Pasukan Afghanistan Tewaskan Pemimpin Al-Qaeda yang Paling Dicari FBI AS

Pasukan keamanan Afghanistan telah menewaskan Abu Muhsin al-Masri, seorang pemimpin senior Al Qaeda yang paling dicari FBI AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 25 Okt 2020, 17:00 WIB
Diterbitkan 25 Okt 2020, 17:00 WIB
Ilustrasi Garis Polisi (AFP)
Ilustrasi Garis Polisi (AFP)

Liputan6.com, Kabul - Pasukan keamanan Afghanistan telah menewaskan Abu Muhsin al-Masri, seorang pemimpin senior Al-Qaeda yang berada dalam daftar Teroris Paling Dicari oleh Biro Penyelidik Federal (FBI) AS.

Dilansir US News yang mengutip Reuters, Minggu (25/10/2020) kabar tersebut disampaikan oleh Direktorat Nasional Keamanan Afghanistan (NDS) melalui postingan di Twitter pada Sabtu malam (24 Oktober 2020). 

Kepala Pusat Penanggulangan Terorisme Nasional AS, Chris Miller juga membenarkan kabar tentang kematian Al-Masri. 

"Pemusnahannya .. dari medan perang adalah kemunduran besar bagi organisasi teroris yang secara konsisten mengalami kerugian strategis yang difasilitasi oleh Amerika Serikat. Serikat dan mitranya," sebut Miller.

Miller melanjutkan, bahwa wafatnya Al-Masri juga "menyoroti efektivitas pengurangan organisasi teroris".

Al-Masri telah didakwa di AS karena memberikan bantuan materi dan sumber daya kepada sebuah organisasi teroris asing, dan konspirasi untuk menewaskan warga negara AS.

NDS menerangkan bahwa Al-Masri, yang diyakini sebagai orang kedua di Al-Qaeda, tewas dalam operasi khusus di Provinsi Ghazni.

Kombatan Al-Qaeda tersebut, yang juga dijuluki Husam Abd-al-Ra'uf merupakan seorang warga negara Mesir, menurut FBI.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada September 2020, bahwa kurang dari 200 anggota Al-Qaeda berada di Afghanistan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Berikut Ini:


Kesepakatan AS-Taliban

Menengok Kondisi Menyedihkan Kamp Pengungsi di Kabul
Seorang wanita menjemur pakaiannya di atap yang menghadap kota Kabul di Kabul, Afghanistan (28/11/2019). Puluhan ribu warga Afghanistan yang terlantar secara internal tinggal di kamp-kamp, yang kekurangan fasilitas dasar, di Afghanistan. (AP Photo/Altaf Qadri)

Oktober 2020 telah menandai 19 tahun sejak AS menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan para penguasa Taliban, yang telah menampung kelompok militan Al-Qaeda yang menyerang AS pada 11 September 2001.

Setelah mencapai sebuah kesepakatan penting dengan Taliban pada Februari 2020, AS secara bertahap telah menarik pasukannya.

Kesepakatan itu akan memungkinkan para pasukan asing meninggalkan wilayah Afghanistan pada Mei 2021 mendatang, dengan imbalan jaminan kontraterorisme dari Taliban. 

Kelompok tersebut sepakat untuk melakukan perundingan terkait gencatan senjata permanen dan formula pembagian kekuasaan dengan pemerintah Afghanistan.

Proses perdamaian intra-Afghanistan pun dimulai di Doha pada September 2020.

Namun dalam beberapa pekan terakhir, pertempuran antara Taliban dan pasukan pemerintah Afghanistan telah terjadi.

Utusan khusus AS, Zalmay Khalilzad mengatakan pada pekan lalu bahwa Taliban telah setuju untuk "menghidupkan kembali" komitmen mereka di bawah kesepakatan penarikan pasukan dan mengurangi jumlah korban di negara itu.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya