World Tsunami Awareness Day, Ayo Cegah Korban dengan Sadar Tsunami

Pada 5 November PBB menetapkan bahwa tanggal itu sebagai Hari Kesadaran Tsunami Sedunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Nov 2020, 14:20 WIB
Diterbitkan 05 Nov 2020, 14:11 WIB
[Fimela] tsunami
ilustrasi tsunami | pexels.com/@george-desipris

Liputan6.com, Hyogo - Dunia tengah memperingati World Tsunami Awareness Day atau Hari Kesadaran Tsunami Sedunia pada 5 November 2020.

Sidang Umum PBB pada Desember 2015 menetapkan bahwa 5 November adalah Hari Kesadaran Tsunami Sedunia, ia juga menyerukannya kepada negara-negara, badan-badan internasional dan masyarakat sipil untuk meningkatkan kesadaran akan bencana dan berbagi pendekatan positif untuk pengurangan resiko.

Gagasan ini diambil oleh Jepang yang dikarenakan pengalaman berulangnya selama bertahun-tahun terhadap tsunami dan dengan itu mereka telah membangun keahlian utama untuk berbagi di bidang seperti peringatan dunia terhadap bencana gelombang air besar, tindakan publik, dan membangun kembali dengan lebih baik untuk perencanaan mengurangi dampak yang akan datang.

UN Disaster Risk Reduction (UNDRR), Badan Pengurangan Risiko Bencana PBB memfasilitasi peringatan Hari Kesadaran Tsunami Sedunia berkerja sama dengan seluruh sistem Perserikatan Bangsa-bangsa.

Peringatan setiap 5 November itu telah mendorong pengembangan strategi atas pengurangan risiko bencana di tingkat nasional dan komunitas, untuk menyelamatkan nyawa dari bencana tersebut. Di tahun 2020 ini peringatan tersebut dipromosikan melalui "Sendai Seven Campaign".

Dilansir dari situs Un.org, Kamis (5/11/2020), diperkirakan pada tahun 2030, 50 persen populasi yang ada di dunia akan tinggal di wilayah pesisir yang rentan terkena banjir, badai, dan tsunami. Dengan perencanaan dan kebijakan untuk mengurangi dampak tsunami, hal ini akan membantu lebih banyak atas ketahanan dari melindungi populasi yang berisiko dari dampak tersebut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bencana Langka Namun Mematikan

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (unsplash/ Paolo Nicolello)

Tsunami merupakan peristiwa langka yang paling mematikan, dalam 100 tahun terakhir dan 58 diantaranya telah merenggut lebih dari 260.000 nyawa, atau rata-rata 4.600 per bencana yang melebihi dari bahaya alam lainnya.

Dalam hal ini jumlah kematian tetinggi dalam periode tersebut terjadinya di tsunami Samudra Hindia pada bulan Desember 2014, kematian dalam dampak tersebut merenggut sekitar 270.000 korban jiwa dari 14 negara termasuk Indonesia, Sri Langka, India dan Thailand yang sangat terpukul.

Dalam tiga minggu setelah itu, komunitas internasional berkumpul di Kobe, di wilayah Hyogo Jepang dan pemerintah mengadopsi Kerangka Aksi Hyogo 10 tahun untuk perjanjian gobal komprehensif pertama tentang pengurangannya dalam risiko bencana. Mereka juga menciptakan Sistem Peringatan dan Mitigasi Tsunami Samudra Hindia, yang menawarkan sejumlah stasiun pemantauan seismograf dan permukaan laut dan juga menyebarkan peringatan ke pusat informasi tsunami nasional.

Dampak dari urbanisasi yang pesat dan pariwisata yang berkembang di daerah rawan tsunami, mengakibatkan banyak orang akan mengalami bahaya. Hal ini menjadikan pengurangan risiko sebagai faktor kunci yang merupakan tujuan utama dari Kerangka Sendai atas pengurangan substansial dalam kematian akibat becana dalam perjanjian internasional 15 tahun yang telah diadopsi pada bulan Maret 2015 untuk menggantikan Kerangka Kerja Hyogo.

Kata tsunami sendiri merupakan kata dalam bahasa Jepang yaitu tsu yang memiliki arti pelabuhan dan nami diartikan sebagai gelombang. Maka tsunami adalah serangkaian gelombang besar yang diciptakan oleh gangguan bawah air. Biasanya terkait dengan gempa bumi yang terjadi di bawah atau di dekat laut.

Gambaran Waktu Gelombang Muncul

Ilustrasi tsunami
Gelombang tinggi di laut Gunung Kidul Yogyakarta. (Liputan6.com/Sunariyah)

Penyebab tsunami juga dikarenakan letusan gunung berapi, tanah longsor bawah laut, dan jatuhnya batuan pesisir juga dapat menyebabkan munculnya tsunami, seperti asteroid besar yang berdampak pada laut. Hal ini berasal dari gerakan vertikal dasar laut yang mengakibatkan perpindahan massa air.

Gelombang tsunami terlihat seperti dinding air dan dapat menyerang garis pantai juga berbahaya. Dinding air ini bisa datang selama berjam-jam secara terus menerus dengan gelombang yang datang setiap 5 hingga 60 menit.

Gelombang pertama yang terjadi mungkin tidak selamanya yang terbesar, namun sering kali gelombang ke-2, ke-3, ke-4 atau bahkan setelahnya yang terbesar. Setelah satu gelombang menggenangi, atau membanjiri daratan, gelombang itu akan surut ke laut seperti biasanya yang sering dilihat orang, dan hingga dasar laut juga dapat terlihat.

