Konferensi Donor Internasional untuk Muslim Rohingya Akan Diadakan 22 Oktober 2020

Konferensi donor internasional secara virtual untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan pada muslim Rohingya diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan PBB.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 16 Okt 2020, 09:01 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2020, 09:01 WIB
Pengungsi Rohingya
Muslim Rohingya saat melakukan pelayaran maut untuk mengungsi dari Rakhine. (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Global virtual aid conference for Rohingya refugees atau konferensi donor internasional secara virtual untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan pada muslim Rohingya akan diadakan pada 22 Oktober 2020.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (16/10/2020) acara ini diselenggarakan bersama oleh Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Dalam pernyataan bersama pada Kamis, 15 Oktober, pihak penyelenggara mengatakan krisis yang dihadapi orang-orang Rohingya diperburuk oleh pandemi Corona COVID-19.

Konferensi yang akan diselenggarakan dari Washington, Jenewa dan Bangkok itu bertujuan untuk meningkatkan bantuan guna membantu pengungsi Rohingya.

Baik yang tinggal di dalam maupun di luar negara asalnya, yaotu Myanmar.

"Muslim Rohingya menghadapi kebrutalan yang mengerikan dan dipaksa meninggalkan rumah mereka dalam keadaan buruk yang bisa sulit untuk dibayangkan," kata Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab dalam sebuah pernyataan.

"Kami telah menindak 'arsitek' kekerasan sistemik ini, termasuk melalui sanksi dan kami akan terus meminta pertanggungjawaban mereka," katanya.

"Inggris juga telah menjadi donor utama sejak 2017 untuk meringankan penderitaan kemanusiaan musli, Rohingya. Dunia harus sadar akan penderitaan mereka dan harus bersatu untuk menyelamatkan nyawa mereka."

Simak video pilihan di bawah ini:

Cox's Bazar Bangladesh Menampung Sekitar 860 Ribu Pengungsi

Pengungsi Rohingya dari Rakhine State, Myanmar di Bangladesh. (Dokumentasi KBRI Dhaka)
Pengungsi Rohingya dari Rakhine State, Myanmar di Bangladesh. (Dokumentasi KBRI Dhaka)

Lebih dari satu juta orang Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar, sebagian besar menyusul tindakan keras militer di negara bersangkutan pada tahun 2017 yang menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa dilakukan dengan niat genosida.

Pihak berwenang Myanmar membantah genosida, dengan mengatakan itu adalah tanggapan yang sah atas serangan militan Rohingya.

Lebih dari satu juta orang tinggal di kamp-kamp selatan Bangladesh, dengan jumlah belasan orang berbagi satu tempat tenda dan akses yang langka untuk memperoleh kebutuhan mendasar seperti sabun dan air di beberapa daerah.

Cox's Bazar Bangladesh, pemukiman pengungsi terbesar di dunia, menampung 860.000 muslim Rohingya, ​​sementara negara-negara lain di Asia Tenggara menampung hingga 150.000 Rohingya tambahan. Diperkirakan masih ada 600.000 orang tinggal di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Pandemi Corona COVID-19 telah memperburuk kondisi kehidupan mereka, membuat akses ke layanan menjadi lebih menantang, meningkatkan risiko kekerasan seksual berbasis gender, dan memperburuk risiko penyakit menular bagi pengungsi Rohingya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya