Inggris Jadi Negara dengan Angka Kematian Corona COVID-19 Tertinggi Kedua di Eropa

Inggris saat ini memiliki jumlah kematian karena Corona COVID-19 tertinggi kedua di Eropa dengan lebih dari 26.000 orang meninggal.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 30 Apr 2020, 13:05 WIB
Diterbitkan 30 Apr 2020, 13:01 WIB
Kemunculan Pertama PM Inggris
PM Inggris, Boris Johnson selesai memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja setelah pulih dari virus Corona di Downing Street, London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (AP/Frank Augstein)

Liputan6.com, London- Inggris kini memiliki jumlah kematian karena Virus Corona COVID-19 resmi tertinggi kedua di Eropa dengan lebih dari 26.000 orang meninggal dunia. 

Pada 28 April pukul 16.00 waktu setempat, ada sekitar 26.097 orang meninggal di seluruh Inggris setelah dites positif Virus Corona COVID-19, menurut Public Health England (PHE), mengutip angka harian yang termasuk kematian di luar pengaturan rumah sakit untuk pertama kalinya.

Hal tersebut menandakan Inggris memiliki lebih banyak kematian karena Virus Corona COVID-19 daripada yang dilaporkan di Prancis atau Spanyol, meskipun lebih sedikit daripada Italia, yang memiliki angka kematian tertinggi terbanyak kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab mengatakan, harus diingat fakta di balik setiap statistik ada banyak nyawa orang yang telah hilang sebelum waktunya, lalu menambahkan Inggris masih melewati puncak dan saat ini adalah momen yang sulit dan berbahaya dalam krisis, seperti dikutip dari Channel News Asia, Kamis (30/4/2020). 

Saksikan Video Berikut Ini:

Munculkan Tekanan

Kemunculan Pertama PM Inggris
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson berjalan keluar dari 10 Downing Street untuk memberikan pernyataan pada hari pertamanya kembali bekerja di London, Senin (27/4/2020). Ini menjadi kemunculan pertama PM Johnson di depan publik setelah hampir sebulan terinfeksi COVID-19. (DANIEL LEAL-OLIVAS/AFP)

Tingginya angka kematian di Inggris dilaporkan membuat tekanan meningkat pada Pemerintahan Perdana Menteri Boris Johnson.

Seperti halnya partai-partai oposisi yang menyebut lockdown diberlakukan terlalu lambat, dan perkenalan pengujian massal, serta penyediaan APD yang cukup untuk rumah sakit dan fasilitas kesehatan. 

Pada Senin 27 April, PM Boris telah kembali bertugas setelah pulih dari sakit akibat Virus Corona COVID-19. 

 

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya