Otak
Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta- Kepercayaan yang populer mengenai otak adalah beberapa pengetahuan yang banyak dimiliki oleh banyak orang mengenai organ tersebut daripada suatu fakta berbasis ilmiah. 

Otak dikatakan masih merupakan organ yang sangat misterius, menurut faktanya, dan sains belum memahami banyak hal tentangnya. Namun secara perlahan hal itu telah menghilangkan beberapa mitos, dan membuat kita bisa memahami lebih dekat mengenai spesies kita sendiri, seperti dikutip dari brightside.me, Minggu, (5/4/2020). 

Situs laman Bright Side membagikan sejumlah fakta menarik mengenai mitos otak yang telah mendapatkan banyak kepercayaan. 

Mulai dari kecerdasan karena musik klasik hingga anak kelahiran pertama, berikut mitos tak terduga mengenai otak manusia dan penjelasannya. 

 

**Ayo berdonasi untuk perlengkapan medis tenaga kesehatan melawan Virus Corona COVID-19 dengan klik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:

1. Bertambah pintar Karena Mendengarkan musik Klasik

Mendengarkan musik (iStock)
Ilustrasi mendengarkan musik (iStockphoto)

Sebuah studi yang diterbitkan oleh Journal of the Royal Society of Medicine menunjukkan studi mereka kepada sekitar 30 murid yang diberikan musik Mozart yang membuat keterampilan konsentrasi mereka meningkat dalam beberapa menit.

Hal itu disebut sebagai "Mozart Effect", yang dikatakan sebagai sebab dari mendengarkan lagu-lagu oleh komposer dapat membuat anak-anak atau bayi mengembangkan kecerdasan yang lebih besar.

Namun studi yang berjudul "Two Randomized Trials Provide No Consistent Evidence for Nonmusical Cognitive Benefits of Brief Preschool Music Enrichment" mengatakan bahwa anak-anak yang terlatih dengan musik tidak memiliki kinerja yang lebih baik dalam hal keterampilan psikomotorik dan diskriminasi jumlah, dibandingkan dari mereka yang menerima pelatihan visual.

2. Kecerdasan Suatu Gender Dari Yang Lain

Ilustrasi anak-anak belajar
Ilustrasi Anak - Anak Belajar. (iStock)

Tingkat kecerdasan perempuan dan laki - laki adalah hal yang tidak dapat ditetapkan, meskipun ada beberapa karakteristik yang membuat mereka berbeda. Sebuah studi di Arizona State University yang berjudul "Who's smarter in the classroom -- men or women?" dilakukan di mana evaluasi pada persepsi diri siswa dalam kemampuan mereka.

Tidak ada perbedaan signifikan antara kecerdasan dari perempuan dan laki - laki dalam studi itu, tetapi nilai sekolah mereka mengatakan sebaliknya.

Dalam studi itu dikatakan bahwa laki - laki lebih percaya diri pada kemampuan mereka, sementara hasil pada perempuan menunjukkan bahwa mereka meragukan kecerdasan dan kurang percaya diri, yang menunjukkan bahwa kecerdasan tidak didasari oleh gender, melainkan persepsi diri yang memengaruhi kinerja.

3. Bertambah Pintar Karena Bermain Permainan Pikiran

Ilustrasi catur (iStock)
Ilustrasi catur (iStock)

Mitos umum lainnya pada pikiran adalah meningkatnya kecerdasan bila kita melakukan latihan mental seperti permainan memori, video game, dan teka-teki silang, di antara kegiatan lain yang telah terbukti dalam suatu studi dari National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library of Medicine yang mengatakan bahwa hal itu dapat mencegah penyakit mental dan kerusakan saraf. Namun, tidak bekerja dalam meningkatkan kecerdasan.

Sebuah studi yang dilakukan oleh komputer yang berjudul "Putting brain training to the test" pada lebih dari 11.000 orang yang menerima latihan mental mingguan menunjukkan bahwa, meskipun adanya keterampilan tertentu yang meningkat dari peserta dibandingkan orang yang tidak menerima pelatihan, tidak adanya perbedaan yang signifikan yang ditunjukkan dari kapasitas kognitif mereka.

4. Anak Kelahiran Pertama Lebih Pintar

Ilustrasi ayah dan anak (iStock)
Ilustrasi ayah dan anak (iStock)

Pada sebelumnya, ada beberapa gagasan yang terbentuk yang mengatakan bahwa anak sulung dalam keluarga lebih cerdas daripada anak berikutnya. 

Untuk menemukan kebenaran dari gagasan itu, sebuah studi dari ahli di Norwegia pada tahun 2007 berusaha untuk menyelesaikannya.

Dalam studi itu, kecerdasan dikatakan tidak berhubungan dengan urutan kelahiran, meskipun ada perbedaan dalam kecerdasan saudara kandung. Hal yang berkaitan dengan lingkungan waktu kehamilan adalah faktor yang menggantikannya, juga faktor-faktor psikologis dari hubungan dengan orang tua yang dimiliki subjek pada sebelum dan sesudah kelahiran.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya