Liputan6.com, Jakarta - Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersedia mendapatkan vaksinasi Corona COVID-19 di depan kamera untuk membangun kepercayaan publik.
Tedros Adhanom Ghebreyesus, seorang peneliti kesehatan masyarakat Ethiopia dan Kepala WHO sejak 2017, mengatakan selama briefing bahwa dia "dengan senang hati" secara terbuka menunjukkan dirinya menerima vaksin COVID-19 begitu tersedia untuknya.
"Itu ide yang bagus, dan saya mendukung tawaran mereka," kata Tedros ketika ditanya tentang mantan Presiden AS George Bush, Bill Clinton, dan Barack Obama yang berkomitmen untuk divaksinasi di depan umum.
Advertisement
Baca Juga
"Saya akan senang melakukan hal yang sama, tetapi pada saat yang sama, saya juga perlu memastikan bahwa ini giliran saya karena saya tidak ingin mengambil vaksin siapa pun."
Ketiga mantan presiden setuju untuk mendapatkan vaksinasi di depan kamera untuk membangun kepercayaan Amerika terhadap obat tersebut.
Presiden terpilih Joe Biden mengatakan dia akan mengambil vaksin setelah ahli penyakit menular Anthony Fauci memutuskan itu aman.
Data survei menunjukkan orang Amerika skeptis terhadap vaksin Corona COVID-19, demikian dikutip dari laman Bussines Insider.
Sepertiga dari responden Amerika dalam jajak pendapat WHO menunjukkan bahwa mereka tidak akan divaksinasi.
Orang kulit hitam Amerika, yang menghadapi tingkat kematian COVID-19 lebih tinggi daripada warga kulit putih, sangat ragu untuk divaksinasi, mungkin karena ketidakadilan historis dalam sistem perawatan kesehatan.
Saksikan Video Berikut Ini:
Banyak Orang Skeptis
Skeptisisme meluas secara global. Presiden Palang Merah, organisasi kemanusiaan terbesar di dunia, meminta pemerintah untuk memerangi informasi yang salah tentang vaksin karena kepercayaan yang menurun.
Mendapatkan cukup banyak orang Amerika yang divaksinasi sangat penting untuk mencapai kekebalan kelompok di negara tersebut. Fauci mengatakan setidaknya 75% dari populasi perlu mendapatkan vaksin pada musim gugur 2021 untuk "mendekati tingkat normalitas tertentu."
Inggris menjadi negara pertama yang mengizinkan warganya menggunakan vaksin Pfizer COVID-19. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS saat ini sedang menentukan apakah akan memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk vaksin Pfizer, serta izin dari perusahaan bioteknologi Moderna.
Analisis uji coba tahap akhir menunjukkan vaksin Pfizer mencegah 95% terhadap COVID-19, sementara Moderna mencegahnya 94,1%.
Advertisement