Kemudian gelombang berikutnya meluncur ke darat dalam beberapa menit dan membawa banyak puing-puing mengambang yang dihancurkan oleh gelombang yang sebelumnya.

Beberapa Penyebab Muncul Peristiwa Adanya Tsunami

Ilustrasi gempa bumi
Ilustrasi gempa bumi (Photo: AFP/Frederick Florin)

Penyebab Tsunami antara lain adalah:

1. Gempa Bumi

Hal ini terjadi akibat adanya gerakan di sepanjang zona patahan yang terkait dengan batas lempeng dan gempa bumi paling kuat itu terjadi di zona subduksi di mana lempeng samudra meluncur di bawah lempeng benua atau lempeng samudera yang lebih muda.

Tidak semua gempa bumi dapat menyebabkan tsunami, berikut ada empat kondisi yang diperlukan agar gempa bumi dapat menyebabkan tsunami yaitu:

- Gempa bumi harus terjadi di bawah laut atau menyebabkan material meluncur ke laut.

- Gempa harus kuat, setidaknya memiliki kekuatan dengan 6.5 skala Richter.

- Gempa bumi harus menghancurkan permukaan bumi dan harus terjadi pada kedalaman yang dangkal yaitu kurang dari 70 km di bawah permukaan bumi.

- Gempa bumi harus menyebabkan adany pergerakan vertikal dasar laut hingga beberapa meter.

2. Tanah Longsor

Tanah longsor yang terjadi di sepanjang pantai dapat memaksa air dalam jumlah besar ke laut dan menganggu air, lalu menimbulkan tsunami. Longsor yang berada di bawah air juga dapat mengakibatkan tsunami, ketika material yang terlepas akibat longsor tersebut bergerak dengan keras lalu mendorong air di depannya.

3. Letusan Gunung Berapi

Meskipun jarang terjadi, namun letusan gunung berapi yang dahsyat juga merupakan salah satu gangguan yang implusif, hal ini dapat menggusur air dalam jumlah besar dan mengasilkan gelombang tsunami yang sangat merusak di daerah sumber terdekat.

4. Tabrakan luar angkasa

Tabrakan yang terjadi disebabkan oleh tabrakan luar angkasa yaitu asteroid,meteor, tetapi ini adalah kejadian yang sangat langka. Meskipun tidak ada tsunami yang disebabkan oleh meteor atau asteroid namun tercatat bahwa para ilmuwan menyadari jika benda-benda langit ini menghantam lautan, maka volume air yang besar akan meluap sehingga menyebabkan tsunami.

Tsunami merupakan peristiwa jarang terjadi, mematikan namun langka dan paling mahal di antara semua bahaya. Di Jepang, gempa yang bernama Tohoku telah menelan biaya lebih dari US $ 235 miliar (Rp 3 kuadriliun) dan juga lebih dari 700 juta orang tinggal di daerah dataran rendah dan negara yang berkembang di pulau kecil yang terpapar peristiwa permukaan laut yang ekstrim termasuk tsunami.

Selama dua dekade terakhir ini, tsunami telah menyebabkan hampir 10 persen kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh bencana, hal ini memperlambat kemajuan atas pembangunan, terutama di negara-negara yang berbatasan dengan Samudra Hindia dan Pasifik.

Gagasan Program Siap Tsunami

Ilustrasi tsunami
Ilustrasi tsunami (unsplash/ Holger Link)

Melalui program Going 'Tsunami Ready' in the Indian Ocean, disediakan informasi yang terbagi menjadi enam bagian. Menargetkan para pemimpin masyarakat, kantor manajemen bencana dan warga yang pada umumnya dapat menginformasikan tentang Program Siap Tsunami dan mendorong mereka untuk menerapkan protokol akan indikator pengurangan risiko program agar diakui oleh Komisi Oseanografi Antarpemerintah UNESCO (IOC).

Kunjungi halaman acara IOC untuk mempelajari lebih lanjut dan menonton keenam sesi secara online.

Pada tahun 2009, tsunami menghancurkan 20 desa di Samoa dan 187 orang meninggal. Saat ini rencana atau Tsunami Ready plans telah dimasukkan ke dalam rencana penanggulangan bencana untuk lebih dari 380 sekolah, termasuk latihan rutin dan program pendidikan bagi siswa.

Dengan adanya Hari Pengurangan Risiko Bencana Internasional, Kantor UNESCO Jakarta memperkenalkan proyeknya yang sedang berlangsung untuk mendokumentasikan kisah para penyintas dan saksi mata dari gempa bumi dan tsunami pada tahun 1927, 1938, 1968, dan 2018 di Sulawesi Tengah. Kisah ini akan hadir pada Hari Kesadaran Tsunami Sedunia pada 5 November 2020.

Model dan pengusaha asal Ceko, Petra Nemcova merupakan World Tsunami Awareness Advocate atau Pengacara terkait Kesadaran Tsunami Dunia yang bernaung di Badan Pengurangan Risiko Bencana PBB.

Petra Nemcova tidak hanya selamat dari tsunami Samudra Hindia 2004 di Thailand, namun ia juga menemukan cara untuk terus hidup dan membagikan pengalamannya dalam melayani orang-orang yang terkena oleh dampak dari bencana-bencana tersebut.

Hal tersebut ditandai sebagai Hari Nasional, dikarenakan itu adalah kesempatan untuk mendidik publik mengeni isu-isu yang menjadi perhatian dan memobilisasi kemauan politik dan sumber daya untuk mengatasi masalah global, juga untuk merayakan dan memperkuat pencapaian kemanusiaan. Namun keberadaan hari internasional didahului pembentukan tanpa Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) namun PBB telah merangkulnya sebagai alat advokasi yang ampuh.

Reporter : Romanauli Debora

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya