Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tradisi yang sudah tersebar di seluruh dunia adalah menyiapkan kue dan lilin saat seseorang ulang tahun.
Ada cerita yang mengatakan tradisi tersebut dimulai di Jerman pada abad ke-18, untuk merayakan ulang tahun anak sebagai cara untuk melindungi jiwa mereka, namun beberapa yang lain mengklaim bahwa meniup lilin berasal dari kultus yang berhubungan dengan Dewi Artemis, di Yunani kuno, untuk memperingati hari kelahiran.
Baca Juga
Dikutip dari Bright Side, Jumat (5/2/2021), cara merayakan ulang tahun berbeda-beda menurut budaya dan zaman, namun semuanya memiliki bentuk yang serupa, yaitu menempatkan satu atau beberapa lilin di atas kue atau camilan manis.
Advertisement
Jumlah lilin melambangkan jumlah tahun hidup orang yang sedang berulang tahun.
Saksikan Video Berikut Ini:
Sejarah Perayaan Ulang Tahun
Awalnya penggunaan kue ulang tahun adalah kebiasaan di Roma Kuno, tetapi disajikan dalam bentuk kue bolu bundar yang pipih, barulah pada abad ke-15, di Jerman, toko roti mulai memproduksi kue lapis tunggal untuk merayakan ulang tahun pelanggan.
Selama abad ke-17, kue lapis banyak dan lapisan gula muncul untuk orang-orang dari kelas atas.
Setelah revolusi industri, produksinya menyebar ke semua kelas sosial dan pada pertengahan abad ke-19 menjadi bagian dari perayaan ulang tahun di beberapa negara Eropa.
Di Mesir kuno, pesta ulang tahun eksklusif untuk keluarga kerajaan, namun kebiasaan ini dipindahkan ke orang Yunani, yang merayakan hari ulang tahun dewa mereka.
Perayaan paling populer adalah perayaan Dewi Artemis, di mana pada hari keenam setiap bulan, kue yang dihiasi dengan lilin yang menyala untuk menyembahnya.
Belakangan, ritual tersebut juga menjadi bagian dari perayaan ulang tahun para pahlawan, bangsawan, dan orang Yunani.
Ritual membakar lilin dapat dikaitkan dengan ritus kuno tertentu, yang menggunakan api untuk mengusir roh jahat.
Diperkirakan roh-roh ini mengunjungi orang-orang selama hari ulang tahun mereka, jadi mereka harus menghibur diri dengan gembira dan membuat perayaan guna melindungi diri dari semua roh jahat.
Advertisement
Perayaan Ulang Tahun Berbagai Negara
Di Jerman abad ke-18, kebiasaan meniup lilin untuk merayakan ulang tahun anak menjadi tradisi yang meluas, setiap kali seorang anak berusia satu tahun lebih tua, dia dibawa ke ruang seperti auditorium sehingga orang dewasa dapat melindungi mereka dari roh jahat.
Menurut dokumen yang ditulis oleh Johann Wolfgang von Goethe yang mendeskripsikan kue ulang tahun, jumlah lilin di atasnya akan mewakili usia orang yang dihormati.
Ada juga sebuah buku dari tahun 1753, yang menjelaskan bahwa lilin ditempatkan dan dinyalakan, di tepi kue, mengelilingi satu lilin yang disisipkan di tengahnya.
Untuk Swiss pada tahun 1883, setiap lilin mewakili satu tahun lagi kehidupan, namun ini tidak akan ditiup sekaligus, tetapi ditiup satu per satu, sampai semuanya padam.
Saat ini, di banyak negara seperti Inggris, Australia, dan Amerika Serikat, sudah menjadi tradisi untuk membuat permintaan sebelum meniup lilin, lalu semua tamu harus meniup lilin tersebut sekaligus menyampaikan keinginannya dalam hati..
Perayaan atau jenis kue mungkin berbeda-beda menurut wilayah.
Di Tiongkok, mereka menyiapkan roti yang terbuat dari tepung dan gandum yang diisi dengan pasta teratai.
Di Korea, mereka mengganti kuenya dengan sup rumput laut.
Dan, di Belanda, mereka menyiapkan kue tar buah dengan krim kocok.
Â
Reporter: Veronica Gita
Infografis 3 Hormon Bahagia Jaga Imunitas Tubuh dari Covid-19
Advertisement