Liputan6.com, Jakarta - Pada 18 Agustus 1931, bencana alam terburuk di abad ke-20 terjadi. Sungai Yangtze di China meluap dan terjadi banjir besar yang menewaskan 3,7 juta orang secara langsung dan tidak langsung selama beberapa bulan berikutnya.Â
Sungai Yangtze mengalir melalui Tiongkok selatan, salah satu daerah terpadat di Bumi. Penduduk di wilayah itu, yang sebagian besar hidup pada tingkat subsisten, bergantung pada sungai untuk kebutuhan pribadi dan pertanian.
Pada April 1931, daerah aliran sungai menerima curah hujan di atas rata-rata. Ketika hujan lebat datang lagi pada Juli tahun yang sama, air sungai Yangtze membanjiri area seluas 500 mil persegi.
Advertisement
Air naik dan membuat 500.000 orang meninggalkan rumah mereka pada awal Agustus 1931.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kelaparan hingga Disentri
Saat air terus naik pada paruh pertama Agustus karena curah hujan lebih banyak, membuat sawah terendam dan tanaman rusak. Kota-kota besar seperti Wuhan dan Nanjing bergantung pada beras yang ditanam di sawah tersebut dan tanpa beras, orang-orang di kota-kota mati kelaparan.
Selain itu, penyakit tipus dan disentri merajalela karena sungai yang tercemar. Jutaan orang yang meninggal karena banjir ini binasa karena kelaparan dan penyakit, banyak yang meninggal setelah air banjir surut.
Sebagian besar bencana mungkin dapat dicegah jika tindakan pengendalian banjir telah diikuti dengan cermat.
Sungai Yangtze membawa sedimen dalam jumlah besar, yang terakumulasi di daerah tertentu di sungai dan harus dibersihkan secara teratur. Namun, dengan sebagian besar sumber daya daerah tersebut dikhususkan untuk perang saudara pada saat itu, sungai itu diabaikan.
Advertisement